Orang Itu Bukan Gue

494 40 2
                                    

FLASHBACK: ON!

"Intan, tenangin diri dulu!" Leo menggotong tubuh Intan dibahunya yang membuat perempuan itu meronta-ronta minta dilepaskan. Leo dan Tania sempat mencuri dengar pembicaraan sengit dari Intan dan Senja beberapa saat lalu. Tentu saja, mereka berdua sangat syok mengetahui jika Larry adalah akar dari masalah ini. Begitu melihat Intan yang berjalan menjauh dengan penuh kemarahan membuat Leo dan Tania bergerak cepat menyusul perempuan itu. Karna mereka berdua tau, bagaimana gegabahnya Intan saat dipenuhi amarah.

"LEO LEPASIN GUE!!!" Intan berteriak dan memukul-mukul punggung Leo seperti orang kesetanan. Tania yang berdiri sedikit menjaga jarak terlihat antara ingin ketawa dan sedih melihat keadaan Leo sekarang. "ARGH, GUE HARUS KASIH PELAJARAN SAMA LARRY SEKARANG!"

"INTAN DENGERIN GUE!" bentak Leo yang membuat Intan terdiam. Bahkan Tania pun tak berkutik dan sempat menahan nafas begitu mendengar bentakan itu. Dengan sekali hentak Leo menurunkan tubuh Intan lalu menatap perempuan itu tajam. "Lo masih dipenuhi emosi, apa yang lo dapat mendatangi Larry dalam keadaan seperti ini? Lo bakal semakin dipermainkan olehnya karna ini mungkin salah satu rencana darinya. Kepala lo harus dingin dan tenangkan diri lo supaya ga panas kayak gini lagi. Pokoknya apapun yang terjadi, jangan biarkan Larry menang dari lo!" seru Leo diakhiri senyum lembut.

"Enggak, lebih tepatnya jangan biarin Larry menang dari kita berdua, Ntan!" Tania ikut berseru sambil merangkul erat bahu Intan dan diiringi senyum lembut namun licik secara bersamaan. "Gimana?"

Intan melepaskan rangkulan Tania dan menatap haru dua sahabatnya itu, "Kalian kenapa sih bisa banget diandelin masalah ginian?" tanya Intan yang dibalas Leo dengan mengacak ringan rambut Intan dan Tania yang tersenyum hangat menepuk punggung Intan dengan kuat. "Lo tau sakit gak, Tan?" Intan meringis lalu mendelik tajam kearah Tania yang tertawa puas.

"Lo kebanyakan jajan makanan formalin sih, makanya jadi korslet gini otaknya. Sahabat itukan selain saling membantu dalam hal kriminalitas, harus saling membantu dalam hal menyusahkan najis kayak gini," ucap Tania yang dibalas senyum lembut dari Intan. "Bener gak?"

"Tumben lo bener," Leo tertawa lalu memeluk erat dua sahabat perempuannya yang sudah lelaki itu anggap adik sendiri.

"Gue benci sama kalian!" seru Intan dengan suara bergetar menahan tangis keharuannya. "Kenapa gue merasa beruntung punya sahabat kayak kalian, ya? Padahal lo berdua alay."

"Gue juga benci sama lo yang ga mirror, Ntan!" seru Tania tertawa lepas lalu mengeratkan pelukan bertiga itu. "Tapi kalian berdua adalah rongsokan paling berharga yang pernah gue milikki."

"Njir, satu member lagi bakal jadi Teletubbies nih kita!" Tania dan Intan melepaskan pelukan di momen penuh haru itu saat ucapan salah fokus Leo terdengar. "Kok dilepas pelukannya? Poo belum puas."

"Dipsy aja lo. Sok jadi Poo kagak pantas tau!" seru Tania menabok kepala Leo dengan keras hingga lelaki itu meringis kesakitan.

"Dasar lemah dasar payah!" seru Intan tertawa puas melihat Leo yang disiksa oleh Tania didepannya.

Hari itu Intan melupakan amarahnya sejenak kepada Larry karna keabsurdan dari sahabatnya. Tapi, belum tentu Intan bakal lupa terus, kan?

→↔←

Keesokkan harinya, Intan absen dengan alibi sakit agar tak mengikuti latihan hanya untuk mendatangi rumah Larry. Beruntungnya kemarin Intan memang kurang sehat yang membuat sang Pembina percaya dan mengijinkan Intan dengan syarat memberi surat keterangan dokter secepatnya.

"Gue bisa minta surat dokter sama Alsa nanti. Sekarang urusan Larry lebih penting!" seru Intan menatap rumah dihadapannya dengan tatapan dingin. Ternyata Intan tidak semudah itu melupakan kesalahan Larry.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang