Part 3

7.8K 373 3
                                    

Author POV

Pagi ini Aleya dan pelayan lainnya kembali kepada rutinitas biasanya. Setelah selesai dengan semua pekerjaannya, Aleya segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya.
Disaat Aleya ingin berangkat tiba-tiba Alvaro memanggil Aleya.

"Aleya kamu berangkat bersama Al saja, kamu kan belum tau jalan Jakarta."

"Tidak perlu tuan. Saya bisa naik kendaraan umum nanti."

"Tidak apa-apa, Al pasti mau. Iyakan Al?" Tanya Alvaro saat Al berjalan di sampingnya

"Hm." Ucap Al singkat

"Tuhkan Al mau. Sudah sana kalian berangkat nanti telat."

"Baik terimakasih tuan."

"Ya sama-sama"

Kemudian Al dan Ale memasuki mobil milik Al. Di dalam mobil tidak ada yang memulai untuk bicara. Keduanya larut dalam keheningan. Al sangat focus saat menyetir sedangkan Aleya hanya diam memandangi keluar jendela, sesekali ia melirik pada Al. Al sebenarnya tahu kalau Ale mencuri-curi pandang untuk melihatnya tapi dia hanya diam.

Sesampainya mereka di sekolah, Al langsung memakirkan mobilnya. Suasana sekolah langsung ramai seketika oleh murid-murid SMA Alfurist. Mereka tidak menyangka Al berangkat bersama wanita karena selama ini dia terkenal sangat dingin dan cuek pada wanita.

Dulu Al seorang yang ramah kepada siapa pun tetapi setelah Al mengakhiri hubungannya dengan Cindy sikap Al berubah. Dia menjadi dingin dan cuek kepada semua orang. Entah apa yang sudah Cindy lakukan kepada Al sampai Al berubah seperti itu.

"Ih itu Al berangkat bareng siapa?!!" Pekik salah satu siswi

"Anjir! Coba aja gue yang semobil sama kak Al."

"Siapa sih tuh cewek?! Ko gue ga pernah liat?"

"Centil banget sih tuh cewek deket-deketin Al."

"Berani banget anjir deket-deket sama ka Al."

Suara-suara iri dari para siswi-siswi pun membuat Aleya menunduk takut dan juga bingung. Tatapan mata para gadis-gadis itu seakan akan ingin memakannya hidup-hidup. Ale tidak habis fikir bahwa tuan mudanya seterkenal itu di lingkungan sekolah.

"Maaf tuan muda saya ingin bertanya ruang tata usaha dimana ya? Tadi tuan besar bilang saya harus ke tata usaha dulu untuk menanyakan kelas saya"

"Jangan panggil saya tuan muda kalo di sekolah. Saya tidak suka." Ucap Al dingin

"Ta..tapi tuan... it-." Al memotong ucapan Ale

" tidak ada tapi-tapian! Kalo saya bilang tidak ya tidak." Bentak Al

"Lalu saya harus memanggil apa? Kalau saya memanggil kamu Al apa boleh?"

Al hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ale. Ale bingung kenapa Al begitu dingin kepada semua orang, bahkan di saat banyak siswi-siswi cantik yang menyapanya ia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Maaf tuan eh maksud saya Al, tadi kau belum menjawab pertanyaanku dimana letak ruang tata usaha."

Al kemudian menoleh dan menjawab "Biar aku antar."
Ale hanya mengangguk.

Ale sudah keluar dari ruang TU. Setelah Al mengantarnya tadi Al langsung pergi ke kelasnya. Pegawai TU bilang dia masuk ke kelas 12 IPA 3. Kemudian al berjalan menuju kelasnya dan sesekali bertanya kepada murid-murid yang dia temui untuk menanyakan dimana letak kelasnya berada.

Setelah sekitar 10 menit Aleya mencari kelasnya, Aleya sampai di depan kelas yang bertuliskan 12 IPA 3. Kemudian ia mengetuk pintu kelas tersebut.

Tok

Tok

Tok

Pintu pun terbuka dan disana terlihat seorang pria paruh baya "Assalammualaikum, permisi Pak saya murid baru pindahan dari Cirebon." Ucap Aleya sambil tersenyum ramah

"Waalaikumsalam, silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu."

Aleya kemudian masuk ke dalam kelas dan mulai memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan nama saya Aleya Amalia kalian bisa memanggil saya Ale, saya pindahan dari Cirebon. Terimakasih." Ucapnya ramah

"Anak kampung ngapain sekolah disini?" Ucap seorang siswi yang bernama Naina sambil menatap Ale dengan sinis

"Tau! Emang punya uang buat bayar sekolah di sini?" Lanjut seorang siswa yang bernama Rio

"Ih penampilannya gak banget deh." Ucap Della

"ALEEE!!! Udah punya pacar belum? Cantik banget sih." Teriak seorang siswa lainnya yang bernama Ravi

Setelah Ravi teriak semua mata langsung tertuju kepada Ravi, dan Ravi hanya nyengir tidak jelas. Sedangkan Ale hanya tersenyum menanggapi pertanyaan maupun cacian dari teman-teman barunya itu. Ia sudah menyiapkan dirinya untuk dapat perlakuan seperti tadi, karena ia yakin bahwa ia tidak akan diterima di lingkungan mereka. Kemudian pak agung menghentikan ocehan-ocehan dari para muridnya itu.

"Sudah-sudah. Tidak baik kalian bicara seperti itu. Aleya silakan menempati kursi kosong yang di samping Intan."

"Baik pak. Terimakasih."

Kemudian Aleya berjalan menuju kursinya. Sebagian murid menatapnya dengan tidak suka. Ada juga yang acuh saja terhadap dirinya, dan ada juga yang menatapnya sambil nyengir yaitu Ravi. Ale kemudian berkenalan dengan Intan. Ternyata, intan tidak seperti teman-temannya yang lain. Intan baik kepada dirinya. Tiba-tiba Ravi menoleh ke belakang tempat duduknya.

"Tan, tukeran tempat duduk yuk! Gue mau duduk sama Ale Tan." Ucap Ravi dengan semangat

"Ogah ah."

"Yaelah Tan pelit banget sih lo."

"Biarin!"

"Nanti gu-." Ucapan Ravi terpotong

"Ravi kamu mau belajar apa ngobrol hah?!" Bentak pak Agung

"Ehhehehe mau belajar kok bapak ganteng."

Pak Agung hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ravi. Ya, Ravi memang terkenal jahil dan iseng di sekolah itu. Ravi termasuk murid yang cukup popular di SMA Alfurist selain karena kejailan dan keisengannya, Ravi juga memiliki paras yang tampan. Tak jarang banyak siswi-siswi yang menyukainya. Kemudian pelajaran pun kembali berlanjut.

Terlambat? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang