Part 5

7K 349 1
                                        

"Woyyy Al hah.. hah.. huh." Teriak Bara

"Kenapa?" Tanya Al bingung melihat Bara dan Rico yang nafasnya terengah-engah

"Tadi pagi gue denger dari radio sekolah. Dan isinya rekaman percakapan kita kemaren Al." ucap Rico

"Percakapan apa maksud lo?" Tanya Al tidak mengerti

"Tentang Aleya." Jawab Rico

"Aleya? Emang apa isi siarannya?" Tanya Al. Dia bingung untuk apa radio sekolah membicarakan Aleya?

"Lo inget kan kemaren gue sama Bara nanyain lo berangkat sama siapa? Nah terus lo juga bilang kan kalo Aleya itu anak pelayan di rumah lo?" Tanya Rico memastikan

"Iya. Jadi isi siarannya itu?" Tanya Al To the point

"Iya. Gue gatau siapa yang nyebarin rekaman itu. Gue sama Rico juga udah Tanya sama yang biasa siaran dan mereka bilang gatau."

Al kemudian menatap Ale, Ale hanya tersenyum. Alfath merasa tidak enak kepada Aleya. Karena dirinya sekarang satu sekolah tau kalau Aleya hanya anak dari pelayan di rumahnya. Alfath tidak ada niatan sedikit pun untuk menghina Aleya, dia hanya menjawab pertanyaan dari teman-temannya dengan jujur.

"Maaf bukan maksudku unt-" Ucapan Al terpotong oleh Ale

"Tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf aku mengerti. Lagi pula itu memang benar kalau aku anak seorang pelayan di rumahmu." Ucap Ale

"Permisi aku harus ke kelas." Ucap Ale kemudian berlalu meninggalkan Al, Rico, dan Bara yang menatap kepergiannya.

'dasar bodoh! harusnya kemarin aku bisa menjaga ucapanku' Ucap Al dalam hati.

Al sangat merutuki kebodohannya yang sudah berbicara asal. Entah kenapa ia mengkhawatirkan Ale. Yang ia takutkan saat ini adalah Ale dicemooh oleh murid-murid di sekolah ini yang notabenenya murid-murid dari kalangan atas.

"Siapa yang ngelakuin ini?" Tanya Al dengan nada dingin dan tajam

"Gue gatau." ucap Bara

*flashback*

"Woy Al! cieee tadi lo berangkat bareng siapa tuhh??" Ucap Bara

"siapa?" Ucap Al

"Gausah pura-pura gak tau deh lo. Satu sekolah ngomongin lo sama cewek itu tau." Ucap Rico

"Tumben lo deket-deket ama cewek. Biasanya juga langsung kabur." Ucap Bara

"Oh Aleya, dia anak pelayan di rumah gue." Jawab Al

Berita tentang Al yang berangkat pagi itu juga sampai di telinga seseorang. Tanpa mereka sadari ada sepasang telinga yang mendengarkan percakapan mereka, dan orang itu merekam apa yang dibicarakan oleh Rico, Bara dan juga Al.

"Oh jadi Cuma anak pelayan? Jangan harap bisa deket-deket sama Al." Ucap orang tersebut sambil menyeringai dan kemudian berlalu pergi

Kemudian dia berjalan menuju ruang untuk siaran radio di sekolahnya. Dia masuk ke dalam ruangan itu dan bertemu dengan seorang pria.

"Gue mau minta tolong nih." Ucap orang tersebut

"Mau minta tolong apa baby?" Orang tersebut menatap pria itu dengan jijik

"Tolong siarin ini. Tapi di bagian yang ini aja. Bisa kan?" Ucap orang itu sambil memberikan rekaman yang tadi direkamnya. Lalu pria itu menaikkan satu alisnya dan bertanya

"Imbalan buat gue apa kalo gue siarin potongan dari rekaman ini, lo tau kan resikonya besar."

"Apapun."

"Oke deal."

Wanita itu pun keluar dari ruangan untuk siaran radio itu dengan senyum miring yang menghiasi wajah cantiknya. Dan tak lama setelah itu terdengar suara bass milik seseorang menggema di seluruh penjuru sekolah.

'Oh Aleya, dia anak pelayan di rumah gue'

Siaran radio itu diputar berulang-ulang kali. Ya, itu merupakan suara Al saat sedang berbicara dengan Rico dan Bara. Setelah mendengar siaran tersebut wanita itu tersenyum puas.

