Jalal terkejut melihat Jodha sudah berada tepat dibelakangnya. Sepertinya Jodha telah mendengar percakapannya ditelepon dengan dokter Salima barusan.
"Sa... sayang, ak.. aku bisa jelaskan, " ucap Jalal terbata bata.
"Kalau begitu, jelaskan padaku sekarang!" Pinta Jodha dengan nada meninggi.
"Baik, baiklah. Ayo kita duduk dulu, " Jalal mengajak Jodha duduk di sofa.
Jodha duduk sambil tak pernah melepaskan pandangannya dari Jalal. Ia benar benar merasa gelisah dan penasaran dengan percakapan Jalal tadi di telepon. Jalal memilih duduk berseberangan dengan Jodha dan bersiap untuk menjelaskan semuanya walau jauh didalam lubuk hatinya ia masih belum siap untuk itu.
"Sayang, kumohon dengarkan aku dulu, " suara Jalal bergetar.
"Cepat katakan, dan kumohon jangan membohongiku!" Ucap Jodha ketus.
"Sebenarnya... tadi yang menelepon adalah dokter Salima. Sebelumnya aku minta maaf padamu. Karena aku menyembunyikan hal ini darimu. Hasil test itu...., " Jalal tak sanggup melanjutkan.
"Ada apa dengan hasil testnya? Katakan Jalal!" Nada suara Jodha meninggi.
"Ka.. kau didiagnosa menderita kanker otak stadium dua dan kita harus segera mengambil tindakan, " ucap Jalal lirih dan airmata mulai menggenang disudut matanya.
Jodha terperangah tidak percaya. Tidak berbeda dengan Jalal, kini airmatanya pun sudah mulai membasahi pipinya.
"Ja... jadi kau berbohong? Kau bilang aku baik baik saja. Kau bohong Jalal!! Kau...., " Jodha terisak.
Jalal segera menghampiri Jodha dan duduk disampingnya. Diraihnya Jodha kedalam pelukannya walau saat itu Jodha berontak dan memukul mukul dada Jalal. Jodha merasa kesal karena Jalal telah membohonginya.
"Sayang, kumohon maafkan aku. Aku melakukannya agar kau tidak merasa shock walau aku tahu biar bagaimanapun cepat atau lambat kau harus mengetahuinya. Tadinya hal inilah yang ingin kubicarakan padamu. Tapi keburu kau mendengarkan percakapanku ditelepon dengan dokter Salima. Aku memintanya untuk memberiku waktu sampai kita bisa mengambil keputusan, " Jalal menjelaskan dengan berlinang air mata.
"Kep.. keputusan? Keputusan apa?" Jodha mulai was was.
"Kau harus segera menjalani kemotherapi. Dan dokter Nigar menganjurkan agar kita menggugurkan kandunganmu demi kesembuhanmu, " ucap Jalal pelan.
"Meng... menggugurkan? Maksudmu, kita akan membunuh anak kita sendiri? Kau sadar tidak akan perkataanmu, Jalal?" Jodha emosi dan segera berdiri beranjak menuju kearah pintu balkon.
"Sayang, dengarkan aku. Kita bukan membunuhnya. Ini demi keselamatanmu. Kalaupun kau bersikeras mempertahankannya, itu percuma saja. Proses kemotherapi yang akan kau jalani nantinya juga akan berpengaruh ke perkembangan janinmu. Dokter Nigar sudah menjelaskannya padaku, sayang," Jalalpun ikut berdiri.
"Kau bersikeras ingin menyelamatku kan? Tapi aku akan bersikeras untuk menyelamatkan anakku, " jawab Jodha.
"Sayang, please! Jangan egois begitu, " ucap Jalal.
"Kau yang egois!!" Jodha emosi.
"Sayang, dengar! Kalau kau bersikeras takkan menggugurkan kandunganmu, lalu bagaimana kau bisa menjalani pengobatan dan kemotherapi itu, " Jalal frustasi.
"Aku takkan melakukan semuanya. Aku akan tetap mempertahankan anakku, " Jodha teguh pada pendirianya.
"Lalu, bagaimana kalau kondisimu semakin melemah dan kau tak sanggup melahirkan anak kita? Aku mencemaskanmu Jodha, aku mohon, " Jalal memohon sambil kembali duduk dan memijit mijit keningnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/49262620-288-k660593.jpg)