FLASHBACK: ON!
"DITAAAA BANGUUUNNNN!!!! ANJIR GUE GA SIAP DIPECAT!!!" Dita menyembunyikan diri didalam selimut tebal saat mendengar kebrutalan Mona dipagi hari. Ayolah, Dita cukup lelah karna baru tertidur saat pukul 4 subuh dan sekarang ada saja penganggu. "DITAAA GUE GAMAU TELAT, YA!!! GUE BALIK SEKARANG. BYE!" bunyi debuman keras pintu terdengar dan selanjutnya keheningan mengisi kamar bahkan seluruh rumah Dita yang hanya dihuni oleh Dita seorang.
"Jam berapa sih emang?" gumam Dita sambil mengeluarkan satu tangannya dari dalam selimut untuk meraih jam weker yang berada diatas nakas sisi kasurnya. Dengan malas, Dita membuka sedikit selimutnya dan Dita meringis lalu mau tidak mau bangun dari kasurnya.
09.45 AM
Dita duduk dikasurnya dengan pandangan yang memandang kosong. Wajah bengong Dita begitu jelas terlihat mengumpulkan nyawa yang masih setengah sadar. Kepala Dita pun terasa pening sekali dan rasanya ia ingin tidur seharian hari ini.
TING... TONG...
Dita tersentak mendengar suara bel yang menggema. Dengan gerakkan malas, Dita turun dari kasur dan memakai sandal dengan kepala serigala sebagai hiasannya. Jika dilihat-lihat, kamar Dita memang dominan oleh furnitur bertema serigala. Dari bed cover, boneka, walpaper, dan karpet yang bergambar serigala dengan wajah mengerikan.
"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi? Gatau apa orang baru bangun..." Dita bergumam dengan nada kesal sambil berjalan menuju pintu utama rumahnya. Dengan wajah ditekuk Dita membuka pintu, "Ada ur-" Dita memutuskan ucapannya dan dengan kuat bertumpu digagang pintu agar tidak jatuh. Tamu Dita ternyata adalah Ares, Paman dari muridnya yang semalaman mengganggu pikirannya. "-rusan... apa... ya...?" lanjut Dita dengan suara pelan dan terpisah.
"Anu... Bisakah anda memakai pakaian yang... err... lebih sopan?" Ares memalingkan wajahnya yang memerah. Dita mengedipkan mata dua kali dan menatap penampilannya sendiri. Saat ini, Dita memakai tanktop biru laut tanpa dilapisi bra dan hotpants warna putih gading. Menyadari kecerobohannya, Dita reflek menutup pintu dengan wajah merah padam. Dita berlari kekamarnya disertai sumpah serapah yang ditujukan untuk dirinya sendiri.
←↔→
"Maaf atas pemandangan tidak senonohnya tadi," gumam Dita sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sekarang Dita sudah mengenakan kaus oblong dan celana selutut yang lebih pantas dikenakan.
"Tidak apa-apa, tadi itu pemandangan yang indah dan saya akui hal itu, Bu Dita. Saya tidak munafik kok," ucap Ares dengan senyum ramah. Sangat berbalik dengan perkataan nakalnya yang membuat Dita memerah dan melempar lelaki didepannya dengan bantal kecil sofanya.
"TIDAK SOPAN SEKALI DAN JANGAN PANGGIL GUE DENGAN SEBUTAN 'BU'! GUE MASIH TING-TING TAU!" teriak Dita dengan alis berkerut dan melipat tangan didepan dadanya. Ares tertawa mendengar ucapan Dita yang terdengar lucu ditelinganya. "Gausah formal gitu. Gue berasa ngobrol sama presiden..." lanjut Dita dengan pelan dan ucapan tadi semakin membuat tawa Ares meledak. Ares tak habis pikir, ada saja makhluk yang memiliki pikiran ajaib seperti perempuan didepannya.
"Emangnya sama presiden aja boleh ngomong Formal? Oke deh, gue lebih santai, ya? Jadi, tujuan gue disini adalah buat ngasih tau kalo Rika berhenti les balet. Boleh, kan?"
"Emangnya kenapa? Ajaran gue kurang memuaskan, ya? Rika gak puas sama gurunya ini, ya?" tanya Dita beruntun.
"Bahasa lo bikin ambigu. Lo harus belajar milih kata lagi, Dit. Bukan gitu, karna Rika bakal pindah keluar kota dan gak ada yang sempat ngasih tau jadi ya gitu deh..." jelas Ares sambil mengelus tengkuknya dan tertawa kecil.
"Modus lu. Bilang aja mau ketemu sama gue, kan?" ucap Dita dengan pedenya. Bahkan, Dita tak lupa mengibaskan rambutnya dengan gerakkan independent yang pengen banget minta ditampar pake pantat panci. Ares tertawa lagi melihat kepercayadirian tinggi Dita yang menggelikan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Are (EX) Lovers
Chick-Lit[15+] Tak ada yang aneh dari 4 orang perempuan yang sedang berkumpul disudut tempat duduk yang ada disebuah kafe pinggir kota. Tak ada yang benar-benar aneh dari sahabat lama yang sedang reuni untuk bernostalgia bersama. Memang tidak ada yang aneh j...