part 18

3.9K 172 2
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, sebagian murid bisa pulang karena membawa payung maupun jas hujan. Tetapi sebagian lagi memilih menetap karena hujan deras yang mengguyur. Termasuk Aleya yang memilih duduk berdiam diri di koridor lantai satu sambil menikmati hujan, ia lupa membawa payungnya.

Aroma tanah  basah begitu menenangkan. Ditemani tetesan air hujan aku bisa merasakan dinginnya hembusan angin yang menerpa badan ini sehingga menimbulkan rasa dingin yang mendalam-batin Ale

Ayahku yang dahulu memangkuku
Kini sudah ada di pangkuanMu, Tuhan

Aku titip, rindu ini untuk ayah

Maaf ayah..
Sampai saat ini aku belum bisa..
Belum bisa menjadi anak yang ayah pinta.

Ayah.. Yang selalu mengajarkan aku untuk tetap tegar
Walaupun sebenarnya rapuh
Untuk tetap berdiri
Walaupun sejujurnya jatuh

Aku rindu..
Waktu itu, kau yang selalu menghapus air mataku. Seraya berkata, jangan menangis, anak ayah harus kuat.

Maaf ayah, aku masih sering menangis
Menangisku dalam diam
Di saat rindu ini begitu memuncak dalam jiwaku...

Ayah, apa kau tahu?
Jalan hidupku semakin kejam ayah
Andai.. Kau hadir di sini bersamaku
Pasti.. Pasti
Akan kita hiasi kejamnya dunia ini..

Tapi ayah?
Hanya air mata yang kini bisa bercerita

Aleya teringat akan mendiang ayahnya. Yang selalu mengajarinya menjadi pribadi yang kuat, tidak lemah. Tapi apadaya sekarang ia lemah, sering menangis. Menangis dalam diam. Tak terasa bulir-bulir bening jatuh membasahi pipinya. Menangis bersama hujan.

“Inilah hujan paling merindu
Jatuh dengan rinainnya yang sendu
Dan aku hanya mampu tergugu
Ketika diam-diam hatiku mendoa khusyu
Tentang kita, tentangmu, tentangku

Kekasih.
Tetaplah tinggal di hatiku
Seperti musim yang setia berganti silih
Sebab seribu penghujanpun aku akan menunggu
Di sini, di beranda jiwa yang berserah

Di sudut sepi, saat hujan menderai
Aku, kekasihmu” (Unknown) Ale menatap Al sambil tersenyum. Tidak menyangka Al akan mengatakan hal itu

“kau lihat hujan di sana?

Penuh cerita
Penuh impian
Penuh kerinduan

Tetesan air yang jatuh..
Ikut membasahi kalbuku

Aku bahagia,
Aku bahagia melihat hujan..

Sama seperti aku bahagia melihatmu di sisiku.” Balas Ale, Al tersenyum dan menghapus air mata Ale,  pandangan mereka saling bertemu. Jemari Ale saling bertautan satu sama lain, ya Ale kedinginan dan Al menyadari itu

Tiba-tiba Al memeluk Ale, Ale menegang seketika tapi ia juga merasakan hangat “Kenapa ga di kelas aja?” Tanya Al

Ale mendongak “Disini lebih enak hehehe.”

“Tapi kamu kedinginan. Aku ga bawa jaket.”

“Kan udah ada kamu. Kamu lebih hangat ko hahaha.” Al tersenyum dan makin mempererat pelukannya kepada Aleya. Perlakuan-perlakuan yang diberikan Al membuat hatinya menghangat.

“Balik yuk! Udah reda nih ujannya. Kamu betah banget sih di pelukan aku hahaha ...”

“Geer banget sih tuan mudaku ini.”

“Yaudah yuk!”

Mereka pun berjalan beriringan menuju parkiran, Al merangkul Ale dan menjadikan tasnya sebagai pelindung mereka dari rintik-rintik air hujan.

Terlambat? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang