Diperjalanan, terlihat raut ketegangan di wajah Jalal. Tejwan pun berkali kali menjadi sasaran kepanikannya. Saat ini Jalal dan Jodha duduk dikursi belakang Land Cruiser VX miliknya, sementara Tejwan dan Shivani ada di bagian depan. Jalal terus memeluk dan memberikan semangat kepada Jodha yang masih meringis kesakitan.
"Tejwan! Bisakah kau menyetir lebih cepat lagi. Kau tidak lihat apa kalau sekarang Nyonya Jodha sedang kesakitan, " bentak Jalal.
"I.. iya.. tuan. Maafkan saya, " mendengar nada suara Jalal yang sedang bingung, Tejwan pun tak berani membantah.
"Sa.. sayang. Jangan membentak Tejwan seperti itu. Wanita yang akan melahirkan memang harus seperti ini, " ucap Jodha pelan membela Tejwan.
"Sudah sayang! Kau jangan banyak bicara. Lihatlah nafasmu naik turun begitu. Sabar ya, kau pasti kuat. Sebentar lagi kita akan sampai, " Jalal masih terlihat panik.
Jodha hanya bisa membalas perkataan Jalal dengan senyuman. Sesampainya dirumah sakit, para perawat bersama dokter Nigar telah siap dengan ranjang dorong dan segera membawa Jodha menuju keruang persalinan. Keluarga Jodha yang tadi sempat dihubungi oleh bibi Gulbadan pun telah sampai kerumah sakit. Jalal tak pernah melepaskan genggaman tangannya kepada Jodha. Bahkan Jalal meminta ijin untuk menemani Jodha diruang persalinan.
"Jalal, sakit!!!" Jodha mengerang kesakitan saat kontraksi itu datang.
"Bertahanlah sayang, kau pasti bisa, " Jalal memberi semangat.
"Ah... aku tidak kuat lagi, " rintih Jodha.
Dokter Nigar masih berusaha membantu persalinan Jodha secara normal, namun Jodha lagi lagi hanya mengalami kontraksi tanpa adanya pembukaan. Bahkan yang lebih parahnya lagi, Jodha mengalami pendarahan. Wajah Jodha mulai memucat dan tubuhnya mulai melemah. Tampak ia seperti akan kehilangan kesadarannya. Jalal yang melihat kondisi Jodha yang seperti itu menjadi sangat panik dan ketakutan.
"Dokter Nigar, bagaimana ini? Mengapa lama sekali, " tanya Jalal tidak sabar.
"Tuan Jalal, sepertinya kita harus segera melakukan tindakan operasi melihat kontraksi yang terus menerus namun pembukaannya tidak bertambah. Nyonya Jodha juga telah kehilangan banyak darah, " ucap dokter Nigar.
"Baiklah dokter. Apapun itu, cepat lakukan yang terbaik agar istri dan anakku bisa selamat, " jawab Jalal gelisah.
"Baiklah tuan, silahkan tanda tangani berkas prosedurnya, " ucap dokter Nigar.
"Sayang, aku tinggal sebentar ya, aku tidak akan lama. Setelah selesai aku akan langsung kembali menemanimu, " Jalal mencium kening Jodha dan meninggalkannya.
Setelah selesai dengan semua urusannya, tindakan operasi pun dilakukan. Jalal tetap bersikeras menemani Jodha saat proses operasi. Ia tidak ingin melewatkan satu momentpun disaat istrinya berjuang melahirkan buah hati mereka. Jalal selalu memegang erat tangan Jodha dan sesekali mengecupnya memberikan semangat. Jodha masih dalam keadaan sadar, hanya saja kondisinya sedikit lemah karena harus berjuang dengan kontraksi hebat yang dialaminya tadi. Tak lama berselang, terdengarlah tangisan seorang bayi yang menandakan bahwa buah hati mereka telah lahir.
"Selamat Tuan dan Nyonya Jalal, anak kalian berjenis kelamin perempuan. Cantik seperti ibunya, " ucap dokter Nigar.
Jalal segera menggendong bayi mungil mereka untuk di adzan kan. Saat melafalkan adzan ke telinga anaknya, Jalal tak sanggup menahan haru dan mengalirlah air mata kebahagiaannya. Setelah itu, dengan perlahan Jalal memberikan bayi mereka kepada Jodha untuk dilakukan inisiasi menyusui dini. Melihat ikatan batin yang tercipta secara alami antara istri dan anaknya, lagi lagi Jalal tidak dapat menahan tangis harunya.