My Brother (John)

46 3 0
                                    

John P.O.V

"Ini tempat yang aman. Untung saja aku memegang kunci cadangan."

Zaide, kau sudah berubah. Kau berubah begitu cepat. Bahkan dengan melihatmu yang memangsaku saja aku sudah tahu bahwa ini malamnya. Aku akan menemukanmu esok pagi. Aku berjanji.

Aku berdiri dan melihat sekitar tempat yang gelap.

"Tempat apa ini? Ini masih di Dojo, kan?"

Grr...

"Oh... Zaide, pergilah. Jangan memburuku. Aku saudaramu. Kau ingat aku, kan?"

Grr...

Krek...

Sesuatu menggores pintu. Pasti Zaide.

"Jangan lakukan itu! Sensei bisa marah!"

"J... John, ma... Maafkan aku."

"Aku memang sudah memaafkanmu sejak dulu. Tapi aku masih... Tunggu, apa?! Kau meminta maaf?!"

Aku menengok ke pintu.

"Ka... Kau bisa sa... Saja menyelamat-kan dirimu dan teman ki... Kita. Bu... Bunuhlah aku. Da... Dan tragedi i... Ini ti... Tidak akan per... Pernah terjadi lagi."

Aku terkejut dan tertunduk.

"Zaide, ti... Tidak! Aku... Aku tidak bisa!"

"Ku... Ku mohon! A... Aku su... Sudah menderita se... Sejak 13 tahun yang... Yang lalu! A... Aku tidak tahu me... Mengapa Sen... Sensei berikan Do... Dojonya padaku.

"Apa... Apa aku... Apa aku orang terkhir yang ia lihat? Hiks... Aku juga tidak tahu me... Mengapa dia bisa meninggal di... Dihadapanku? De... Dengan tubuhnya yang ber... Berdarah! Me... Mengapa?! Hiks..."

"Za... Zaide, aku..."

Ckrek...

Aku melihat ke asal suara. Pintu samping terbuka dan cahaya menerangi tempat ini.

"Ah... Kakak John, kau di sini?"

Aku menengok ke belakang. Tiga saudaraku masuk ke ruangan ini

"Tania, aku..."

"John... Aku... Aku tak ingat semuanya! Aku tidak ingat... Mengapa aku... Aku bisa di... Di sini. Aku... Benar-benar min... Minta maaf, John."

Aku hanya diam. Tak meresponnya lagi.

"John, kau bicara dengan Zaide yang ada di luar sana? Mengapa tidak kau biarkan dia masuk?" Tanya Kay yang jauh di belakangku

"Karena..."

"Karena... Dia... Adalah..."

"Kay aku bisa men... Mendengarmu. John tidak... Mem... Membiarkan aku, ka... Karena aku... Salah satu dari... Dari mereka."

Aku menundukkan kepalaku lagi.

"Zaide,"

"John, aku harus pergi. Tem... Tempatku bukan di Dojo i... Ini lagi."

Tap... Tap...

Oh, kakak. Kau tidak akan pernah bisa ingat.

"Kakak John, megapa Kakak Zaide bisa seperti itu?" Tanya Tania yang ada di dekat kakaknya

Aku hanya menggelengkan kepalanya. Aku tidak mau rahasia ini bocor. Apalagi sampai diketahui Tania. Aku memang sudah menceritakan beberapa hal. Tapi tidak tentang Zaide.

"I... Ini gudangnya, ya?"

"Ya. Ini gudang. Inilah tempat Sensei Lord tewas. Dan kau ingat, kan? Zaide saksinya."

"Tapi ia tidak memberitahu mengapa Sensei bisa terbunuh."

Aku hanya melihat mereka. Kemudian aku berjalan melihat sekeliling ruangan ini. Untung ada sedikit cahaya dari lentera yang di pegang Tania. Aku melihat berbagai barang tua, seperti bingkai foto yang ada di atas meja tua di depanku.

Aku mengusap kaca bingkai tua itu. Seketika aku terkejut. Itu adalah foto keluargaku saat kedua orang tuaku masih hidup. Ada diriku dan Zaide kecil ada di sana. Tersenyum seakan-akan melihatku dengan bahagia.

Aku tersenyum saat melihat mereka. Aku melihat ibu dan ayahku di sana. Air mata rasanya ingin keluar. Tapi aku menahannya. Aku tidak tahu di mana ayah. Beliau menghilang saat tragedi itu terjadi.

Pergi tanpa jejak. Meninggalkan keluarga kecilku. Aku hanya bersama ibu dan kakakku yang berbahaya.

Di depan foto tadi, aku juga melihat foto lain tanpa bingkai. Aku melihatnya. Banyak sekali. Berserakkan di atas meja. Aku melihat diriku saat masih kecil berlarian mengejar Sang Kakak yang mengambil barang kesayanganku, yaitu sebuah bola merah kecil.

Kemudian, ada foto lain di bawahnya. Betapa banyaknya foto itu. Hingga ku ingat masa-masaku bersama Zaide di masa lalu. Apa dengan semua foto ini, dia bisa ingat?

Aku membuka laci meja itu dan menyimpan semua foto di dalam sana. Jika aku ingat, aku akan mengajaknya ke sini.

Bagaimana pun juga, aku harus membuatnya ingat akan semua ini. Meskipun Tania ingin membantuku, tapi aku tidak bisa menerima bantuannya. Maafkan aku, Tania.

Aku hanya bisa menundukkan kepala. Mengingat keadaan Sang Kakak saat ini. Mengancam seluruh penduduk desa dengan tatapan tajamnya.

Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang