Kini Jalal sudah berada diruangan dokter Salima. Nampak ekspresi cemas dari wajah tampannya tersebut. Wajah dokter Salima pun terlihat sedikit tegang. Tak lama kemudian dokter Nigar menyusul masuk keruangan itu. Mereka membicarakan sesuatu yang cukup serius tentang keadaaan Jodha.
"Jalal, sebelumnya aku sengaja hanya memberitahukanmu tentang persoalan ini. Karena kau adalah suami dari Jodha. Ada berita yang cukup serius yang ingin kusampaikan, " ucap dokter Salima sedikit berhati hati.
"Katakan saja segera dokter. Apa yang terjadi pada Jodha. Bagaimana hasil dari test nya?" Tanya Jalal penasaran.
"Kami telah menganalisa hasil test darah dan CT Scan yang kami lakukan. Dan hasilnya.... Maaf Jalal, Jodha dalam keadaan menderita Kanker Otak stadium dua. Jodha harus segera menjalani kemotherapi secepatnya, " dokter Salima menjelaskan.
"APA?? Kanker Otak?? Tidak dok.. tidak mungkin... hasil test nya pasti salah, " jawab Jalal tidak percaya.
"Maaf Jalal, dari hasil test ini sudah dipastikan Jodha menderita Kanker Otak, " ucap dokter Salima lirih.
"Dan maaf Tuan Jalal, itu artinya kita dengan terpaksa harus mengugurkan kandungan Nyonya Jodha karena akan sangat berbahaya apabila ia mejalani kemotherapi dalam keadaaan sedang mengandung, " dokter Nigar menambahkan.
"Mengugurkan kandungannya? Tidak dok... Jodha pasti tidak akan setuju. Kami begitu menginginkan bayi kami dok, aku tidak bisa membayangkan betapa hancurnya Jodha mendengar ini semua, " ucap jalal sedih.
"Inilah alasannya aku berbicara denganmu Jalal. Aku tidak bisa langsung memberitahu Jodha karena aku tahu pasti dia akan sangat shock apabila mendengar hal ini. Dan itu bisa memperburuk kondisinya, " terang dokter Salima.
"Apa tidak ada cara lain dok? Maksudku tanpa harus menggugurkan kandungan dan Jodha juga tetap bisa menjalani pengobatan, " Jalal frustasi.
"Maaf Tuan Jalal, kondisi janin Nyonya Jodha memang dikatakan dalam keadaan sehat dan baik baik saja. Namun seiring berjalannya pengobatan dan kemotherapi yang akan dilakukan, kehamilannya akan menjadi berisiko dan tentu saja bisa terjadi keguguran dengan sendirinya, " terang dokter Nigar.
"Jalal, aku berharap kau dan Jodha akan mengambil keputusan yang tepat. Jodha masih bisa disembuhkan walau harus menjalani proses pengobatan yang panjang, " ucap dokter Salima.
"Tapi dokter, biar bagaimanapun ini adalah pilihan yang sangat sulit. Aku benar benar bingung bagaimana cara menyampaikan ini kepada Jodha. Dia pasti tidak akan terima dengan kenyataan ini, " Ucap Jalal bingung.
"Memang melihat kondisi Jodha saat ini tidak terlihat sesuatu yang mengkhawatirkan. Namun penyakit seperti ini bisa semakin memburuk apabila tidak segera ditangani Jalal, " jelas dokter Salima.
"Baiklah dok. Maaf aku tak bisa memberikan keputusan ini sekarang. Biar bagaimanapun aku tetap harus berterus terang dan membicarakannya pada Jodha. Dia berhak tahu akan hal ini, " ucap Jalal.
"Ya, terserah kau saja. Hanya saja aku sarankan untuk cepatlah mengambil keputusan karena kita harus segera mengambil tindakan sebelum semuanya menjadi terlambat, " saran dokter Salima.
Jalal kemudian keluar dari ruangan dokter Salima dengan langkah gontai. Ia masih belum percaya akan berita ini. Ditambah lagi ia harus menyiapkan diri untuk memberitahukan ini semua kepada Jodha. Ia belum siap melihat reaksi Jodha yang pastinya akan sangat shock mendengar berita ini. Jalal dilanda dilema saat ini. Disatu sisi ia sangat menginginkan buah hati mereka akan lahir ke dunia dan disisi lain ia tidak ingin membahayakan nyawa Jodha, orang yang sangat dicintainya melebihi nyawanya sendiri.
Jalal akhirnya memutuskan untuk tidak memberitahu dahulu soal kondisi Jodha pada siapapun. Ia memutuskan untuk memberitahu Jodha disaat waktunya sudah tepat. Jalal mengirim pesan singkat kepada dokter Salima dan dokter Nigar untuk tidak memberitahukan informasi apapun kepada Jodha sampai Jalal menemukan waktu yang tepat untuk memberitahukannya.
