Part 23

2.3K 93 0
                                        

Jalal telah sampai di kediaman mereka. Dilihatnya mobil Jodha sudah terparkir di garasi menandakan bahwa Tejwan sudah membawa Jodha selamat sampai kerumah. Jalal segera masuk kerumah dan langsung menuju kekamar mereka untuk mencari keberadaan Jodha. Saat Jalal masuk, ia mendapati Jodha tengah berbaring miring membelakangi Jalal yang saat ini masih berdiri. Jalal menghampiri Jodha dan memegang pundaknya dengan hati hati.

"Sayang, apa kau masih marah padaku?" Tanya Jalal hati hati.

Jodha menoleh dan melihat Jalal yang duduk disampingnya, segera ia memutar tubuhnya menghadap suaminya tersebut.

"Mengapa kau menyusulku?" Tanya Jodha ketus.

"Aku mengkhawatirkanmu. Tadi kau sangat emosi. Aku takut nanti terjadi sesuatu padamu, " ucap Jalal.

"Kau lihat kan aku baik baik saja? Jadi kau bisa kembali kekantor sekarang, " ucap Jodha seraya mengusir Jalal.

"Tidak, aku tidak akan kembali kekantor. Saat ini aku sedang ingin menemani istriku yang sedang marah padaku. Aku ingin mengajaknya jalan jalan sore bersama si kecil ini, " rayu Jalal sambil mengelus perut Jodha.

Mendengar rayuan Jalal, senyum Jodha sedikit terukir dari bibirnya. Namun, tetap saja ia merasa masih kesal dengan perdebatan mereka tadi dikantor.

"Buat apa kau mengajakku dan si kecil ini jalan jalan? Bukannya kau mau menggugurkannya?" Ucapan Jodha bernada sinis.

"Sayang, please... aku janji mulai hari ini aku tidak akan membahas soal menggugurkan lagi kecuali kalau kau yang memulai. Jadi, jangan marah lagi ya, " pinta Jalal.

"Benar kau akan berjanji?" Tanya Jodha meyakinkan.

"Aku Janji" ucap Jalal.

Merekapun saling menautkan jari kelingking mereka tanda kesepakatan. Akhirnya Jodha kembali tersenyum lagi kepada Jalal. Jalal merasa sedikit lega, walau jauh dalam lubuk hatinya begitu banyak pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Sayang, tapi ini kan belum sore. Bagaimana kau akan mengajakku jalan jalan?" Tiba tiba Jodha bertanya.

"Ya, kalau begitu kau tidur siang saja dulu. Nanti sore, kita akan berjalan jalan ke taman atau terserah padamu kemana nanti kita akan pergi, " ucap Jalal.

"Hmmh, aku tidak terbiasa tidur siang. Bagaimana kalau kau menemaniku ngobrol saja?" Ajak Jodha.

"Ya baiklah, apapun permintaanmu My Queen. Oh ya, ngomong ngomong bagaimana perasaanmu akhir akhir ini sayang? Maksudku soal kesehatanmu, " Jalal mulai bertanya.

"Hufth, itu lagi yang kau tanyakan. Apa tidak ada pertanyaan lain lagi hemh? Kan aku sudah bilang bahwa aku merasa baik baik saja. Dan aku tidak berbohong, sayang. Mungkin ini kemurahan Tuhan untukku. Aku selalu berdoa agar penyakitku ini tidak mengganggu kehamilanku. Dan sepertinya Tuhan mengabulkannya, " jawab Jodha panjang lebar.

"Hmmmh, begitu ya? Ya, semoga saja itu benar sayang. Kau wanita yang sangat baik dan tentu saja Tuhan akan selalu bermurah hati kepadamu, " ucap Jalal sambil berpikir.

"Tapi kau percaya padaku kan kalau aku memang baik baik saja? Moti pernah bicara padaku, kalau kita selalu berpikir positif dan selalu mensugesti pemikiran kita dengan hal hal yang baik, pasti semua kekhawatiran dan kecemasan itu akan hilang dengan sendirinya. Dan sepertinya aku merasakan hal itu, " ucap Jodha lagi.

"Iya sayang, aku percaya kalau kau baik baik saja. Yang terpenting kau jangan terlalu lelah dan selalu menjaga kondisimu. Oke My Queen?" Ucap Jalal.

Jodha tidak menyahut. Ternyata ia telah tertidur. Jalal tersenyum melihat Jodha yang tertidur dengan damainya. Dibelainya dengan lembut wajah istrinya yang sangat dicintainya. Jalal merasa sangat bersalah kepada Jodha karena menurutnya karena dirinyalah Jodha harus banyak menanggung penderitaan. Penderitaan diawal pernikahan mereka dan saat ini ia juga harus merasakan penderitaan karena penyakitnya. Jalal membayangkan seandainya penderitaan itu bisa ditukar ke dirinya, ia akan dengan ikhlas menerimanya. Tak terasa bulir bening mulai jatuh membasahi pipinya.

LOVE AND REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang