Teaching Day Part 2

19 3 0
                                    

Aku berjalan mendekati Zaide.

"Zaide, aku ingin bicara."

Zaide hanya diam. Dia tidak meresponku sama sekali.

Aku sudah berdiri tepat di depannya. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku ini. Aku melihat mata merahnya yang berkaca-kaca.

Zaide, apa kau menangis lagi?

"Ka... Kakak,"

Zaide terkejut, kemudian melihatku.

"John, ada apa?" Tanya Zaide

"Aku minta maaf sebelumnya. Maafkan aku jika kau kecewa. Tapi..."

Aku benar-benar tidak tega mengatakan ini. Tapi... Ini untuknya.

"Ada apa, John? Katakan saja. Aku akan baik-baik saja. Aku janji."Kata Zaide dengan halus

"Um... Aku ingin kakak berhenti menjadi guru." Jawabku

Zaide segera terkejut lagi setelah mendengar kalimatku barusan.

"Kau ingin aku berhenti?" Tanya Zaide

Ting... Ting...

"Ah... Sudah jam 8. Cepat sekali." Kata Zaide

"Na... Nanti... Akan kulanjutkan." Kataku

Skip....

Aku, Kay, dan Corwin mulai mengajar.

"Kalian bertiga, apa yang akan kalian lakukan pada hari ini?"Tanya Zaide di depan kami bertiga

"Hmm... Satu lawan satu?"Tanya Kay

"Latihan?"Tanya Corwin

"Pemilihan murid terbaik?"Tanyaku

Zaide berpikir sejenak. Hingga dia menemukan suatu jawaban.

"Saran kalian cukup bagus. Tapi, aku memutuskan untuk menggabungkan ketiganya." Kata Zaide

"Jadi..."

"Kita latihan satu lawan satu untuk menentukan siapa murid terbaik di sini?" Tanya Kay

"Tepat sekali. Apa semuanya setuju?"

Semua pun hening. Tapi tiba-tiba semuanya setuju dengan keputusan guru mereka.

"Baiklah. Kalian pilihlah satu orang untuk menjadi lawan kalian. Yang menang, nanti akan mendengarkan keteranganku yang selanjutnya."Perintah Zaide

"Baiklah!"

Semuanya mencoba melawan satu sama lain. Aku beserta New Sensei lainnya mengawasi latihan ini.

"Lakukan yang terbaik!"

Aku melihat Tania yang berjuang dengan baik meskipun baru belajar dasarnya. Hmm... Dia memang benar-benar ahli.

"Kalian jangan terlalu keras! Ini hanya latihan!" Kataku yang mengingatkan teman maksudku muridku

"Baik!"

Setalah menunggu, keluarlah pemenang yang berjumlah 26 anak. Dilakukan lagi perlawanannya hingga mendapatkan 5 atau 6 anak yang berhasil lolos.

Aku terus saja mengawasi setiap gerakan semua murid. Memang jika ada kekerasan, aku akan langsung mendiskualivikasikan murid itu.

Setelah itu, di lakukanlah perlawanan lagi dengan jumlah pemenang yaitu 13 orang. Semuanya mulai melawan lagi. Karena Rey tidak memiliki pasangan, jadi ia bisa memilih guru yang akan melawannya. Tapi, dia memilih Corwin untuk melawannya.
Meskipun begitu, tetaplah seorang guru yang menang. Sayang sekali.

"Sudahlah, Rey. Kau masih punya banyak kesempatan." Kata Corwin

"Benar apa yang di katakan Sensei Corwin. Sebagai tanda keberanianmu melawan seorang guru pada kali ini, aku akan memberikan pin ini sebagai penghargaan."Kata Zaide yang
mendekati Rey sambil memberikan sebuah pin padanya

"Teacher Fighter? Luar biasa! Terima kasih, Ssnsei!"Kata Rey yang bahagia

Aku hanya tersenyum melihat dari kejauhan.

Tanpa di sadari, semua pemenang sudah berbaris. Aku terkejut melihat Tania yang masih bertahan sebagai pemenang. Begitu pun dengan perempuan dengan pin 'Fight' yang ada di samping Tania.

Peserta sudah bersisa 6 orang. Waktunya memberikan penghargaan. Aku melihat Arinna, Felina, Eric, James, Devy, dan Tania yang di berikan penghargaan oleh Zaide.
Aku begitu bangga melihat mereka yang begitu bahagia menerima penghargaan itu.

Akhirnya aku, Kay, dan Corwin berdiskusi dan memutuskan untuk berfoto sebelum mereka semua pulang.

"Baiklah. Aku akan ambil kameranya di loker." Kataku

Aku berlari ke ruang ganti untuk mengambil kameraku yang ada di lokerku.

Ckrek...

Tap... Tap...

Ku buka lolernya dan di ambilah kameranya. Kemudian aku kembali ke halaman.

"Zaide, sudah waktunya!"

"Ah... Ya."

Sebelumnya aku letakkan kameranya di pagar koridor yang tingginya sampai dadaku. Kunyalakan kameranya dan ku atur posisi dan timernya.

Aku bukan pelari yang cepat. Jadi ku atur waktunya sekitar sepuluh detik.

Semua orang sudah masuk dalam layar.

"Ok. Get ready for your pose!"

Aku menekan tombol pada kamera itu dan berlari ke tempat mereka berkumpul. Aku berlari sangat cepat. Dan aku berada di posisi bawah. Jadi aku jongkok bersama murid lain yang di bawah.

Kami menunggu hingga kameranya mengambil foto. Tapi sepertinya sudah.

Aku berjalan ke arah kameranya, kemudian mengambilnya. Ternyata benar. Fotonya sudah terambil. Semuanya terlihat baik dan tidak ada yang berkedip.

"Thanks all!! You can go home now." Kataku

"Baik!"

Semuanya pergi ke ruang ganti dan mengantri untuk mengambil pakaian mereka tadi.

Aku mematikan kamera dan mengalungkannya di leher. Aku memutuskan untuk melanjutkan pembicaraan tadi.

"Zaide,"

Aku berjalan mendekati Zaide.

"Ya? Masalah tadi?"

"Benar." Jawabku

"Aku tidak tega melihatmu yang terus sakit seperti ini. Apalagi tentang perubahanmu itu... Aku..."

"Kau baik sekali, John. Tapi... Maaf. Aku masih ada perlu. Tapi tenanglah. Besok aku akan menyerahkannya padamu."Kata Zaide

Aku tersenyum.

"Terima kasih sudah mendengarkanku, Zaide. Sekali lagi maafkan aku." Kataku

"Sudahlah. Itu tidak masalah bagiku. Kau begitu peduli padaku."

Black Moon TragedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang