Cium Tuh Pantat Panci Sana!

578 37 0
                                    

FLASHBACK: ON!

"Dita, bangun..." suara lembut nan serak khas bangun tidur itu malah membuat sang pemilik nama menyamankan posisi tidurnya. Ares yang menjadi kasur, bantal, sekaligus guling oleh Dita tersenyum tipis sambil mengelus rambut perempuan itu. Bukannya bangun, Dita malah memeluk erat tubuh Ares dibawahnya dan tanpa sadar kakinya menekan sesuatu diantara kedua kaki Ares.

"Nghhh..." Dita melenguh dan kembali tertidur. Ares merasakan wajahnya menghangat dan tubuhnya menegang. Sebagai lelaki normal, Ares tentu saja menjadi gelisah saat seorang perempuan tertidur diatas tubuhnya dengan wajah yang sangat manis. Belum lagi, dada Dita yang tertekan di dada bidangnya dan kaki Dita yang tanpa sadar beberapa kali bergesekkan dengan 'adiknya'.

"Ya Allah, lindungi hamba supaya gak khilove..." doa Ares sambil memejamkan matanya dan mengganti kata khilaf menjadi khilove. Sebenarnya, Ares pun tak munafik jika sekarang bisa saja ia menyerang Dita yang sudah ada dipelukannya. Tapi, Ares masih tahu aturan agama yang tak boleh merusak perempuan. Diantara kedua itu, memang lebih pantas Ares sebut khilove, kan?

"Hoaammhhh..." Dita menguap sambil menggeliat dan duduk diatas perut Ares. Masih dengan keadaan setengah sadar, Dita menatap kosong wajah Ares yang sudah mengeluarkan keringat dingin. Dita tak menyadari betapa inginnya Ares menerjang dirinya yang terlihat seksi dimata Ares sekarang. Dita dengan rambut acak-acakkan, pakaian berantakan, dan wajah linglung sehabis bangun tidur terlihat menggairahkan dimata Ares. "Ah... siapa ini?" Dita mengelus rahang tegas Ares yang tercukur rapi. Gerakkan setengah sadar itu membuat lelaki yang menahan hasrat dari tadi sudah tidak tahan lagi untuk mendorong Dita hingga perempuan itu terjatuh dilantai. Untung saja disana tidak ada meja yang bisa membentur kepalanya. Karna, ruang tamu Dita hanya diisi sebuah sofa panjang dan karpet lembut, lalu sebuah televisi yang lengkap dengan DVD player dan satu rak penuh kaset kumpulan film. Rumah sederhana yang tak begitu memiliki banyak barang.

"Sorry, Dit!" seru Ares dengan cepat bangkit dan menghampiri Dita yang jatuh terlentang diatas karpet dalam posisi tidak elit.

"Gue baru bangun bukannya dapet morning kiss malah morning hit. Okesip!" ucap Dita sambil memandang datar wajah Ares yang menatapnya khawatir sambil berjongkok.

"Jadi, lo mau morning kiss dari gue?" Ares bertanya sambil tersenyum miring dan terkesan mesum. Kini wajah lelaki itu tinggal beberapa centi didepan wajah Dita. "Gue cium sekarang, ya?"

Dita reflek menahan dan mendorong kuat wajah Ares hingga lelaki itu jatuh terduduk karna tak siap mendapatkan reaksi itu. "Cium tuh pantat panci sana!" seru Dita sambil mendudukkan diri menghadap Ares. "Ck, kok gue bisa ketiduran diposisi kek gitu sih? Mana lupa bangun buat ngusir lo lagi!" Dita mengerutkan keningnya sambil bergumam dengan penuh tanya. Ares yang mendengarnya tersenyum licik dalam hati karna mendapatkan ide untuk menjahili Dita.

"Mungkin lo keenakkan gue peluk dan gamau lepasin kehangatan yang gue kasih. Jelas sih, dari tidur lo yang nyenyak banget tadi. Tenang, gue maklumin kok," ucapan Ares yang disertai senyum miring dan mata mengerling nakal. Dita membelalakkan mata dengan wajah wajah merah padam mendengar ucapan Ares. Jujur saja, Dita merasa begitu nyaman dan hangat dalam pelukan Ares saat tidur. Bahkan rasanya Dita lebih suka tidur dalam pelukan Ares dibanding kasurnya sendiri yang selalu ia puja kenyamanannya. "Kok diem, Dit? Kalo lo mau, gue bersedia jadi tempat tidur lo setiap malam."

Jika bisa, Dita ingin sekali mengangguk dan langsung mengurung Ares dalam kamarnya untuk dijadikan tempat tidurnya untuk selamanya. Tapi, kenyataannya Dita tidak bisa. Dengan wajah yang memerah hingga menjalar ketelinga, Dita berdiri dan membuang muka. "Gue laper mau makan!"

"Astaga, jangan ngambek dong. Yaudah gue minta maaf ya," ucap Ares sambil tertawa dan dengan cepat bergerak merangkul lalu mengacak rambut Dita dengan gemas. "Gue yang masak deh. Gimana?"

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang