Alfath POV
Pagi ini aku mengantar Aleya sampai di kelasnya. Aku tidak ingin ada yang menghina Ale lagi. Rasanya menyakitkan ketika aku melihat Ale menangis. Dia menangis karena kesalahanku. Dia dicemooh dan dihina karena aku. Aku bodoh! Sangat bodoh!
Aku sudah tau siapa pelaku penyebaran rekaman bodoh itu. Dia, dia wanita yang pernah menempati tempat khusus di hatiku. Wanita yang pernah mengisi hari-hariku selama 2 tahun. Tapi dia mengkhianatiku. Dia dulu memang sangat berarti bagiku tapi tidak saat ini, terlebih setelah dia menyakiti Ale.
Wanita licik itu bekerja sama dengan seorang pria yang ku ketahui namanya Aldo. Saat aku mengetahui bahwa Aldo yang menyiarkan rekaman itu aku langsung menghajarnya habis-habisan. Tidak akan ku biarkan seorang pun menyakiti Ale lagi.
Entah mengapa aku jadi emosional jika menyangkut Aleya. Aku juga tidak senang jika melihat Aleya dihina atau diperlakukan buruk. Padahal aku baru mengenalnya belum lama ini. Saat aku sedang di dalam kelas tiba-tiba ada wanita yang menghampiriku.
"Hy honey.." Aku menatap tajam wanita ini
"Pergi."
"Aku bawain sarapan nih buat kamu." Ucapnya sambil meyerahkan kotak makan kepadaku, nadanya terdengar sangat menjijikan. Dia itu tuli ya?
"Gak perlu. gue gak butuh." Ucapku menepis kotak makanan itu sampai terjatuh. Aku tidak sengaja, mungkin aku menepisnya terlalu kuat. Ku lihat dia menangis. Halah air mata palsu!
"Al ko kamu jahat sih? Aku kan udah capek-capek buatin kamu itu."
"Gue ga minta. Gue jahat? Jahatan mana sama lo yang udah ngekhianatin gue? Jahatan mana sama lo yang udah nyebarin rekaman gak guna kaya gitu? Jahatan mana, hem ...?" Ucapku sarkas. Ku lihat dia terpaku mendengar ucapanku.
"Al maaf soal waktu itu, aku khilaf. Aku masih sayang sama kamu Al. Aku mau kita kaya dulu lagi Al." ucapnya lirih
"Haha lo lucu ya. Lagi ngelawak tentang sayang ya lo? Coba tanya diri lo sendiri siapa yang buat kita kaya gini. Asal lo tau hati gue udah diisi orang lain, dan itu bukan lo."
"Siapa? Anak pembantu itu? Apa lebihnya dia dibanding aku hah?! Ga ada! Aku lebih segala-galanya dibanding dia. Dia juga pasti jalang kan? Dia ngejual dirinya ke kamu makanya kamu belain dia kaya gini? Gak mungkin orang kayak dia bisa masuk sekolah ini." Astagaaa apa yang dia bilang barusan? Dia sudah keterlaluan.
"Cukup! Jaga omongan lo! Dia bukan apa yang lo bilang barusan! Urusan kenapa dia bisa sekolah di sini bukan urusan lo. Dan inget gue bakal jagain dia dari apa pun termasuk lo jalang!" ucapku penuh penekanan dan kemudian berlalu meninggalkannya di dalam kelas. Aku sudah tidak peduli dengan omongan orang-orang. Pasti tadi aku memberikan tontonan gratis kepada anak-anak kelasku.
Kenapa rasanya aku ingin sekali melindungi Aleya?
"Woy Al tadi lo berantem sama Cindy?" Tanya Ravi
"Hmm." Jawabku singkat
"Kenapa?"
"Dia sama aldo yang udah nyebarin rekaman itu."
"Serius lo?! Gue bakal kasih pelajaran ke mereka berdua!" Ucapnya berapi-api dan hendak berlalu pergi, tapi aku menahannya
"Ga perlu. Gue udah lakuin itu. Gue pergi dulu Rav" ucapku lalu pergi meninggalkan Ravi
Aleya POV
Hari ini Al mengantarku sampai depan kelasku. Saat kami berjalan di koridor Al menggenggam tanganku erat sekali. Sepertinya ia berusaha melindungiku dari omongan-omongan yang mungkin membuatku sakit hati. Aku senang Al bersikap seperti itu padaku. Sikapnya mulai berubah tidak sedingin saat kami pertama kali bertemu.
Semua murid-murid yang kutemui saat berjalan di koridor bersama Al menatap kami dengan tajam. Ah ralat bukan kami tapi menatapku. Al berjalan dengan tegapnya sedangkan aku merunduk takut. Mungkin jika Al berjalan sendiri semua murid-murid akan menatapnya dengan tatapan memuja. Sedangkan jika aku yang berjalan sendiri sudah pasti banyak hinaan yang keluar dari mulut mereka.
Aku tidak boleh cengeng. Aku harus membuktikan kepada semua orang bahwa aku wanita yang kuat. Aku tidak seperti yang mereka fikirkan. aku tidak akan membalas perbuatan mereka. Jika, aku membalasnya berarti aku sama saja seperti mereka.
Lagi pula jika aku membalas mereka itu sama saja aku mencari masalah di sekolah ini. Dan aku sadar diri aku bukan siapa-siapa dibanding mereka. Aku akan selalu bersikap baik pada mereka semua. Oke! Kamu bisa Ale!Kemudian aku memasuki kelasku. Aku tidak peduli dengan tatapan mereka kepadaku aku terus berjalan ke tempat dudukku sambil menyapa dan tersenyum kepada semua yang ada di kelasku.
"Pagi Naina." Ucapku saat melewati meja Naina
"Gausah sok kenal sama gue." Ucap Naina dengan nada yang merendahkan dan Aku hanya tersenyum
"Pagi Intan." Ucapku pada Intan. Kulihat Intan memandangiku dengan tatapan.. hm entahlah sulit kuartikan
"Pagi. Maafin gue Le." Ucapnya lirih
"Maaf untuk apa? Kamu bahkan tidak berbuat apa-apa kepadaku."
"Gue udah tau semuanya soal kejadian kemarin. Maafin gue ga bisa bantuin lo kemarin. Gue juga udah tau kalo lo anak pe--"
"Aku memang anak pelayan. Kamu pasti malu ya punya teman sebangku seperti aku?" Ucapku memotong ucapannya. Ku lihat dia menggeleng dan aku tersenyum kepadanya
"Bukan. Bukan maksud gue kaya gitu. gue bangga sama lo. lo wanita yang tegar. Kalo lo mau cerita atau apapun itu gue siap ko dengerin lo."
"Aku tidak setegar yang kamu pikirkan. Baiklah terimakasih atas tawarannya. Kamu teman yang baik Tan"
"Sama-sama."
"Selamat pagi Aleya cantikkk." Ucap sebuah suara dan suara itu milik Ravi
"Pagi Ravi." Jawabku sambil tersenyum
Aku senang diantara ribuan orang yang tidak menyukaiku masih ada segelintir orang yang peduli padaku. Aku tidak boleh mengecewakan mereka.
Author POV
Al dan Ale sama-sama memiliki perasaan yang sama. Tetapi ada satu orang yang tidak akan membiarkan mereka bersama. Orang itu akan berusaha membuat Al kembali kepadanya apapun caranya.
Cindy. Wanita yang pernah menjadi kekasih Al selama dua tahun. Al sangat mencintai Cindy. Tapi Cindy mengkhianati Al. Al melihat Cindy sedang mencium seseorang yang sangat dekat dengal Al dengan mata kepalanya sendiri. Saat itu Al hancur.
Sejak saat itu Al memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Cindy. Sejak saat itu pula hubungan Al dengan pria yang dicium Cindy menjadi renggang. Al menjadi pemuda yang cuek dan dingin.
Sudah banyak wanita yang mendekati dirinya. Tapi, mereka mendekati Al karena harta dan juga wajahnya. Al membangun tembok kokoh untuk membentengi dirinya dari orang-orang yang ingin masuk ke kehidupannya terutama untuk wanita. Al masih belum bisa melupakan pengkhianatan yang Cindy lakukan terhadap dirinya.
Tapi, pertahanan Al runtuh ketika dirinya melihat seorang gadis. Gadis itu berbeda dengan semua wanita-wanita yang mendekati dirinya. Awalnya Al belum yakin bahwa gadis itu berbeda. Tetapi setelah mengenalnya lebih jauh Al yakin dia wanita yang baik.
Sekarang Al sadar dia mencintai gadis itu. Gadis yang sederhana tapi mampu membuatnya jatuh hati. Dia ingin memiliki gadis itu. Dia ingin melindunginya. Dia ingin gadis itu selalu ada di sampingnya.
Di samping itu Aleya juga merasakan hal yang sama. Ia nyaman saat bersama Al. Aleya merasakan kembali bagaimana rasanya dilindungi oleh seorang pria. Mengingatkannya kepada Alm. Ayahnya.
Ale ingin Al selalu di sisinya, melindunginya, dan juga menjaganya. Tapi Ale sadar itu takkan terjadi mengingat status social mereka yang berbeda. Tapi tidak ada yang tidak mungkin dalam urusan percintaankan? Semua bisa saja terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat? ( Completed )
Fiksi Remaja"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Jangan berjanji jika kau tidak bisa menepatinya. Jangan pikirkan aku, kembalilah jika hatimu memang masih untukku."