Aku menatapnya dari ujung rambut sampai bawah. Ia bertransformasi dari seorang pemain futbol yang garang menjadi seorang pria yang manis, dengan kemeja putih yang ia kenakan. Aku tersenyum. "C'mon, I've got something for you." Ucapnya sambil berjalan menjauh dari tribun. Aku mengikutinya dari belakang. Ia berlari kecil, aku semakin mantap mengikutinya dari belakang. "Hey, mau kemana kita?!" Tanyaku sambil tergesa berlari. "We'll celebrate!" Jawabnya, ia malah lebih cepat berlari.
Setelah kami berlari, kami sampai di sebuah restoran cina bernama Tie Ho, aku baru lihat. "Wanna hang some chinesse foods?" Tanyanya. Aku hanya terdiam, maksudku, aku kesini untuk mengambil jadwalku kembali, kenapa ia harus mengajakku ke restoran cina?
"C'mon, anything you want. I owe a thing to you." Katanya, menyunggingkan senyum manisnya.
Aku mendeham, "Listen, Adam. Why're you not just give my schedule back, finish our project and we're done?" Tanyaku sedikit menaikan nadaku. Ia malah tersenyum lagi, senyumnya semakin lebar. Ia melangkah selangkah ke depan. "Shall we done?" Katanya pelan, aku dapat mencium wangi parfumnya.
Aku terpaku. Tak bisa bergerak sedikitpun. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga kiriku, kemudian ia berbisik: "I've found someone." Bisiknya. Aku hanya bisa menikmati sensasi ini. Ia menjauhkan wajahnya dari wajahku, kembali ke posisi semula. Aku sengaja menatap kedua matanya lagi, untuk memastikan apa ia memiliki niat buruk atau apapun itu. Namun, yang aku dapatkan adalah, aku semakin tenggelam dalam lautan cokelat di matanya. Aku telah menemukan seseorang. I've found someone. And it's him.
Ia merogoh sakunya. "Ini," iapun mengembalikan kertas jadwalku. Aku tak segera menerimanya, namun masih menatap matanya. "What?" Tanyanya, kembali menjadi Adam yang dingin. Aku segera mengesampingkan segala anganku. "Oh, thanks anyway." Aku mengambilnya dari tangan Adam.
Aku membalikan badanku, namun dengan cepat. "Ah!" Pekikku, dalam hati. Ia memegang tanganku, ia menahanku agar tidak pergi. Aku segera membalikan badanku lagi ke arahnya. What the hell is this? Aku benar-benar merasakan hal yang aneh, entah apa itu, namun ini hebat! Aku menyukai atmosfernya. "That someone is you." Kata Adam, dengan nada lembut, menciptakan visual bahwa ia adalah seorang pria jantan yang selalu setia kepada pasangannya. Aku terhanyut kesekian kalinya ke dalam mata indahnya.
"Wanna go?" Tanyanya lagi. Aku kini menganggup mantap, tanpa ragu. Yeah, that someone is you too, Adam Elgus, I think I like you.
Ia membawaku jalan-jalan ke suatu taman, kau perlu tau di Illinois banyak sekali taman. Ia mulai menceritakan hobinya, dan menceritakan hidupnya.
"I live here in Illinois with my grandmother from my Mom. You know my mother get divorced and marry someone else in outter town, then she backs again to Dad, it's complicated. I didn't want to live in a brokenhome anyway so my grandma pick me and take me care from my 2 ages until now, I love her." Jelasnya. Wow, ternyata kehidupan rumah Adam lebih sulit dariku. "Yeah, aku juga sempat tinggal dengan Dad, karena Mom sudah punya suami disini. Aku tak tahu kenapa Dad tidak menikah lagi." Balasku.
"Aku juga tak tahu kenapa Mom kembali lagi ke Dad." Lanjutnya.
Aku menatap matanya, ia menatap lurus ke arah sungai yang setengah membeku. "Have you ever met your parents?" Tanyaku. Ia menggeleng mantap, "nope after I got cared by grandma, I'm trying to forget about mom and dad. I seem have no parents." Jawabnya. Aku mengangguk pelan.
"We're broken-homed kids, right?" Katanya.
Aku menyempatkan untuk melihat ke arahnya dulu, matanya terlihat berkaca. "Yeah." Jawabku.
Perlahan, ku rasakan sesuatu menyentuh punggung tanganku, sesuatu yang hangat, aku segera melihatnya. Adam memegang tanganku. Membuat jantung ini memompa darahnya 1000x lebih cepat. "I've never seen anygirl like you." Katanya sambil melirik ke arahku. Ku pandang bibir merona berwarna merah muda miliknya, ku pastikan rasanya pasti manis. Aku membalasnya dengan senyum. "Some of them call me cold. I am. Because I think everyone just want to hear my story, they didn't even want to understand. And I'm trying to keep myself from it, by be as cold as I can. But then I found you." Lanjutnya. Aku benar-benar tak tahan, entah apa yang tak bisa ku tahan. Kurasa sesuatu sedang berada di puncaknya.
"I like you, Bethany." Kata-kata itu mengalir begitu lancar dari bibir yang sedari tadi ku pandang. Aku segera memegang pipinya lalu mencium bibirnya dengan lembut. Astaga! Apa ini? Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya!
Aku masih menjaga bibirku tetap diapit oleh bibirnya, ternyata benar, rasanya manis. Setelah itu aku melepaskan ciumanku, ku maksud, ciuman pertamaku secara perlahan. Sehingga Adam akan masih bisa merasakan detik-detik terakhirnya. Ia langsung menatap kedua mataku. Mata kami bertemu cukup dalam rasanya, sehingga aku tenggelam lagi dalam indah matanya.
Ia tersenyum.
Aku tak bisa bayangkan, bagaimana bisa seorang pemain Huskies yang terkenal sebagai cowok paling dingin sekarang jaraknya hanya 1 inci denganku. Aku menahan napasku. "Remember, you're that someone, alright?" Katanya. Aku mengangguk pelan. Ia langsung memelukku erat. Kini aku tahu apa sensasi yang sedari tadi aku rasakan: cinta.
Pelukannya sangat hangat, bahkan sampai aku tak bisa merasakan dinginnya Illinois. "I love you, Adam." Bisikku, kata-kata itu keluar dari mulutku begitu saja tanpa saringan.
Adam segera melepaskan pelukannya. Ia menatap mataku, selang 2 detik ia langsung mengecup keningku. Ia manis sekali, batinku. "Kau harus pulang, orangtua mu pasti mencarimu." Kata Adam. Aku mengangguk pelan. "Biar aku antar kau." Katanya.
Entah kenapa, perasaan ini tak mau lepas dari sanubariku.
Apa mungkin Adam, adalah cintaku?
YOU ARE READING
Brotherhood // cameron dallas
FanfictionA story about siblings love between Bethany Elodie (Bethany Mota) and Adam Elgus (Cameron Dallas) served in Bahasa and English Copyright 2015 © arashnia