Epilog

10.6K 289 61
                                    

Enam tahun kemudian ...

Aleya POV

Aku disini. Bersama mereka, orang-orang yang ku sayangi. Dia, laki-laki yang selalu ada di sisiku. Dia, laki-laki yang selalu berjuang untukku. Dia, laki-laki yang sekarang menjadi suami dan ayah dari anakku. Anak kami, Muhammad Arsya. Arsya adalah putra pertama kami, umurnya sekarang menginjak 4 tahun. Dia tampan seperti ayahnya.

"Ibu, katanya tadi ingin berdoa." Aku menoleh kepada Arsya dia tersenyum begitupun denganku

"Iya sayang kita berdoa ya.." Arsya mengangguk, ia anak yang baik. Ku lihat dia mengangkat kedua tangannya dan mulai berdoa untuk seseorang. Seseorang yang sangat berarti untukku.

"Sudah Bu, ayah beli minum yuk? Arsya haus."

"Sebentar ya Arsya. Le kamu aku tinggal sebentar gapapa?"

"Iya gapapa. Arsya jangan minum yang dingin, kamu lagi pilek itu."

"Siap bu! Dadah om.. Nanti aku kesini lagi yaaa.. Yuk yah." Ujar Arsya sambil menggandeng tangan ayahnya. Mereka berjalan semakin jauh dan sekarang tinggalah aku sendiri. Disini, disamping makam seseorang.

"Haii Al, aku dateng lagi hehehe ... Sekarang aku datengnya gak cuma berdua lohh tapi bertiga. Dia Arsya anakku, tadi dia mendoakanmu loh Al." Aku berusaha untuk tidak menangis tapi apa daya, air mata ini selalu saja turun jika aku kesini. Padahal aku tidak ingin menangis, setidaknya jangan di hadapannya.

"Al, aku mau minta maaf. Dipertemuan kita terakhir aku membuat kesalahan, aku membuatmu pergi jauh dariku. Jauh, jauh sekali ... Sampai aku tidak bisa mengucapkan kata maaf langsung kepadamu. Ada yang ingin aku jelaskan, tapi dulu waktu tak berpihak padaku kau lebih dulu pergi. Kau pasti berpikir aku membohongimukan? Atau kau berpikir aku mengkhianatimu?" Aku menghela nafasku berat, mencoba menetralisir segala perasaan yang sedang berkecamuk di dalam diriku. Air mata ini terus saja turun, kenapa tidak mau berhenti? Aku lelah menangis.

"Al, aku tidak berniat sedikitpun untuk membohongi ataupun mengkhianatimu. Aku sudah menunggumu tapi kau tak kunjung datang, kau kemana? Aku menunggu kabar darimu, tapi kau tak pernah memberiku kabar. Aku bingung, aku harus bagaimana. Saat itu aku berpikir kau sudah menikah dengan Cindy, makanya aku menerima lamaran mas Agus. Bahkan sampai usia pernikahanku satu tahun aku masih mencintaimu.

"Saat kau datang waktu itu, kenapa kau menangis? Kenapa kau terlihat begitu terluka? Apa kau tahu itu menyakitkanku? Aku sakit Al, aku terluka melihatmu. Aku ingin menjelaskan semuanya tapi kenapa kau berlari dan meninggalkanku? Aku berharap kau kembali dan kita bicara baik-baik. Tapi apa yang aku terima? Kabar bahwa kau kecelakaan.

"Aku langsung pergi ke Jakarta dan saat aku sampai di rumah sakit, kau tahu apa yang mereka katakan? Mereka bilang kau meninggal. Aku luruh begitu saja di lantai yang terasa sangat dingin itu, kau tahu bagaimana rasanya ditinggal seseorang yang sangat berarti bagimu? Kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Sebagian jiwaku seakan pergi, pergi bersamamu.

"Malam itu ibumu memberiku sebuah kotak beludru, aku membukanya, dan apa yang aku temukan? Sebuah cincin yang indah. Ibumu bilang kau datang ingin melamarkukan? Aku menangis sejadi-jadinya. Lelaki yang aku tunggu sudah datang dan dia ingin melamarku tapi aku malah menikah dengan orang lain. Dan sekarang dia terbujur kaku di kamar mayat, dengan penuh luka baik yang terlihat maupun tidak. Hahaha ... Miris sekali takdir seperti mempermainkanku.

"Maafkan aku Al, aku menyakitimu, maaf hikss... Selama setahun aku terus mengurung diriku. Aku menyesal, aku merasa bersalah. Andai saja aku tidak menikah, andai saja aku terus menunggumu, andai saja saat kau pergi aku menahanmu, mungkin kau masih ada disini bersamaku. Mungkin juga sekarang kita menjadi keluarga yang bahagia. Penyesalan selalu datang di akhir bukan? Aku bodoh? Ya, aku memang bodoh.

"Tapi setelah itu aku sadar ada laki-laki lain yang menungguku, ada laki-laki lain yang juga sakit ketika melihatku sakit. Dia Agus, suamiku saat ini. Disaat aku terpuruk dia merangkulku, mencoba memberiku kekuatan. Aku tahu aku bukan istri yang baik, aku masih mencintaimu disaat aku sudah bersuami. Tapi dia selalu bersabar merawatku, menjagaku, dan juga mencintaiku walaupun hatiku saat itu masih milikmu.

"Aku mencoba bangkit, bangkit dari keterpurukan. Pelan-pelan aku mencoba untuk mencintainya, dan kau tahu? Aku berhasil Al, aku sekarang mencintainya. Sangat mencintainya. Tapi kau jangan khawatir, kau selalu punya tempat tersendiri dihatiku tuan muda.

"Terimakasih telah menjaga hatimu untukku, terimakasih telah berusaha untukku, terimakasih telah mencintaiku, maaf telah membuatmu kecewa, maaf aku telah menyakitimu, maaf aku tidak menunggumu lebih lama. Maaf.. Hiks.. Hiks.."

"Maaf aku menangis hehehe ... Al apa kau ingin tau keadaan sahabat-sahabatmu sekarang? Biar ku beritahu ya, mereka sekarang sudah bahagia dengan pasangannya masing-masing. Bara dengan Intan, Ravi dengan Adella dan Rico dengan Naina. Pasti kau tidak menyangkakan? Aku juga hehehe ... Kau ingin tahu tentang Cindy? Orang tuamu bilang perusahaan keluarga Cindy bangkrut, sejak saat itu mereka sekeluarga sudah tidak pernah terlihat. Entahlah mereka sekarang berada dimana."

"Al, aku ... Aku merindukanmu." Air mataku kembali menetes, pikiranku kembali melayang ke masa-masa dimana aku dan Al masih bersama.

"Ibu!!" Panggilan itu membuatku cepat-cepat menghapus air mataku. Aku tidak ingin dia melihatku menangis. Setelah ku pastikan sudah tidak ada air mata lagi aku segera menoleh kearahnya dan tersenyum kepada dua orang di hadapanku.

"Hai sayangg.. Sudah beli minumnya?"

"Sudah bu, ini tadi aku juga membelikannya untuk ibu."

"Terimakasih sayang,"

"Sudah selesai Le?"

"Sudah mas, yuk kita pulang."

"Om Alfath, aku pulang dulu yaa.. Kapan-kapan aku kesini lagi dehh.. Janji."

"Yuk sayang, Arsya ayo." Ujar mas Agus sambil merangkulku dan menggandeng tangan Arsya.

'Selamat tinggal Alfath'

Kau akan selalu ku kenang. Kau akan selalu hidup dalam hembusan nafasku. Kisah ini dan juga kau mengajarkanku banyak hal. Terimakasih sudah pernah hadir dalam hidupku. Terimakasih sudah turut andil dalam jalan hidupku. Terimakasih sudah memberi warna dalam hidupku. Terimakasih sudah memberikan cintamu yang tulus kepadaku. Terimakasih dan maaf untuk semuanya. Kekasihku, Alfath Raharjo.

TAMAT

Haiii akhirnya tamat juga wkwkwkwk :D terimakasih sudah membaca, vote, dan comment di cerita ini. Gue tau cerita ini masih jauhhhh dari kata bagus. Namanya juga masih belajar wkwk kalian bisa liat dari part-part awal tulisannya amburadul tapi makin kesana gue berusaha buat lebih baik lagi. Okedehhh sampe ketemu di cerita gue yang lain yaaaa bhayyy :*btw jangan lupa vote dan comment ya wkwk

Terlambat? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang