31. Simfoni Hitam

16K 1.1K 84
                                    

Copyright2015©Anita_ pardais

****

Seperti malaikat...

Seolah dihembuskan oleh angin kalimat itu kembali terngiang di telingaku. Aku tertegun.

"Oliv kok makanannya di lihatin aja sayang." Ucapan Mami membuat aku sedikit tersentak dan buru-buru mengangkat wajahku.

"Iya Mi. Ini... Oliv makan kok." Aku mencoba tersenyum pada Mami yang menatapku dengan senyum keibuannya.

Mami mengangguk dan aku mulai menyuap makananku dengan perasaan canggung.

"Nggak usah sungkan Liv. Anggap saja kita ini keluarga, eh tapi nggak lama lagi kita emang bakal jadi keluargakan?" Ucapan kak Reline selanjutnya membuat aku kembali mengangkat wajahku.

Aku tersenyum bingung harus mengatakan apa tapi kurasakan wajahku memanas lalu aku berpaling menoleh pada Rasykal yang ternyata tengah menatapku dan memberikan senyumannya.

Bibirnya memang tersenyum tapi entah mengapa aku merasa Rasykal melakukannya karena terpaksa. Ada apa sih sebenarnya dengan dirinya? Kenapa tak seperti biasanya.

"Makud ucapan Kak Alin itu apa? Siapa yang sebentar lagi menjadi keluarga kita?" tanya kak Rei tiba-tiba.

Mataku langsung fokus pada kak Rei yang tengah menatap kak Reline yang duduk di seberang kursiku.

Dari wajah kak Rei jelas aku melihat ketidak sukaan terpancar dari raut wajah sempurnanya. Aku menelan ludah dan kembali berpaling menatap ke piringku.

"Rei kamu bicara yang sopan." Terdengar Papi menegur dengan suara Papi yang berwibawa dan tenang.

"Iya Rei. Kamu pasti tau apa yang Kakak maksud. Siapa lagi kalo bukan Oliv, pacarnya Ash."

"Maaf Pi. Tapi memang Rei nggak tau. Siapa Oliv dan siapa pacar Ash."

"Masa kau nggak tau Rei? Bener itu Dek? Kau nggak pernah ngenalin Oliv ke Kak Rei?"

"Aku memang belum ngenalin Oliv ke kak Rei, Kak." Ucap Rasykal terdengar kaku.

"Aku sengaja ngenalin Oliv saat keluarga ngumpul semua seperti sekarang."

Aku mendengar kak Rei mendesah kesal.

"Sudahlah Rei nggak perlu kesal begitu. Nggak enak sama Oliv. Yang pentingkan sekarang kamu sudah kenal dengan calonnya adikmu." Terdengar suara Mami menengahi suasana tak enak antara kak Rei dan Rasykal.

"Calon? Calon apa lagi maksud Mami?" kak Rei bertanya lagi pada Mami dengan terkejut.

Aku yang masih bergulat dengan pikiranku seketika tertegun mendengar suara kak Rei yang meninggi. Sekaligus aku juga merasa heran kenapa seolah kak Rei tak mengerti dengan semua pembicaraan di ruang makan ini yang menyangkut tentang diriku dan Rasykal.

Kenapa dia harus menanyakan ulang setiap ucapan Mami ataupun kak Reline padahal ucapan itu arti dan maksudnya sudah sangat jelas.

Seketika ruang makan tiba-tiba menjadi hening. Bahkan si kembar yang barusan masih berceloteh berdua seketika mengancing mulutnya demi mendengar ucapan terakhir kak Rei. Aku sendiri yang masih menunduk tanpa sadar mencengkram sendokku semakin kuat.

Entah mengapa aura intimidasi seolah menguar dari tubuh kak Rei. Aku tak tau apakah hanya aku saja ataukah semua yang ada di ruangan ini juga merasakan apa yang aku rasakan. Dadaku berdebar!

"Oliv calon istriku Kak." Suara Rasykal memecah suasana ruang makan yang sesaat hening.

Seketika menyusul suara dentingan sendok yang terjatuh di piring porselen. Suara itu berasal dari arah kak Rei.

Fine,I Love U (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang