Copyright2015@Anita_ pardais
****
Rei pernah depresi....
Aku menghela nafas dalam-dalam seraya memandang keluar melalui jendela kaca besar yang terdapat di kamarku. Tanganku memeluk lutut di depan dada.
Di luar sang mentari tampak enggan bersinar garang, seakan memahami isi hatiku yang tengah berselubung mendung.
Dua kali mengalami peristiwa yang luar biasa buruk membuat jiwanya terguncang...
Sesak itu kembali melandaku membuat nafasku terasa berat. Mataku terpejam dan terasa perih merasakan gumpalan emosi di dadaku yang memaksa ingin keluar.
Kegagalan pernikahannya dengan lelaki yang sangat dicintainya membuat Rei mengalami pukulan pertama...
Sebulan setelahnya Rei mengalami keguguran akibat depresinya yang membuat dia mendapatkan pukulan yang lebih berat...
Aku tak tahan lagi. Kurasakan air mata mengalir dari sela mataku yang terpejam saat ulasan kejadian pagi tadi terasa mengiris hatiku.
"Kamu jahat... kamu nggak boleh mebawanya... dia milikku..."
Kak Rei...
Saat itu usia Rei baru beranjak 20 tahun. Batinnya tak kuat menampung kesedihannya hingga jiwanya menjadi tak stabil. Rei mencoba bunuh diri dengan menyayat urat nadinya... Dia... pendarahan hebat...!
Dia menolak semua orang kecuali Rasykal. Dia menolak Kakak. Dia menolak Papi. Bahkan Mami stres karena memikirkan Rei.
Cuma Rasykal... hanya dia yang bisa membuatnya tenang... Rasykal yang bisa membuat dunianya tertawa lagi...
Dia pria yang aku cintai.
Dan dia..."Aku mencintaimu... "
Sakit! Kenapa rasanya harus sesakit ini mendengarnya menyatakan cinta kepada wanita lain, walaupun... walaupun wanita itu adalah kakaknya sendiri...
Sungguh ini sakit sekali. Seperti hatiku dicabut paksa...!
Ibu... apa yang harus aku lakukan...
Kak Rei... dia... lebih membutuhkannya.
Jika wanita itu orang lain maka aku tak akan mengalah. Aku akan berjuang hidup dan mati agar Rasykal selalu di sisiku.
Tapi wanita ini adalah kakak yang sangat disayanginya. Kehancuran kak Rei adalah kehancuran untuk Rasykal juga.
Kenapa harus kak Rei ya Tuhan... Kenapa harus kakak yang sangat disayanginya?
Tiba-tiba wajah bapak terbayang di benakku. Bapak tersenyum. Senyum hangatnya yang selalu berhasil membuatku tenang.
"Sholat nak... Sholat membuat hatimu tenang."
Dengan perlahan aku mencoba bangkit lalu berjalan ke kamar mandi. Aku membasuh wajahku di wastafel dan merasakan segarnya air yang menyapu wajahku yang letih.
Aku keluar dari kamar mandi setelah mengambil air wudhu. Perasaan damai dan tenang melingkupi setelah beberapa bagian tubuhku terbasuh air yang suci. Aku lalu memasrahkan semuanya pada Dia yang Esa. Pada Dia sebagai pemilik takdirku.
Setelah menunaikan salah satu kewajibanku sebagai muslimah aku melepas mukenaku seraya duduk di tepi tempat tidur. Saat itu kudengar pintu kamar dibuka membuat aku menoleh. Dan seketika darahku berdesir.
Aku benar-benar tak mampu menerjemahkan perasaanku saat melihatnya berdiri di ambang pintu. Ada rasa getir yang berkecamuk di dalam dadaku. Ada rindu dan juga kecewa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fine,I Love U (Complete)
RomanceOlivia merasa dirinya jauh dari sempurna. Kulitnya gelap dan wajahnya tak menarik. Walaupun ada yang mengatakan kulitnya eksotis dan wajahnya manis seperti artis India Pooja Sharma, tapi dia tak percaya. Lalu bagaimana jika Rasykal yang nyaris semp...