Don't Weak, Brother

15 3 0
                                    

Tania P.O.V

Ugh...

Aku membuka mataku. Aku terbangun di sebuah tempat yang tidak kuketahui. Aku ingat apa yang terjadi terakhir kali sebelum aku kemari. Kakakku mendekatiku saat aku pulang. Tapi... Kakak Zaide... Dia menangkapku dan... kakak dipukuli olehnya. Setelah itu di lemparlah dia ke kamar murid. Ada apa dengan Kakak Zaide? Mengapa dia melakukannya?

"Zaide, anakku, apa kau baik-baik saja?"

Hosh... Hosh...

"A... Apa yang telah kuperbuat?"

"Kau menculik Tania dan melempar Kay ke sebuah ruangan. Awal yang baik menurut kejahatan."

"Kay dan Tania? Bagaimana Anda tahu nama mereka?"

"Aku hanya tahu saja. Karena mereka saling menyebutkan nama."

Aku beranjak dari tempatku, yaitu ranjang. Kemudian aku mengintip di pintu sebuah ruangan di mana percakapan itu berasal. Aku melihat Kakak Zaide yang bersandar di ranjang bersama seorang kakek tua yang duduk di sampingnya. Kakak Zaide melihatku dengan mata merah darahnya. Kemudian ia tertunduk.

Ada apa lagi, kak? Kakak tidak perlu merasa bersalah dihadapanku. Aku baik-baik saja.

"Ada apa, anakku?"Tanya Kakek tua itu yang melihat Kakak Zaide

"Tania."Jawabnya singkat

Kakek tua itu melihatku dan tersenyum. Senyumnya itu seperti seorang pria yang kuat dan tabah. Dengan perlahan ia membuka mulutnya dan mulai bicara.

"Oh... Tania. Masuklah. Kau tidak perlu seperti itu, anakku."Katanya halus

Aku mengangguk dan masuk ke ruangan itu. Aku sedikit malu. Tapi aku akan berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Maafkan dia, Tania. Dia tidak bermaksud melakukannya."Kata kakek

"Tak apa, kek. Aku sudah mengetahuinya. Aku sudah tahu
bahwa dia akan melakukannya lagi.

"Tragedi itu bisa datang kapan saja. Aku bisa mengerti, kok."Lanjutku

"Ta... Tania, hiks... Aku sungguh minta maaf tentang kakakmu! Aku hanya... Hiks..."

Aku duduk di depan Kakak Zaide dan melihatnya. Begitu pun dengannya. Dia melihatku. Air matanya terus saja keluar. Dia begitu sedih. Aku begitu merasa tidak enak melihat Kakak Zaide yang menuangkan rasa bersalahnya padaku. Ia meminta maaf dengan rasa penyesalan yang amat dalam.

"Sudahlah, kak. Lagipula kakak tidak sengaja."Kataku

"Aku sengaja! Aku sengaja melakukannya! Aku ingin kalian semua membenciku! Aku ingin kalian membuangku! Aku ingin pergi dari sini, Tania!

Hiks... Hiks...

"Ka... Kakak,"

"Tapi... Aku tidak bisa! Aku tidak yakin! Aku tak mampu! Yang ingin kulakukan hanyalah menjadi seseorang yang kejam untuk terakhir kalinya sebelum..."

"Sebelum apa, kak?"

"Sebelum..."

Kakak Zaide segera memalingkan wajahnya dariku. Ia pasti tidak ingin memberitahukan ini padaku.

"Zaide, sudahlah. Jangan paksakan dirimu."

"Ya, kek."Kata Kakak Zaide

Kakak Zaide kembali melihatku dan mengahapus air matanya.

"Maafkan aku, Tania. Aku tidak bisa memberitahumu." Kata Kakak Zaide

"Tidak masalah, kak. Aku bisa mengerti, kok."Kataku

"Tidurlah, anakku. Kau harus bersiap untuk nanti malam." Kata Kakek

Kakak Zaide hanya mengangguk.

"Dan Tania, aku harus bicara denganmu." Lanjut kakek sambil melihatku

"Baiklah."

Kakek itu berdiri dan keluar. Aku mengikutinya. Kami meninggalkannya. Sendirian di ruangan itu.

Tapi aku berhenti sejenak. Melihat Kakak Zaide yang tertunduk. Sesekali ia memukul tangannya sendiri pada kasur yang empuk itu.

Kakak Zaide, kuatkanlah diri kakak. Jangan bersedih lagi. Entah apa yang terjadi, kakak harus terus kuat.

Kakak sudah melakukan yang terbaik untuk semuanya. Kakak tidak boleh lemah.

"Kakak,"

Kakak Zaide hanya melihatku dan menunggu kalimatku.

"Jangan lemah, kak."

Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang