Second or Last Part 2

6 0 1
                                    

Makhluk-makhluk aneh itu mendekatiku. Aku sudah menghajar kalian waktu itu bersama tiga anggota keluargaku yang lain. Kenapa kalian bisa pulih kembali?

Aku menyiapkan kuda-kuda dan bersiap untuk menendang dan memukul mereka. Tangan kosong tidak masalah. Asalkan aku sudah belajar bela diri. Untuk apa jika tidak digunakan?

Aku berlari mendekati mereka karena mereka berjalan lama sekali. Seperti siput. Kemudian aku menendang mereka satu persatu hingga hingga mereka tidak bisa bangkit. Mengapa tidak patahkan tulang mereka saja? Ah... Menendang sekali saja langsung tidak bisa bangkit. Apalagi mematahkan tulang-tulang mereka. Aku terlalu malas.

Karena kakiku lelah, aku menghajar wajah mereka. Aku lebih sering memukul di bagian hidung. Ku hajar mereka satu persatu. Kadang aku menghajar dua sekaligus dengan kedua tanganku. Satu ke kiri dan satu ke kanan. Menyenangkan juga jika dengan tangan kosong.

"John! Kami akan membantumu!"

Dua temanku itu, eh... Saudaraku itu datang membantu dengan trik yang tak kalah menyenangkannya dariku. Bagaimana mereka bisa keluar?

Aku melihat pintu yang ternyata masih tertutup. Mungkin mereka sudah bisa membukanya.

Corwin memutar Kay yang lebih kecil darinya hingga tubuhnya melayang dan mengenai beberapa makhluk aneh itu dengan sekali putaran.

Aku pun tidak mau kalah dengan mereka. Aku melompat dan berputar dengan satu kaki di luruskan ke depan. Beberapa dari mereka mengenai kakiku dan jatuh. Aku pun mendarat di tanah tanpa terjatuh kemudian berputar sambil memukul mereka. Pusing. Tapi menyenangkan!

Tak lama aku berhenti bersenang-senang dan melihat semuanya sudah tergeletak di rumput. Aku mengatur napasku dan melihat Kay dan Corwin yang tersenyum padaku. Sungguh perlawanan yang menyenangkan!

Aku melihat pohon yang di duduki makhluk aneh tadi. Dia sudah tidak ada di sana. Tapi...

Buk...

Argh...

Aku melihat ke asal suara dan rupanya makluk yang bermata merah itu memukul perut Corwin dan dia terjatuh. Tangannya memegangi perutnya yang sakit.

Aku hanya terdiam melihatnya. Siapakah dia sebenarnya?

Kay membantunya berdiri dan meletakkan tangan kanan Corwin pada bahunya.

"Kau tak apa, kawan?" Tanya Kay

"Aku... Tidak apa-apa." Jawab Corwin yang masih memegangi perutnya

"Sebenarnya siapa kau? Mengapa kau sakiti dia?" Tanya Kay yang menatap makhluk itu dengan dingin

Dia hanya diam. Tapi, dia membalas tatapan Kay.

Aku mengusap wajahku yang basah karena air hujan dan berjalan beberapa langkah mendekati Kay dan Corwin.

"Hey, kau! Jawablah dia!" Kataku dengan keras

Makhluk itu melihatku dengan tatapan yang sepertinya familiar bagiku. Begitu pun dengan mata merah darah miliknya. Aku terkejut melihatnya. Apakah dia Zaide? Ah... Zaide itu manusia. Sedangkan dia... Dia makhluk aneh yang berbulu hitam dengan telinga serigala. Mungkin dia manusia serigala.

Aku melangkah mendekatinya. Bermaksud untuk memastikan makhluk ini Zaide atau bukan. Memang saat ku dekat dengannya, aku hanya beda kira-kira satu jengkal. Ini sama seperti saat aku dekat dengan Zaide.

"Hey, kawan. Siapakah dirimu? Kenapa kau menyakiti Corwin?" Tanyaku dengan halus sambil memandanginya yang masih menatapku

"Bisa-bisanya kau berkata begitu halus setelah ia menyakiti Corwin! Aku akan pergi membawanya ke kamar." Kata Kay yang lalu pergi membawa Corwin ke kamar

Aku hanya diam dan tidak merespon Kay.

"Jawablah aku. Siapa kau?" Tanyaku lagi

Dia terus saja melihatku. Begitu juga denganku. Tapi tiba-tiba...

Argh...

Tes... Tes...

Dia menggores tanganku kiriku hingga darahku menetes Banyak sekali. Aku melihat tangannya yang memiliki kuku yang panjang dan berlumuran darahku.

"Hey! Ada apa denganmu? Aku sudah bertanya baik-baik padamu! Kau malah melakukan itu?! Keterlaluan!"

Aku menampar wajahnya dengan sangat kencang.

"Itu balasanku untukmu! Meskipun tidak seberapa dengan tanganku ini!"

Makhluk jahat itu memegang pipinya yang ku tampar tadi. Kemudian melihatku lagi dengan mata berkaca-kaca. Aku jadi merasa bersalah karena sudah manamparnya. Membalas perbuatan buruk orang lain itu tidak baik.

"Um... Hey. Maafkan aku. Aku telah menamparmu. Aku tidak menyangka kau bisa seperti ini." Kataku yang melihatnya kemudian memeluknya

Meskipun aku tidak tahu siapa dia, apakah dia baik atau jahat, tapi inilah cara West bersaudara meminta maaf. Dengan sebuah pelukan.

"J... John,"

Terdengar suara dari makhluk itu dengan suaranya yang lemah.

Aku terkejut mendengarnya. Aku tidak percaya ini.

"Kau tahu namaku?" Tanyaku sambil melepas pelukanku

Dia menganggukan kepalanya.

"How? Bagaimana kau namaku?" Tanyaku

"Because... I'm...

"I... I'm your monster, John."

"No... No way! It can't be! Z... Zaide, you... You're the monster."Kataku yang mulai terisak

"Sejak awal aku memang monster, John. Aku kejam, jahat, tapi... Aku tidak bisa jahat padamu. Aku tidak bisa membunuhmu." Kata Zaide

"Untuk apa? Untuk apa kau membunuhku?" Tanyaku

"Aku ingin semua benci padaku! Kukira dengan menculik Tania saja sudah cukup." Jawabnya yang kemudian ia memelukku

"Aku sungguh minta maaf padamu! Aku begitu gelisah beberapa hari belakangan ini! Aku merasa kacau dengan pikiranku yang sudah tidak normal ini!" Katanya

Memang benar. Berpelukkan adalah cara kami untuk meminta maaf. Dan kami masih di tengah halaman yang masih diguyur hujan.

Dan... Tiba-tiba saja kepalaku sangat pusing. Dan tak lama, semuanya berubah menjadi hitam.

Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang