Banci Mana Lo?

467 41 0
                                    

FLASHBACK: ON!

"Ntan, lo ada ngerasa aneh gitu gak sih sama Kak Senja?" Intan berhenti memakan bekalnya dan menoleh kearah Tania yang duduk disebelahnya yang menggigit pelan chicken nugget kesukaannya. Sekarang Intan dan Tania sedang makan siang bersama dibawah pohon mangga yang adem dan terhindar dari sinar terik matahari siang ini.

"Aneh?" Intan mencomot chicken nugget Tania seenaknya dan memakannya pelan. "Hmm, kalo maksud lo Kak Senja jadi gak terlalu rese kayak dulu dan seperti jaga jarak, gue setuju sama lo!" Intan melanjutkan memakan nasi gorengnya yang sempat tertunda.

"Ga rugi ya lo sering baca novel-novel memecahkan misteri, Ntan. Otak lo awesome banget kalo masalah hal-hal janggal," ucap Tania berdecak kagum yang membuat Intan tersenyum miring dan mengangguk dengan bangganya. "Beda banget sama tuh keripik Leo. Koneknya lama bikin kesel ngomong sama dia." Tania mendumel pelan dan menggigit chicken nuggetnya dengan ganas.

"Kayaknya ada yang ngomongin gue, ya?" Leo muncul dari balik pohon langsung mengageti Tania hingga perempuan itu tersedak dan Intan yang hampir menumpahkan nasi gorengnya yang sisa sedikit. Leo tertawa keras karna berhasil membuat dua sahabat perempuannya terkejut.

"IH LEO NGESELIN BANGET! MATI LO SANA DASAR KERIPIK!" teriak Tania setelah menghabiskan air minumnya untuk menghilangkan rasa tersedaknya akibat ulah Leo.

"Lo nya aja yang-" ucapan Leo terhenti begitu menyadari tatapan tajam dengan aura membunuh yang berasal dari Intan membuat bulu kuduk lelaki itu merinding. Dari dulu, kelemahan Leo adalah Intan yang sedang dalam mode pembunuh. Leo tak bisa membayangkan perempuan yang marahnya lebih mengerikan dari Intan. Karna bagi lelaki itu, kemarahan Intan adalah yang paling mengerikan selama ia mengenal makhluk berjenis kelamin perempuan. Bagaimana mata elang Intan menatap tajam, wajah tegas yang terlihat mengerikan saat tertekuk, dan itu belum dihitung dengan kalimat bernada datar yang mampu membuat Leo pucat seketika.

"Leo, lo tau sendiri kan kalau gue ga suka acara makan gue diganggu? Bahkan lo hampir menumpahkan makanan gue barusan," ucap Intan dengan nada datar yang membuat Leo tanpa sadar meneguk liur dengan suara lumayan keras.

"MAMPUS TAKUTAN DEH LO SANA! UDAH NTAN HAJAR AJA!" Leo melototi Tania yang tersenyum mengejek setelah mengeluarkan kalimat kompor barusan.

"Ntan, gue gak maksud buat ganggu acara lo. Gue mau ganggu Tania doang barusan," cicit Leo yang membuat Tania terbahak. Dari semua daftar kebahagiaan Tania, melihat Leo ketakutan masuk dalam list cukup atas. "Woi anak setan, gausah ketawa deh lo!"

"Leo!" seru Intan menajamkan tatapannya kepada Leo yang membuat lelaki itu menegakkan tubuhnya dan menatap Intan dengan takut. Melihat reaksi yang menurut Intan lucu tersebut, membuat perempuan itu tak mampu menahan tawanya yang sedari tadi dia tahan. "Pfftt... muka lo priceless banget, Yo!" tawa Intan pun lepas begitu saja bersamaan dengan Tania. Terkadang, Intan memang sejahat itu karna hal yang ia sukai pun melihat Leo ketakutan.

"Lo berdua kalo udah sekali kompak kadang ngeselin, ya!" seru Leo mendengus kasar karna kesal merasa dipermainkan oleh dua perempuan yang masih tertawa dengan puasnya. "suara tawa kalian tuh lama-lama annoying banget! Mau gue lakban, ya?"

"Sensian amat, Yo. sana pake pembalut dulu gih sana. Mau dipakein, ya?" Intan berucap diiringi tawa Tania yang semakin nyaring.

"Makasih dan gausah repot-repot," ucap Leo memutar bola matanya dengan jengah. "Gue kesini mau ngasih tau kalian beberapa hal."

"Apaan?" Intan menaikkan sebelah alisnya dan bertanya dengan penuh kekepoan karna jarang sekali Leo terlihat serius seperti sekarang. Kecuali, jika hal itu benar-benar penting. Tania yang menyadari hal itu pun kini menampakkan wajah serius setelah menghentikan ngakak sepenuhnya.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang