Two

211 21 0
                                    

Anggap saja setelah pelajaran Biologi aku kembali menyimpan projek biologiku ke ruang loker. Hal yang terjadi tadi pagi, bahkan setiap pagi pun terjadi lagi. Dan aku hanya diam lagi dan lagi.

Drr.. Drr.. Ponselku bergetar. Aku segera mengeceknya.

From: Mom
Hey, Bethany, apa kabar sayang? Ku dengar kau akan berkunjung ke Illinois? Aku menunggumu, semoga kau datang secepatnya! Xoxo, Mom.

Aku tersenyum lebar. Mom menghubungiku? Aku tak menyangka. Seiring dengan masih ku dengar kicauan-kicauan dari setan loker, ya kau harus mengetahui namanya, mereka adalah Alex Honda dan teman-temannya. Si cina tak tau diri. Aku lalu berlari meninggalkan sekolah, ya, aku keluar dari sekolah sebelum waktunya.

"Bethany! Kau akan mandi di rumah ya? Hahahaha!" Mereka tetap menertawaiku. "Fvck you, Alex! I hate you all and I don't give a fvck!" Kata-kata itu terlontar dengan mantap begitu saja.

Aku merasa bangga pada diriku sendiri.

Aku menjadi semakin percaya diri untuk hidup, mungkin saat aku ke Illinois, aku tidak akan kembali lagi ke Detroit. Aku membulatkan niatku untuk mengajak Dad ke Illinois, Mom merindukanku, ia juga pasti akan senang jika melihat dengan siapa aku kesana.

Singkatnya, aku telah sampai di rumah, kau tahu? Tak mudah untuk berlari sejauh 3mil dari sekolah tanpa ketahuan oleh penjaga disana. Aku merasa bebas, seperti wujud singa bertopeng kucingku sudah keluar dari zona amannya. Ini kah yang dinamakan kebebasan? Kebebasan bicara, kebebasan melakukan apapun yang aku mau? Intinya aku bahagia.

"Dad! Dad!" Aku segera mencari Dad ke sekitaran rumah. Where is he? Aku tak sedikitpun melihatnya, hanya tercium bau rosta saja, yang memang sudah menjadi parfum di rumah ini. "What's up, Bethany?" Ia tiba-tiba keluar dari halaman belakang. Aku menghadapnya.

"Dad, aku ingin ke Illinois, sekarang."

Ia mengernyitkan dahinya sehingga membentuk garis-garis lintang sepanjang dahinya. Aku harap jawabannya tak seperti apa yang aku pikirkan.

"Untuk apa? Lagipula aku akan pergi ke Las Vegas musim depan, ini masih Januari." Ia menekankan nada bicaranya. "Presto, Dad. Lebih cepat lebih baik." Ucapku. Ia menggelengkan kepalanya. Lalu tertawa seperti orang gila.

Aku menatapnya jijik. "No." Lanjutnya. "Oh, ayolah, Dad. Aku ingin ke Illinois, aku tak pernah kesana!" Lancangku.

"Tidak, Beth."

"Iya, Dad! Aku ingin!"

Ia diam. Ku rasa ia checkmate.

"Aku akan menyiapkan semua kebutuhanmu, Dad." Kataku. "Oh, Bethany. Aku tidak membutuhkan apapun, yang aku inginkan hanyalah kau, kau aman bersamaku." Ia duduk di kursi, membuatku duduk juga di depannya. Apa?

"Aku tak ingin kau tinggal di sana dengan ibumu, aku sengaja membuat hak asuh anak untukku sendiri, karena aku tahu kau akan aman bersamaku." Tuturnya.

"Apa maksudmu 'aman'? Dikurung terus menerus dan mengekangku? Melarangku untuk tidak bertemu dengan orang yang melahirkanku ke dunia ini?" Nadaku sedikit naik.

"Jesus, Bethany! Kau tidak mengerti!"

"Bahkan kau tidak pernah mengajakku beribadah, kau hanya membuatku menjadi kacungmu!" Teriakku. "Tapi kau hidup aman!" Ia membalasku. "Tidak, Dad! Aku akan nyaman di pelukan Mom! Ibuku sendiri!" Aku semakin berteriak, emosiku memuncak, namun rasanya senang sekali bisa melakukan ini. Aku tak tahu.

"She is not your Mother!" Dad berteriak kencang sekali. Hening. Saat itu aku merasa berada di tempat paling bawah di dunia ini. Aku dihempaskan oleh kata-kata yang menyayat hati, yang keluar dari mulut pemain kasino bernama Anthony Elodie, yang memberiku nama belakang ini.

"Oh, maafkan aku, Bethany." Ia mencoba memelukku. Apa? Rasanya sudah berjuta-juta tahun lamanya ia tak pernah memelukku lagi. Aku menitihkan airmata, bangga akan apa yang Dad lakukan padaku hari ini. Progress yang baik.

"Jika kau mau ke Illinois sekarang, aku akan mengantarmu ke stasiun." Tuturnya. "Wh..what? You didn't come in?" Geramku.

"I can't meet your mother, Beth."

"Why?"

Ia tidak menjawab. "You're scared, don't you?" Kataku underestimate. "Tidak, tidak, aku tidak takut! Aku hanya tidak ingin-" kupotong; "Kau tidak ingin memenuhi permintaan anakmu sendiri?" Kecamku. Ia menguyak mulutnya. "Fine, aku akan mengantarmu ke Illinois."

Ya! Ya aku inginkan itu sedari dulu! "Terimakasih!" Aku memeluknya.

Ini kali pertama dari selamanya, aku benar-benar merasa senang dan bersemangat. Gairahku naik sampai ubun-ubun melukiskan senyuman di bibirku yang tak bisa luntur. Aku rasakan itu, kebebasan, cinta, semuanya ada di dalam satu hari. Ini rasanya membuka kostum yang selama ini menjadi kulitku, inikah rasanya?

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now