Yah, Hujan...

537 38 0
                                    

FLASHBACK: ON!

"HUEEEKKKK" Ares memuntahkan semua makanan diperutnya yang membuat Dita kasihan melihatnya. Dita memijit tengkuk Ares yang wajahnya memucat dan keringat dingin bercucuran didahinya.

"Lo gapapa, kan?" tanya Dita dengan wajah takut dan sedikit mual. Ares menoleh lemah dan menatap Dita dengan tatapan you don't say.

"Menurut lo, gimana?" tanya Ares dengan suara lirih sebelum ia mengeluarkan makanannya dalam bentuk muntahan menjijikkan lagi.

"Ck, lo lemah banget sih, Res. Baru makan segitu aja udah muntah-muntah kek gini," ucapan Dita membuat Ares menegakkan tubuhnya dan menatap perempuan yang sedang mendumel tak jelas itu dengan alis berkerut.

"Gimana gak mual? Lo ngajak gue makan bubur ayam, terus ga lama ngajak makan kue cubit, terus makan kentang tornado, terus makan nasi pecel, terus makan pizza, terus makan bakso, terus makan es potong singapura, terus makan tahu tek-tek, terus makan onde-onde, terus terakhir tadi makan kerak telor! Astaga, siapa yang tahan makan sebanyak itu?" Ares berucap panjang lebar menyebutkan semua hal yang ia makan bersama Dita. "Gue heran, kenapa lo masih baik-baik saja? Kemana semua makanan tadi?" tanya Ares sambil memegang kepalanya yang pening.

"Ah, gue masih belum puas nih! Gue masih pengen sushi, bahkan kita belum makan nasi goreng untuk makan malam, loh!" rengek Dita sambil mengembungkan pipinya.

"DAN LO MASIH PENGEN MAKAN? LO INI MANUSIA APA BUKAN? BADAN SEKECIL INI KENAPA PORSI MAKANNYA KAYAK MONSTER?" Ares berteriak dengan wajah syok yang membuat Dita tersentak dan mengedipkan matanya beberapa kali.

"Salah ya? Kan, makan itu manusiawi..." gumam Dita sambil melipat tangan didadanya dan masih mengembungkan pipinya.

"Tapi, kalo elo yang makan jadi gak ada rasa manusiawinya, Dit..." ucap Ares dengan nada lembut dan diiringi tawa kecil. Pipi tembem Dita semakin mengembung seperti balon, bahkan perempuan itu sekarang menghentakkan kaki dengan kesal. Tingkah bocah itu membuat Ares gemas dan tidak tega menolak keinginannya Dita. "Yaudah, tapi gue gak ikut makan, ya?" ucap Ares yang membuat Dita menoleh dan memberikan tatapan 'loh kok gitu?'. Ares menyentil kening Dita sehingga perempuan itu meringis kesakitan, "Gue gak mau mabuk makanan lagi kayak tadi! Ingat, gak semua orang punya perut karet kayak lo, Dit."

"Aw, sakit tau!" Dita mengelus keningnya lalu berbalik memunggungi Ares, "Temenin gue makan sushi sama nasi goreng. Oh iya, nanti sebelum pulang beliin cemilan juga loh, ya!"

Ares tertawa kecil melihat punggung Dita yang berjalan menjauh sambil sesekali melompat-lompat seperti anak kecil. Ares heran, apa karna Dita kebanyakan bergaul sama anak kecil di studionya hingga tertular seperti ini? Dengan langkah lebar, Ares menyusul Dita yang sudah jauh didepannya.

"Ish, cepetan dong! Gue sudah laper!" seru Dita saat melihat Ares jauh dibelakangnya. Ingin sekali rasanya Ares memeluk dan merangkul perempuan itu sekarang. Tapi, emang Ares berhak melakukannya? Jauh didalam sana, rasanya hati Ares potek menyadari kenyataannya. "ARES CEPETIN!!!" Ares tersentak dan mendengar teriakkan itu. Diujung jalan, Dita sudah berdiri disamping mobilnya sambil melambaikan tangan dengan semangat.

"Astaga, kenapa tuh anak lincah banget, ya..." Ares pun berlari menghampiri Dita yang sepertinya sudah tidak sabar melanjutkan acara makannya.

←↔→

"Yah, hujan..." keluh Dita saat ia dan Ares baru keluar dari supermarket. Ares menaruh kantung belanjaan yang berisi penuh cemilan milik Dita dilantai agar bisa menadah air hujan ditangannya. Melihat hal itu, Dita pun dengan semangat menaruh kantung belanjaan miliknya yang juga berisi cemilan miliknya ke lantai untuk mengikuti apa yang Ares lakukan.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang