Siang itu Jodha tengah duduk bersantai di halaman belakang rumah bibi Meena. Jodha memandang kearah buah Belimbing yang bergantung gantung di dahannya. Ia tersenyum senyum sendiri seperti tidak sabar untuk memetiknya. Tiba tiba Maan yang sedang beristirahat dari kantor untuk makan siang menghampirinya dan terheran heran melihat pandangan Jodha yang terfokus pada buah belimbing itu.
"Hei, gadis manis. Apa yang sedang kau lamunkan? Melihat buah belimbing saja sampai tidak berkedip begitu, " Maan membuyarkan lamunan Jodha.
"Ah, Maan. Kapan kau datang?" Tanya Jodha.
"Setengah jam yang lalu. Aku pulang sebentar untuk makan siang setelah itu aku akan kembali kekantor. Oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku, mengapa kau memandang buah belimbing itu sampai tak berkedip. Apa kau mau aku memetiknya untukmu?" Tanya Maan.
"Ya, aku memang sangat menginginkannya. Tapi, aku tidak mau kalau kau yang memanjat dan memetiknya untukku, " ucap Jodha.
"Jadi siapa yang akan kau suruh untuk memetiknya?" Tanya Maan.
"Ya, tentu saja Jalal, " jawab Jodha santai.
"Apa? Bukannya Jalal datangnya masih nanti sore? Apa bedanya kalau aku yang mengambilnya untukmu?" Protes Maan.
"Tidak Maan, aku tetap tidak mau. Aku akan menunggu Jalal sampai datang. Dia sudah berjanji akan mengambilkannya untukku, " jawab Jodha santai.
"Ya terserah kau saja lah Jo, kau ini tumben aneh sekali, sok romantis sekali maunya hanya diambilkan sama suami, " Maan menggeleng gelengkan kepalanya.
Maan meninggalkan Jodha dengan keheranan. Sementara Jodha kembali asyik dengan lamunannya sambil memandangi buah belimbing tersebut.
Sore hari tiba, Jalal datang dan segera menemui Jodha. Diketuknya pintu kamar Jodha dan tak lama Jodha membuka pintu dan menyambut Jalal dengan wajah sumringah.
"Sayang, kau terlihat cantik sekali sore ini. Apa kita akan pergi kesuatu tempat?" Tanya Jalal heran melihat Jodha yang berdandan tidak seperti biasanya.
"Tidak, kita tidak akan kemana mana. Memangnya ada yang aneh dengan penampilanku. Apa biasanya aku tidak terlihat cantik?" Tanya Jodha sedikit merajuk.
"Bu... bukan begitu sayang, maksudku biasanya kau tidak pernah memakai make up kalau sedang dirumah. Tapi sekarang kau terlihat seperti habis berdandan, " jelas Jalal.
"Iya, aku sedang ingin saja memakai make up. Oh ya, ayo kita ke halaman belakang. Aku akan menagih janjimu, " Jodha menarik tangan Jalal.
"Iya tapi sayang, ijinkan aku membersihkan diri dulu. Aku kan baru saja datang, " protes Jalal.
"Tidak Jalal, sekarang saja ya, " Jodha memelas sambil mengedipkan matanya dengan lucu.
"Ya baiklah, akan aku turuti kemauanmu, " Jalal menyerah.
Sesampainya dihalaman belakang mereka bertemu dengan bibi Meena dan paman Bhairam.
"Sore paman, sore bibi, " Jalal memberi salam.
"Sore Nak Jalal, duduklah bersama kami disini untuk bersantai sore, " ajak Paman Bhairam.
"Tidak paman. Bersantainya nanti saja. Jalal sekarang harus memanjat pohon belimbing itu dulu. Karena dia sudah berjanji padaku untuk memetik buahnya, " Jodha menyela.
"Memanjat? Untuk apa? Gunakan saja galah itu untuk memetik buahnya, " Paman Bhairam memberi solusi.
"Ah ya, sepertinya itu ide yang bagus paman, " Jalal menjawab.
"Tidak!!! Jalal harus memanjat dan memetiknya untukku, " pinta Jodha.
"Sayang, apa bedanya? Pakai galah itupun sama saja bukan? Aku juga yang akan mengambilkannya untukmu, " Jalal menjelaskan.
