Author POV
Suasana SMA alfurist begitu ramai oleh hiruk pikuk suara siswi-siswi. Para siswi-siswi tersebut berteriak histeris begitu melihat 3 mobil mewah terparkir di pelataran parkir SMA Alfurist. Tampak dari kejauhan keluarlah 3 pria tampan dari masing-masing mobil tersebut. Mereka adalah Alfath, Bara, dan Rico. Mereka merupakan pria-pria popular di sekolah tersebut.
Kaya, tampan, pintar, dan dingin mungkin penggambaran itu cocok untuk seorang Alfath. Putra dari seorang pebisnis terkenal. Bara dan Rico pria-pria berwajah tak kalah tampannya dengan Alfath. Sikap dan sifat Bara dan Rico sedikit berbeda dengan alfath, mereka cenderung lebih petakilan. Tak ayal banyak para wanita yang menggandrungi mereka. Terutama Alfath karena, alfathlah yang paling tampan diantara ketiganya dan terlihat lebih cool.
Aleya POV
"Bu ini Jakarta?" ucapku sambil melihat keselilingku
"Iya Le." Jawab ibu
Wah aku tidak menyangka bisa berada di kota seperti Jakarta ini. Lampu-lampu dari kendaraan yang lalu lalang dan juga cahaya-cahaya dari gedung-gedung bertingkat itu menambah kekagumanku terhadap kota ini. Berbeda sekali dengan di kampungku. Di sini jalanannya bagus, kendaraan-kendaraannya pun mewah-mewah bangunannya pun tak kalah mewah.
Sedangkan di kampungku jalannya saja masih tanah, kendaraan yang lumayan juga hanya sepeda motor, boro-boro melihat gedung seperti ini rumah yang paling bagus di kampungku saja mungkin tidak ada apa-apanya dibanding rumah-rumah yang ada di sini apalagi dengan rumahku sangat sangat sangat bertolak belakang.
Apa bisa aku beradaptasi di kota seperti Jakarta ini? Aku hanya gadis kampung yang beradu nasib di Jakarta. Mencari peruntungan di kota ini. Pasti sangat sulit untukku bergaul dengan warga Jakarta yang terkenal angkuh dan sombong itu. Kira-kira aku akan tinggal dimana ya? Lalu bagaimana dengan sekolahku? Ibuku akan bekerja dimana ya?
Ah maaf aku sampai lupa untuk memperkenalkan diriku. Aku Aleya. Aku hanya gadis kampung yang mengikuti ibunya untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Aku hanya tinggal dengan ibuku. Ayahku sudah meninggal semenjak aku berumur 5 tahun. Dan saat ini usiaku 17 tahun.
Sekarang ibukulah yang banting tulang untuk menghidupi kami berdua. Saat kami di kampung aku selalu membantu ibu untuk mencari uang. Aku bekerja apa saja yang bisa menghasilkan uang dan yang penting uang yang aku hasilkan uang halal.
Walaupun kami hidup kekurangan kami selalu mencoba bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kami. Karena kami percaya rezeki sudah diatur dan tidak akan tertukar. Doakan aku ya semoga aku dan ibuku berhasil.
Author POV
Di sana terlihat gadis cantik nan polos itu sedang berjalan bersama ibunya menyusuri jalan ibu kota yang tak pernah lengah. Sang gadis berparas cantik, kulitnya kuning langsat, rambutnya menjuntai indah sampai sebahu, postur tubuhnya terbilang cukup tinggi, jika dia tersenyum maka, akan menampilkan lesung pipinya yang menambahkan kesan manis pada gadis itu.
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah. Rumah yang sangat besar bak istana. Mereka berdiri di depan gerbang rumah yang menjulang tinggi. Setelah beberapa saat muncullah seorang wanita, umurnya diperkirakan sudah memasuki kepala 4. Dia merupakan salah satu pelayan di rumah tersebut. Kemudian wanita tersebut membuka gerbang dan menghampiri sang gadis dan ibunya.
"Assalammualaikum Mba Suci. Apa kabar Mba? Wah Ale sudah besar ya sekarang. Makin cantik aja nih." Sapa wanita tersebut
"Waalaikumsalam, kami baik Mir." Jawab sang ibu
"Ah bi Mira bisa saja hehehe." Jawab Aleya
"Ayo masuk ini rumah majikan saya Mba. Nanti Mba akan tinggal dan bekerja di sini. Tapi Tuan dan Nyonya sedang tidak ada di rumah Mba. Mira sudah bicara kepada mereka dam mereka mengizinkan Mba dan juga Aleya tinggal sekaligus bekerja di sini. Mari Mba saya perkenalkan dengan tuan muda."
"Tuan muda? Siapa itu Bi?" Tanya Aleya
"Tuan muda itu anak dari tuan dan nyonya. Dia sangat tampan loh Aleya" Mereka pun memasuki rumah itu. Pandangan Aleya dan Suci menjelajah ke segala penjuru rumah.
Kemudian terlihat seorang pemuda nampak turun melewati tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua rumah tersebut. Pandangan pemuda tersebut tertuju kepada Aleya. Lalu beralih menatap Mira.
Alfath POV
"Selamat malam tuan muda. Ini Aleya dan Mba Suci. Mereka pelayan baru di rumah ini tuan." Jelas Mira
"Apa ayah dan bunda sudah tahu?" Tanyaku
"Sudah tuan muda. Tuan dan nyonya juga sudah mengizinkan mereka tinggal di sini."
"Baiklah. Bi Mira tolong antarkan mereka ke kamarnya."
"Baik, permisi tuan."
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Mataku tidak bisa lepas dari gadis itu. Wajahnya cantik dan juga terlihat sangat polos. Tadi aku sempat melihatnya tersenyum kepadaku. Dia manis sekali, apalagi ditambah dengan lesung pipinya.
Ada apa dengan diriku? Kenapa aku jadi terus memikirkan gadis itu? Oh ayolah Alfath kau baru sekali bertemu dengannya. Masih banyak wanita yang lebih dibanding gadis itu. Dia hanya gadis kampung biasa.
Aleya POV
Indah sekali rumah ini. Aku tidak menyangka akan diperbolehkan tinggal di sini oleh pemilik rumah ini. Apa Tuan dan nyonya orang yang sombong? Atau mungkin mereka pemarah? Hem.. membayangkannya saja sudah membuatku takut. Terlebih tuan muda itu, dia sepertinya tidak banyak bicara dan juga sedikit sombong. Apa mungkin semua orang kaya seperti itu?
Tuan muda.Sebenarnya siapa namanya? Wajahnya sangat tampan, kulitnya putih bersih, rambutnya indah, alisnya tebal, matanya tajam, hidungnya mancung, badannya tegap dan gagah, bibirnya merah, dan tubuhnya tinggi. Oh betapa sempurnanya dia, apa ada pria setampan dia? Huh, aku berlebihan menilainya. Lagi pula untuk apa mempunyai wajah tampan kalau sombong dan dingin seperti itu?
"Ale kamu kenapa melamun?" Tanya Ibu, memecah lamunanku
"Ah tidak apa-apa bu."
"Ayo bantu Ibu membereskan pakaian-pakaian kita. Setelah itu kita tidur, mungkin besok kita akan bertemu nyonya dan tuan."
"Baik Bu."
Aku pun membereskan pakaian-pakaian kami. Ah aku lelah sekali, semenjak turun dari bus tadi pagi aku belum beristirahat sama sekali. Terlebih tadi aku dan Ibu harus berjalan kaki mencari alamat rumah ini yang diberikan Mba Mira kepada Ibu. Tak terasa sudah jam 11 malam. Lebih baik aku tidur sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat? ( Completed )
Dla nastolatków"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Jangan berjanji jika kau tidak bisa menepatinya. Jangan pikirkan aku, kembalilah jika hatimu memang masih untukku."