Jalal kini sudah sampai di bandara Changi Singapore dan segera bersiap menuju Male. Sepanjang perjalanan ia terlihat sangat bersemangat. Padahal belum tentu ia bertemu dengan Jodha. Tapi bukan Jalal namanya kalau ia tidak bisa berpikir panjang. Jalal semakin tidak sabar untuk sampai kesana. Saat pengumuman keberangkatan didengarnya, Jalal langsung bergegas untuk menuju Singapore Airlines yang akan membawanya menemui cintanya. Jalal tidak membawa banyak barang. Ia hanya membawa satu tas ransel besar yang digendong dipunggungnya. Dan hanya dengan menggunakan celana bermuda selutut warna krem serta kaos putih polos ketat yang membentuk tubuh atletisnya, tidak lupa ia memakai kacamata hitamnya, penampilan Jalal kali ini persis seperti para backpaker yang akan pergi berlibur.
Tiga jam penerbangan terasa sangat lama bagi seorang Jalal yang sedang tidak sabar untuk menemui pujaan hatinya. Tapi semakin dekat ia akan bertemu Jodha, semakin besar pula kegundahan yang ia rasakan. Bagaimana tidak, Jalal merasa bahwa Jodha pasti masih marah kepadanya dan pasti tidak akan mau bertemu dengannya. Namun, tekad Jalal sudah semakin kuat untuk menemui Jodha apapun konsekuensi yang akan ditanggungnya nanti.
Sampai di Male Airport, Jalal mulai menggunakan GPS nya untuk melacak keberadaan Jodha. Setelah cukup terlihat sibuk beberapa saat akhirnya Jalal tersenyum dengan menarik sudut bibirnya kearah kanan. Jalal bergegas menuju Cocoa Islands dengan menyewa sebuah speedboat. Karena sebagian besar daerah di Maldives berbentuk pulau, maka untuk menjangkau dari pulau satu ke pulau yang lain adalah dengan menggunakan speedboat.
Tiga puluh menit akhirnya Jalal telah sampai di resort tersebut. Jalal disambut ramah oleh para pegawai di pintu masuk resort tersebut. Namun, Jalal tidak langsung bergegas memilih suit atau villa untuk ia tempati melainkan langsung menuju kearah pantai tempat dimana ia bisa menemukan keberadaan Jodha.
*******--------***********
Jodha sudah bersiap dengan baju pantainya. Dress selutut berwarna putih berbahan katun. Dengan tali kecil yang terikat di leher menampakkan keindahan punggungnya, serta topi putih melebar menutupi bagian wajahnya agar tidak langsung terpapar sinar matahari. Tidak lupa kacamata hitam besarnya serta mengalungkan kamera di lehernya, karena tujuannya hari ini adalah memotret. Jodha berjalan sendirian tanpa menggunakan alas kaki.Maldives memang sangat indah. Tidak salah Jodha memilih tempat ini menjadi tempatnya berlibur. Dan Jodha memilih Cocoa Islands sebagai tempatnya menginap karena pemandangannya yang sangat menakjubkan. Cocoa Island Maldives adalah sebuah daerah pantai pribadi yang terdiri dari beberapa suite suite dan villa villa yang terletak di daerah Pulau Kaafu di Male Atoll Selatan. Salah satu keindahan dari Resort ini adalah area kolam renangnya yang memiliki luas yang tidak berbatas dan langsung terhubung mengarah ke laut lepas. Di sekitar Cocoa Island banyak terdapat restaurant restaurant mewah yang menyajikan makanan khas India Selatan dan juga kebanyakan menu menu seafood khas pantai.
Jodha benar benar dibuat takjub dengan pemandangan disekitarnya. Saat ini ia sedang berada dipinggir pantai sambil membidikkan kameranya kearah yang ditujunya. Kebanyakan ia memotret kearah laut lepas. Tanpa ia sadari sedari tadi ada sepasang mata elang yang terus mengawasinya. Dan pemilik mata elang itu tidak lain adalah suaminya sendiri, Jalal.
"Finally, i found you my Queen, " Jalal tersenyum.
Jodha masih asyik bermain dengan pasir dan ombak. Saat ombak menggulung menuju ke arahnya, ia berlari lari kecil agar ombak tidak mengejarnya. Jalal mengawasinya dari kejauhan. Seluruh tingkah Jodha sangat menarik dimata Jalal. Dan ia tidak menyia nyiakan moment tersebut, Jalal memotret seluruh tingkah dan ulah Jodha.
Seperti saat ini, Jodha sedang membangun istana pasir, namun saat istana tersebut sudah hampir rampung, tiba tiba saja gundukan pasir tersebut roboh dan Jodha merasa sangat kesal. Jodha memasang wajah cemberut dengan mamajukan bibirnya. Dan Jalal, sukses mengambil pose Jodha yang seperti itu dari kejauhan. Jalal sangat puas melihat hasil hasil jepretannya saat memotret Jodha.
Tiba tiba Jodha melangkah menjauh dari arah pantai. Ia mencoba berjalan kearah jembatan yang langsung berujung kearah laut. Jodha berjalan sambil membidikkan kameranya kearah laut. Entah apa yang ingin dipotretnya. Jalal mengikutinya dari arah belakang. Jodha benar benar tidak menyadari kalau saat ini ia sedang dibuntuti. Tiba tiba, karena tidak hati hati dan tidak fokus pada jalannya, Jodha terpeleset dan hampir jatuh. Namun, lengan yang kekar dan berotot itu segera menangkap tubuh Jodha dan Jodha pun jatuh dipelukan pria tampan itu.
"Ah, maaf... aku tidak hati hati. Terima kasih telah menolongku, " ucap Jodha tanpa melihat kearah pria yang menolongnya.
"Tidak apa apa sayang, apa kau baik baik saja? Apa kakimu sakit?" Tanya Jalal.
DEGG!!!!
Jantung Jodha berdegup kencang, darahnya berdesir. Suara itu, suara serak dan lembut namun penuh ketegasan yang selalu membuatnya ingin mendengarnya lagi dan lagi. Jodha mencoba mengangkat wajahnya untuk memastikan apakah itu Jalal, suaminya."Ja.... Jalal.... Kau.... ba... bagaimana kau bisa ada disini?" Tanya Jodha kebingungan.
"Aku kesini sedang mencari belahan hatiku yang hilang Jo..., " ucap Jalal puitis.
Tak banyak bicara, Jalal langsung meraih tubuh Jodha kepelukannya. Jalal memeluk Jodha dengan erat. Menumpahkan segala kerinduannya kepada Jodha. Jodha pun sangat ingin membalas pelukan Jalal. Ia sangat merindukan sentuhan pria yang sangat dicintainya ini. Namun, kesadarannya saat ini membuatnya mengurungkan niatnya. Jodha segera mendorong tubuh Jalal dan melepaskan pelukannya.
"Lepaskan aku Jalal, pergilah!!!" Bentak Jodha.
"Tapi Jo, ak.. aku..., " Jalal terbata.
Jodha berlari meninggalkan Jalal sendiri dengan kebingungan. Jodha berlari sambil menangis. Jalal segera berlari menyusul Jodha. Jodha berlari menuju suitenya. Jalal masih ikut mengejar mengikutinya. Jodha dengan cepat membuka pintu suitenya dan segera masuk kedalam. Namun, belum sempat Jodha menutup pintu, Jalal segera menahan pintu tersebut dengan kakinya. Jalal memaksa masuk kedalam. Sempat terjadi adegan dorong mendorong antara Jalal dan Jodha. Namun, kekuatan Jalal bukanlah tandingan Jodha. Akhirnya Jalal berhasil masuk kedalam suite milik Jodha.
"Buat apa kau kesini? Pasti Maan atau kak Ruq yang memberitahumu, iya kan?" Tanya Jodha ketus.
Jalal masih terengah engah setelah berlari mengejar Jodha dengan membawa tas ranselnya yang berat itu.
Hoshhh!!! Hosshhh!!! Hoshhh!!!
"Jodha, dengar dulu perkataanku. Aku kemari untuk menemuimu. Aku ingin menyelesaikan masalah kita, beri aku kesempatan Jo, please, " Jalal memohon.
"Kesempatan kau bilang? Kau tau, aku kemari untuk mencari ketenangan dalam berpikir. Aku ingin mengambil keputusan yang tepat untuk hubungan kita. Tapi, dengan kedatanganmu ini pikiranku bukannya tenang malah menjadi kacau balau. Kau tau tidak?" Jodha mempoutkan bibirnya kesal.
Melihat tingkah Jodha, sukses membuat Jalal menjadi gemas dan..
CUPP!!
Jalal mengecup bibir Jodha yang lembut. Awalnya hanya mengecup namun Jalal seperti merasakan candu yang membuatnya ketagihan akan lembutnya bibir mungil milik Jodha. Jalal melumat bibir Jodha, menumpahkan segala kerinduan dan kegundahan hatinya karena lama tidak bertemu dengan belahan jiwanya itu. Dan Jodha yang sedari tadi hanya diam tidak membalas ciuman Jalal, lama kelamaan ikut terbawa suasana kerinduannya kepada suaminya itu. Perlahan Jodha membalas ciuman Jalal, dan Jalal yang merasakan Jodha membalas ciumannya semakin memperdalam tekanan bibirnya ke bibir Jodha.
![](https://img.wattpad.com/cover/49262620-288-k660593.jpg)