Seven

154 18 0
                                    

"Beth? Hey?" Mom mengagetkanku. "Sedang apa kau disini?" Ia menepuk pundakku, membuyarkan lamunanku. "Oh, tidak, Mom." Ucapku. Ia menganggukan kepalanya. "It's cold outside, darling. Let's go home." Katanya. Aku mengangguk mantap. Sementara di pikiranku, masih tertera wajahnya, terlukis hebat visualnya. Siapa namanya? Aku lupa!

"Mom, berapa derajat kira-kira disini? Ini tidak seperti di Detroit." Kataku, Mom melajukan mobilnya lebih pelan. "Uhmm, sekitar 2°, dingin sekali." Ucap Mom. Aku mengangguk.

Singkat saja ceritanya, esok telah datang dan aku menjalani rutinitasku yang baru seperti biasa, namun jadwal pertamaku di hari Kamis ini adalah Saintifik Hologram, apa itu? Aku tak familiar dengan itu tapi mata pelajaran itu tertera di jadwalku. "Kau sudah siap, sayang?" Tanya Mom. Aku mengangguk sambil tersenyum.

Ya, mobil Jazz RS merah inipun berjalan menuju DeKalb, aku selalu menikmati setiap inci dari pemandangan Illinois. Begitu asri, aku tak ingin menyia-nyiakan waktuku disini.

"Thanks, Mom." Ucapku lalu keluar dari mobil. Aku menuju gedung sains, kali ini aku tidka ingin melakukan hal yang salah seperti hari pertamaku di sini.

"Hello,Beth!" Suara seorang laki-laki menyapaku. Aku berbalik, "Oh, hey, Jay! Apa jadwalmu hari ini?" Tanyaku.

"Tidak ada, aku hanya ingin melihat Ginny latihan cheerleader." Ucapnya.

Aku tersenyum, maksudku, hey, cinta ternyata benar ada di muka bumi ini. "Kau jadwal apa?" Tanya Jay melirikku. "Saintifik Hologram. Aku tidak tahu apa itu." Ucapku. "Oh, itu adalah pelajaran sains spesifik, kau akan mempelajari tentang unsur bumi dan kimia, entahlah, di kelas sophomore ku aku juga belajar itu." Katanya. Aku mengangguk. "Baiklah, dah, Bethany!" Jay lalu berlari meninggalkanku. Aku tersenyum.

"Saintifik hologram, saintifik hologram.." Aku bergumam sambil mencari-cari dimana kelas Saintifik Hologram. Brakk!

"Oh, I'm sorry!" Aku segera bangun ketika aku sadar aku menabrak seseorang. What? Itu adalah orang yang aku temui kemarin di taman dekat panti. Ia menatapku tajam. "I'm really sorry, I didn't meant to." Kataku. Aku sedikit tegang karena ia menatapku layaknya orang-orang di Westwood menatapku.

Ia menyunggingkan mulutnya ke samping. Yang membuatku semakin was-was adalah, ia pergi begitu saja tanpa kata. What? Aku tak mengerti, bagaimana bisa ada lelaki sedingin dia?

Akupun melanjutkan pencarianku ke kelas Saintifik Hologram, sepertinya aku tersesat. Karena sedari tadi aku tidak menemukan kelas bertuliskan "Saintifik Hologram".

"Hey, are you lost?" Tanya seseorang, dan itu Sylvia! "Oh, hey Sylvia, I'm searching for Scientific Hologram class, where is it?" Tanyaku. "Oh, kau salah tempat, Beth. Sebelah sini," Sylvia menunjukanku kelas Saintifik Hologram. Huskies benar-benar memiliki terlalu banyak kelas dan bangsal yang semuanya hampir mirip, sehingga mungkin wajar bagiku jika aku tersesat seperti ini.

"Ini dia," kata Sylvia. "Thanks, Syl. By the way whay class that you have today?" Tanyaku. "Aku menemani Ginny latihan cheers, sampai nanti, Bethany!" Katanya lalu meninggalkanku. Rupanya sedikit sekali orang yang punya jadwal yang sama denganku. Beberapa dari mereka hanya pergi ke sekolah untuk kegiatan lain. Akupun masuk ke kelas itu.

Betapa terkejutnya aku, saat melihat laki-laki yang aku tabrak tadi sekaligus laki-laki yang aku temui kemarin ada dalam satu kelas denganku. Aku sedikit gugup, mengingat banyak kesalahpahaman yang terjadi di antara kita. Tak lama setelah aku masuk kelas, seorang guru laki-laki masuk ke kelas ini.

"Take a seat, Miss." Kata dosen tersebut. Aku mengangguk. Dan sialnya, satu-satunya kursi kosong adalah di sebelah anak tersebut. Mau tak mau aku harus duduk disitu.

"Alright kids, so I will give you a project. A mate project that you and your mate have to done it by soon, remember, no longer of submitting." Katanya tiba-tiba. Ya tuhan, bahkan aku tidak tahu pelajaran apa yang diajarkan di kelas ini.

Seisi kelas ramai dan ricuh memasangkan dirinya dengan orang yang mereka mau, termasuk si anak laki-laki itu. "Hey! Match with me?" Aku menahannya. Ia menengok ke arahku, maksudku, mata itu, mata cokelat yang indah. Ia mengangguk pelan lalu duduk di kursinya semula, di sebelahku.

"You know I don't really know what major in this class. Would you explain this to me?" Kataku meminta, semoga saja hatinya yang sekeras batu akan melunak.

"Ini hanya pelajaran sains, kau mempelajari tentang ilmu alam di sains." Jawabnya malas. "Oh, bagus." Aku mengangguk, padahal aku belum mengerti sedikitpun.

"Oh, siapa namamu?" Tanyaku. Ia melirikku. "You don't know me?" Tanyanya dengan menekankan semua kata yang ia ucapkan. "Nope." Jawabku yakin.

"Kau pasti cewek yang di taman kemarin, kan?" Tanyanya. "Yep, and you?" Tanyaku lagi. "I'm Adam Elgus, anyway." Jawabnya dengan nada malas. Oh, Adam.

"So, we have to be a great mate. How and when we start this project, Adam?" Tanyaku.

"Don't often said my name. Don't call my name, as you can." Ucapnya. Sialan, lelaki macam apa dia? Dingin sekali! Benar apa yang diucapkan Ginny.

"So, how?" Tanyaku lagi, tanpa mengucapkan namanya. "Today, after school. Meet me in field." Ia langsung beranjak dari kursinya, meninggalkanku. "Hey!" Aku menyeru, namun ia tak menggubrisku malah terus berjalan keluar kelas.

Adam?

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now