Part 3

4.2K 132 0
                                        


Disela sela kemacetan menuju kantornya, Jalal tampak melamun dan merenung. Merenungi apa yang baru saja ia lakukan pada Jodha tadi. Jalal sadar kalau dirinya bukanlah tipe pria pemarah, pemaksa dan kasar seperti yang barusan ia lakukan. Tapi setelah mengingat sudah sejauh ini ia melangkah, maka sudah tidak ada kesempatan lagi untuk mundur. Semua harus dilanjutkan agar tujuannya tercapai. Agar arwah orang yang dikasihinya dapat beristirahat dengan tenang disana, walau Jalal sendiri tidak yakin apakah perbuatannya ini sudah benar atau malah salah sama sekali.

"Mengapa aku merasa sakit setelah membentak Jodha tadi? Apa yang terjadi padaku? Aku membentaknya, tapi malah jantungku yang berdenyut terasa sakit sekali. Apa ini Jalal? Sepertinya otak dan hatimu benar benar sedang tidak sinkron, " Jalal berbicara sendiri sambil menggeleng gelengkan kepalanya karena kebingungan.

Suara klakson dari arah belakang membuyarkan lamunan Jalal tentang dilema yang ia alami. Jalal segera menancap gas mobilnya agar segera sampai kekantornya. Untuk menghindari agar ia tidak melamun lagi, ia memutar lagu dengan volume yang cukup keras dimobilnya tersebut. Dan mengalunlah lagu milik pitbull feat Christina Aguilera "Feel This Moment" .

Sementara dikediaman Meena...

Jodha kini sudah berada dikamarnya. Ia duduk menyender dipojok tempat tidurnya yang cukup besar itu. Setelah menangis cukup lama, kini ia berusaha meredakan emosi dan amarahnya. Jodha berusaha berpikir positif tentang Jalal. Mungkin setelah amarah Jalal mereda, ia akan mencoba berbicara baik baik dengan suaminya itu. Tak lama terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya.

Tok...tok...tok..
"Jodha, apa bibi boleh masuk?" Meena ingin menemui Jodha.

"Ya bibi, silahkan, " Jawab Jodha sambil cepat cepat menghapus sisa airmata di pipinya.

Bibi Meena masuk dan menghampiri Jodha. Ia ikut duduk disamping Jodha.

"Bagaimana sayang, apa hasil pembicaraanmu tadi dengan Jalal? Apa dia mau untuk pergi berbulan madu ke Maldives?" tanya Meena penasaran.

"Tidak bibi, maafkan aku. Sepertinya Jalal memang sangat sibuk untuk beberapa minggu ini. Urusan pekerjaannya benar benar tidak bisa ditinggalkan. Tapi semoga nanti kami bisa pergi kesana untuk berbulan madu saat Jalal sudah benar benar punya waktu luang. Tidak masalah kan bi, kalau kami menundanya? Aku benar benar minta maaf bi, " Jawab Jodha dengan nada penuh penyesalan.

"Tentu saja tidak masalah sayang. Seharusnya paman dan bibimu ini berkonsultasi dengan kalian terlebih dahulu jauh jauh hari sebelum pesta pernikahan kalian. Apakah kalian bisa pergi atau tidak. Tadinya niat kami ingin menjadikan ini sebagai kejutan dan tanpa memikirkan kondisi dan situasi kalian. Bisa atau tidaknya kalian pergi berbulan madu, " jawab Meena bijak.

"Terima kasih bibi. Tapi aku berjanji suatu saat kami pasti pergi kesana. Karena jujur saja, Maldives adalah tempat impianku untuk berbulan madu, " Ucap Jodha sambil berusaha tersenyum.

"Ya, sudah kalau begitu. Kau beristirahatlah, nanti bibi akan memanggilmu untuk makan siang bersama, " Ucap Meena sambil beranjak dari duduknya dan langsung pergi meninggalkan Jodha untuk beristirahat.

Sepeninggal Meena, Jodha mulai berbaring diatas ranjangnya yang nyaman. Jodha memandang kesekeliling langit langit kamarnya. Suasana kamar Jodha sangat nyaman. Kamar tersebut benuansa klasik sama seperti rumahnya. Cat dinding yang didominasi dengan warna abu abu muda dan putih tulang. Tempat tidur, lemari dan meja rias dengan bentuk yang klasik dengan ukiran ukiran halus dan mendetail namun tetap memperlihatkan sisi kesederhanaan dari pemiliknya. Dan disisi kanan kamar terdapat pintu keluar untuk menuju balkon. Disitulah Jodha sering menghabiskan waktu untuk mengerjakan hobinya yaitu melukis.

LOVE AND REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang