Dan akhirnya mereka sama sama larut dalam gairah yang tidak tertahankan. Namun, dengan bersusah payah Jodha berusaha untuk memendam hasratnya.
"Sa... sayang.. kk.. ka.. kau mandilah terlebih dahulu. Sepertinya semenjak kau pulang kerja, kau belum membersihkan dirimu. Setelah itu kita akan makan malam terlebih dahulu, " ucap Jodha terbata bata menahan gairah yang masih menguasainya.
Perkataan Jodha seperti alarm yang membangunkan Jalal ke alam sadarnya. Ia langsung melepaskan cumbuannya kepada Jodha.
"Baiklah Jodha. Aku akan mandi dulu. Oia Jodha, apa bisa kita makan malam dikamar saja? Aku sedang malas keluar kamar. Malam ini kita menginap disini saja. Karena aku sudah cukup lelah akibat memikirkan ulahmu hari ini, " Jawab Jalal pelan namun cukup menusuk perasaan Jodha.
'Hah, apa ini? Setelah menciumku dengan penuh gairah, sekarang ia malah kembali seperti sikapnya tadi pagi. Dasar aneh, ' bathin Jodha.
"Jodha, apa kau mendengar perkataanku tadi?" Tanya Jalal dingin.
"Ah, ya tentu saja. Aku akan menyiapkan makan malamnya, " jawab Jodha cepat.
Dikamar mandi, Jalal mulai berbicara sendiri lagi didepan cermin. Sepertinya ini sudah menjadi hobi barunya semenjak menikah.
"Jalal, kau ini bodoh dan tolol!!!! Apa yang kau lakukan??? Kau mengkhianati kakakmu sendiri Jalal!!!! Kau pengkhianat!!!! KAU TERLENA DAN KAU HAMPIR MELAKUKANNYA!!!!" Jalal marah kepada bayangannya sendiri.
Jalal mulai menangis. Air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Dia mulai ragu apa rencana nya masih bisa dilanjutkan atau tidak. Berada sangat dekat dengan target incarannya membuat ia tidak mempercayai apa ia masih bisa bertahan dengan semua rencana balas dendamnya. Pesona Jodha benar benar membuat pertahanannya hampir runtuh. Tetapi Jalal tahu justru pesona Jodha itulah yang membuat dirinya harus kehilangan Mirza, kakaknya.
"Aku tidak akan bernasib sama dengan Kak Mirza. Tidak!!! Tidak akan pernah!!! Kaulah yang akan memohon ampun kepadaku nanti, Jodha sayang, " ucap Jalal sambil tersenyum licik.
Jalal sudah selesai mandi dan kini ia sudah duduk diatas sofa. Dihadapannya sudah terhidang makan malam yang tadi disiapkan Jodha. Jalal masih menunggu Jodha selesai mandi untuk makan malam bersama.
Jodha sudah menyelesaikan mandinya dan bergegas menghampiri Jalal untuk makan malam bersama. Mereka makan dalam suasana yang hening. Hanya sesekali Jodha mencoba mencuri curi pandang kearah Jalal. Tetapi yang dipandang hanya sibuk menghabiskan makananannya dengan ekspresi dingin.
Kini mereka sudah bersiap untuk tidur. Jodha sudah merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Sedangkan Jalal, masih duduk sambil menyadar pada sandaran tempat tidur dengan memangku laptopnya. Ia larut dalam kesibukannya itu.
"Sayang, sudah larut malam. Kau tidurlah. Besok kan kau harus pergi pagi pagi kekantor, " ucap Jodha lembut.
"Kau tidur saja duluan, sebentar lagi aku juga akan pergi tidur, " jawab Jalal singkat.
"Baiklah, " jawab Jodha sambil mulai memejamkan matanya.
Setelah Jodha tertidur, Jalal pun bersiap untuk pergi tidur. Saat hendak berbaring, tidak sengaja Jalal menghadap kearah wajah Jodha. Jalal memandang wajah Jodha yang sangat manis itu. Jari jari Jalal menyusuri pipi mulusnya. Wajah Jodha yang bak malaikat tersebut bagaikan magnet yang menarik Jalal untuk semakin mendekat. Jodha tersenyum dalam tidurnya. Jalal memperhatikan setiap detail dari wajah Jodha. Wajah yang sangat indah namun sedikit pucat. Jalal juga bingung mengapa Jodha terlihat sedikit pucat.
Kini bibir Jalal tinggal beberapa inchi lagi akan menyentuh bibir Jodha. Ya, saat berdekatan dengan Jodha seperti ini, Jalal bagai tersihir kedalam pesona Jodha. Jalal lupa akan semua kemarahan yang sangat meledak ledak seperti yang ia tumpahkan saat berada dikamar mandi tadi.