Five

205 17 0
                                    

Bagaimana penampilanku yang sekarang? Aku merasa 1000% lebih cantik. Itu setara dengan 10x.

"Oh, tuhan, Bethany, kau cantik sekali." Puji Mom yang sudah siap di kemudi mobilnya. Aku tersenyum, "Kau yang terbaik, Beth." Kata Mom. Pemberhentian selanjutnya: Northern Illinois University. Benar kata Mom, Illinois utara lebih kental dengan sineri pedesaan dan ladang. Ladang terhampar luas disini. DeKalb, kawasan pelajar, ada beberapa asrama dan kost juga disini. Itu membuat banyak sekali pelajar dan mahasiswa di lingkungan ini.

Kami sampai di sebuah pelataran parkir. "Kita sudah sampai." Kata Mom. Aku melepas sabuk pengamanku. "Thanks, Mom." Kataku mencium pipinya. "Have a great day, honey." Kata Mom. Aku mengangguk lalu keluar dari mobil.

Wow, tempat ini berbeda dengan Westwood. Tidak ku lihat segerombolan kasta-kasta, semua terlihat berbaur satu sama lain. Ku pikir, aku akan menyukai tempat ini. Aku berjalan dan mencari-cari kelas Fisika, dan kupikir aku berada di gedung yang salah. Orang-orang memandangiku, seperti "siapa itu?" Aku berusaha untuk tidak menunduk. Tak ada yang menunduk di Illinois.

"Hey, ada yang bisa ku bantu?" Seorang gadis tiba-tiba ada di depanku. "Oh, hey, sorry. I'm a new student here, I'm Bethany." Kataku sambil tersenyum. "I'm Keenan Rotenz, nice to meet you. Where would you going?" Tanyanya yang ternyata bernama Keenan. "Uhmm, aku mencari kelas fisika, dimana itu?" Tanyaku.

"Oh, Bethany, kau menuju gedung yang salah, ini gedung fakultas filsuf. Mari, ku antarkan kau ke gedung sains." Kata Keenan. Aku tersenyum lalu mengikutinya dari belakang. Semua mata memandangku, aku merasa senang karena tatapan mereka bukanlah tatapan jijik yang biasanya Westwood berikan padaku, namun itu adalah tatapan terpana. Aku menghargainya.

Kami berjalan keluar gedung filsuf. "Keenan, kau jurusan apa, by the way?" Tanyaku. "Sociology." Jawabnya sambil terus berjalan menunjukanku kelas fisika. Kami sudah masuk ke arena yang berbeda, tertera di luar gedung sebuah plang besar yang menunjukan bahwa ini adalah Gedung Sains. "Ini, Bethany. Ini kelasmu." Keenan berhenti di sebuah kelas. "Oh, yeah, thanks, Keen." Kataku.

"Yep, oh, omong-omong, boleh ku minta nomormu? Mungkin kita bisa bertemu lagi," kata Keenan. "Ya, tentu." Jawabku lalu memberinya nomor teleponku. "Thanks! See you, Bethany!" Kata Keenan lalu berjalan menjauhiku. Aku tersenyum. Hari pertama aku sudah mempunyai teman, seorang gadis pirang berparas cantik. Kalau di Westwood ia pasti sudah ku klasifikasikan ke ordo si terkenal, atau si cantik. Namun, Keenan benar-benar sendirian, ini membuatku semakin yakin bahwa Huskies adalah tempat penuh damai tanpa kasta.

Aku masuk ke kelas Fisika.

Semua mata memandangku, dengan tatapan terpana. Aku tersenyum pada mereka semua. Lalu duduk di bangku paling kanan, barisan ketiga. "Hey!" Seorang laki-laki menyapaku. "Hey." Jawabku sambil tersenyum, laki-laki itu berambut rancung, dan wajahnya mirip sekali Justin Bieber.

"Who are you? Are you a new student?" Tanyanya lalu duduk di kursi kosong yang ada di depanku. "Namaku Bethany Elodie, dan ya, aku pindahan dari Detroit." Ucapku. "That's great! We're love newbie. I'm Jay Janine by the way." Katanya. "Senang bertemu denganmu, Jay." Kataku. Kamipun mengobrol-ngobrol, yang lainpun ikut join dan aku jadi kenal dengan mereka semua. Kebanyakan adalah anak perempuan, satu yang menjadi titik tarikku adalah gadis bernam Fia O'Neil. Ia terlihat murung, sama seperti aku di Detroit. Ia diam saja, tak mencoba untuk berkomunikasi denganku atau bagaimana.

"Bethany, you should've lunch with me." Kata Ginny Clementine, gadis berambut ombré cokelat-pirang itu. "Yeah, that's sounds good." Balasku.

Ini adalah tempat dimana orang-orang bertukar nasib, pikirku.

Bel kedua sudah berbunyi, aku mengecek jadwalku. Ternyata tidak ada jadwal sampai jam 11, akupun menunggu sampai jam 11 di kafetaria sekolah. Bersama Ginny dan Sylvia, yang memiliki jadwal yang sama denganku. "Hey, omong-omong kenapa kau pindah?" Tanya Sylvia.

"Aku kesini karena ayahku di Detroit sedang menjalankan tur kasino-nya di Las Vegas." Jawabku sambil menyeruput mokacino yang aku pesan. "Wow, jadi kau disini tinggal dengan siapa?" Tanya Ginny. "Dengan ibuku dan suaminya." Jawabku. Mereka mengangguk bersamaan. "Bagaimana di Detroit?" Tanya Ginny lagi. Aku menatapnya.

"Seriously? I don't wanna talk about Detroit. I want to move on from it." Kataku, dengan nada sedikit kesal. "Aaah, kau pasti punya mantan pacar yang kau tinggalkan disana, bukan? Hahahaha." Kata mereka. Hahahaha. Lucu sekali. Pacar? Temanpun aku tak punya. "Hahaha, yeah." Jawabku. Ups, mengapa aku mengaku-ngaku?

"How is he? And are you planning to move on from him? To any boys here, oh, you should know every Huskies footballers are so fantastic! They're really cool!" Kata Sylvia. Aku hanya menggeleng. "I don't know." Jawabku. Oh, cukup Bethany, jangan berbohong lagi.

Bel ketiga tak terasa berdering, itu artinya aku harus masuk kelas Fisika yang kedua. "Let's go." Ucap Ginny. Aku dan Sylvia mengikutinya dari belakang. Beberapa mata mengarahku, aku semakin tak nyaman dipandang terus menerus. "Hey, Ginny, who is she?" Tanya beberapa anak. Oh, ayolah pengecut! Jika kau ingin mengenalku apa susahnya mengajakku bicara. Aku memutar bola mataku.

"Oh, meet Bethany Elodie, she's from Detroit." Kata Ginny. Mereka, I mean, laki-laki itu tersenyum. Namanya Josh.. Aku lupa nama marganya. Namun, ia adalah seorang footballer dan ia sedang duduk dengan footballers lainnya. Satu kubu telah aku temukan.

Singkat cerita, jadwalku di hari ini sudah selesai. Ginny mengajakku ke lapangan football untuk menyaksikan latihan Huskies. Aku menerima ajakannya, tak lupa aku izin ke Mom, dan Ginny pun telah berjanji akan mengantarku pulang lagi.

"Did you look that guy? His name is Josh Bending, he's a guy that we met in cafetaria. He's the captain." Ujar Ginny sambil menunjuk Josh, seseorang dengan paras manisnya. Aku mengangguk. "Dan dia, Farrell McCain." Ginny menunjuk lagi seseorang dengan rambut emas.

"Oh, and he's Adam Elgus, the most cold man. I mean yeah, really he's cool and cold too." Ia menunjuk seorang laki-laki lagi, seseorang dengan rambut cokelat dan mata cokelat juga. Aku tersenyum. "All of them are taken, except Adam, Becausese He's no-matter-what cold guy." Katanya. Aku mengangguk, dan tersenyum.

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now