*flashback end*

Author POV

Setelah Rico dan Bara memberikan informasi tentang Aleya kepada Al, Al langsung menuju ke ruangan siaran radio. Sedangkan Aleya dia masuk ke kelasnya. Dalam perjalanan menuju kelasnya banyak murid-murid yang mengolok-ngolok dirinya. Hatinya sakit tapi dia berusaha menguatkan dirinya sendiri. Dia meyakinkan dirinya bahwa dia wanita yang kuat bukan wanita yang lemah.

Dia ingin cepat-cepat sampai di kelas agar tidak menjadi bahan olok-olokan satu sekolah. Tetapi, dugaannya salah suasana di dalam kelas pun tak jauh berbeda dengan di luar sekolah. Mereka sama-sama mencemooh dirinya.

"Oh jadi Cuma anak pelayan?" Ejek salah satu siswi dengan tatapan merendahkan yang ditujukan untuk Aleya

"Berani banget lo deket-deket sama Al. lo tuh gak level sama kita."

"Harusnya lo jauh-jauh dari kita semua! Sadar diri dong!"

"Udah anak kampung anak pembantu pula HAHAHA!"

"Gak pantes lo sekolah di sini!"

"Emang lo punya uang buat bayaran sekolah? Jangan-jangan lo dapet uang dari hasil lo jual diri ya? Ih menjijikan tau gak lo!!"

"STOOPPPP!!! Sudah puas kalian menghina saya? Sudah puas kalian mencemooh saya? Apa salah saya pada kalian? Saya memang anak pelayan. Lalu apa? Apa saya menyusahkan kalian? Apa menjadi seorang anak pelayan merupakan sebuah dosa besar? Saya tidak pernah meminta untuk dilahirkan dengan kondisi seperti ini. Tapi apa kuasa saya? Saya tidak bisa melawan takdir yang diberikan Allah kepada saya. Saya bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada saya. Saya minta maaf jika kehadiran saya di sini membuat kalian tidak nyaman. Dan satu lagi saya tidak dekat-dekat dengan Al." ucap Ale sambil terisak kemudian berlari meninggalkan kelasnya itu. Dan semua yang ada di kelas terdiam mendengar penuturan Ale

Disaat Ale sudah keluar dari kelas. Seseorang berbicara dengan dingin dan nada yang tajam. Dia menahan amarahnya yang sedari tadi dia tahan hingga rahangnya mengeras.

"Udah? Udah puas ngomongnya? Basi lo semua!! Kalian fikir kalian lebih baik dari dia? Enggak! Bahkan kalian gak mencerminkan sikap seorang yang terpelajar! Kalian lebih lebih menjijikan." Ucap pria tersebut yang tak lain adalah Ravi.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Ravi keluar dari kelas dan mencari keberadaan Ale. Sayang hari ini Intan tidak masuk sekolah karena dia sakit, jadi dia tidak mengetahui kalau temannya sedang terluka.

Tanpa mereka sadari Al mendengar semua yang mereka bicarakan mulai dari hinaan-hinaan yang diterima Ale, sampai kata-kata yang keluar dari bibir Ale. Kemudian Al melihat Ale keluar kelas sambil menangis. Al mengikuti Ale sampai ke taman belakang sekolahnya.

Setelah Al mencari pelaku siaran konyol itu Al memang berniat menemui Ale di kelasnya tapi nyatanya yang ia dapat malah kejadian seperti tadi. Al sudah tau siapa pelaku penyebar rekaman konyol itu. Al sungguh sangat merasa bersalah kepada Aleya. Kerena dirinyalah Ale jadi diperlakukan seperti itu.

Al menghampiri Aleya yang sedang terduduk di bawah pohon sambil menelungkupkan wajahnya di kedua kakinya yg ditekuk. Bahu Ale bergetar. Al tau bahwa Ale sedang menangis. Kemudian Al duduk di samping Aleya dan memeluk tubuh Ale. Ale terkejut melihat siapa yang memeluk tubuhnya. Al mengusap punggung Aleya dengan lembut.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu diperlakukan seperti ini."

"Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu, memang seharusnya aku tidak di sini." Ucap Ale sambil berusaha menyudahi tangisannya dan tersenyum.

Al tersentuh melihat Ale yang mencoba untuk tegar di hadapannya walaupun ia tau gadis itu rapuh. Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi walaupun dari arah yang berbeda.

Orang pertama yaitu pria, pria itu menatap mereka dengan tatapan sendu. Dan yang lainnya adalah wanita, wanita itu menatap Ale dan Al dengan tatapan penuh benci dan dendam. Kemudian wanita itu pergi meninggalkan Ale dan Al. setelah itu sang pria juga pergi.

Al mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Ale. Kemudian, mengantar gadis itu kembali ke kelasnya.

Terlambat? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang