Copyright2015ⓒAnita_ Pardais****
Begitu masuk ke dalam rumah ini mulutku langsung menganga. Gilak mewah banget! Untung saja untuk rumah semewah ini kemungkinan untuk adanya nyamuk sangatlah kecil sehingga aku yakin mulutku ini tidak akan dimasuki oleh serangga pengganggu yang satu itu.
Nafasku tertahan sejenak melihat indahnya lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit rumah yang tinggi. Lukisan abstrak yang unik dan pasti mahal menjadi pemandangan yang sangat indah di sisi dinding sebelah kanan. Di tengah ruangan terdapat satu set sofa dengan karpet import terhampar di bawahnya. Dan yang paling menarik di mataku adalah sebuah lemari kaca besar yang terisi oleh koleksi kristal-kristal berbagai bentuk dan ukuran milik sang empunya rumah.
Baru juga aku akan mengagumi isi lemari kaca itu layaknya orang pedalaman yang baru masuk ke perkotaan, tanganku sudah ditarik oleh Rasykal menuju bagian dalam rumah di mana semua kebisingan suara musik yang kudengar sejak membuka pintu tadi bersumber.
Layaknya pada sebuah pesta, di dalam aku melihat beberapa orang yang sedang duduk di sofa dengan meja yang penuh dengan kaleng minuman dan snack.
Di ujung ruangan sebelah tangga melingkar ke lantai atas terdapat meja billiard. Ada dua orang yang sedang bermain di sana. Salah satu pemain itu adalah Dimas dan di sofa panjang di dekat meja billiard itu aku melihat Dewinta sedang duduk di situ.
Rupanya dari mall tadi mereka juga langsung kemari. Dewinta sepertinya belum melihatku karena matanya masih fokus pada Dimas yang sedang bermain.
Di sudut ruangan berdekatan dengan meja billiard aku melihat meja yang diset menyerupai sebuah mini bar dengan kursi-kursi tinggi di depannya. Di belakang meja bar itu terdapat lemari kaca yang berisi botol-botol minuman. Dan minumannya yang pasti bukanlah sirup ataupun limun apa lagi air mineral mana ada di situ.
"Hallo big bro..." suara bas seseorang meningkahi suara musik menyambut kami begitu masuk ke ruang tengah. "Tumben banget boss kita dateng. Sama siapa nih?!" Orang itu melirikku, matanya meng-scanningku seperti aku ini sebuah barang yang tengah ditafsir berapa harganya.
Jariku mengepal di dalam genggaman Rasykal, merasa dongkol dengan tatapan kurang ajar lelaki bertubuh gendut itu. Rasykal perlahan meremas jemariku, menenangkan agar aku tak terpancing emosi.
"Hai Oliv... Kita ketemu lagi di sini," ujar suara lain sebelum Rasykal sempat membalas sapaan orang tadi.
Mataku beralih keorang yang barusan bersuara. Dia Julius, teman Rasykal yang dikenalkannya padaku di mall waktu itu. Pria yang juga tampan dan bermata sipit.
Emosiku pada pria gendut tadi teredam sesaat dan aku tersenyum membalas sapaan Julius. Disebelahnya duduk wanita cantik bermata sipit sama seperti mata Julius. Wanita itu juga tersenyum melihatku.Tipikal orang yang ramah dan enak diajak berteman sepertinya.
Rasykal menarikku duduk di salah satu sofa panjang yang berhadapan dengan Julius dan pasangannya. Mataku beralih keatas meja yang berserakan kaleng-kaleng bir dan minuman ringan.
Belum apa-apa kepalaku sudah puyeng duluan. Kenapa juga aku bisa terjebak bersama Rasykal di tempat seperti ini. Bagaimana jika ini pesta narkoba. Lalu kami digrebek polisi dan aku masuk penjara. Bisa-bisa ibu langsung kena serangan jantung. Idih amit-amit dah!
"Wah.... ada black n white couple rupanya."
What!! Maksudnya apa!
Orang yang barusan bicara itu memberikan tinjunya pada Rasykal, yang disambut Rasykal seraya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fine,I Love U (Complete)
RomanceOlivia merasa dirinya jauh dari sempurna. Kulitnya gelap dan wajahnya tak menarik. Walaupun ada yang mengatakan kulitnya eksotis dan wajahnya manis seperti artis India Pooja Sharma, tapi dia tak percaya. Lalu bagaimana jika Rasykal yang nyaris semp...