Nineteen

100 11 1
                                    

Dominic mengatakannya. "A..apa? Apa kau bercanda? Kau serius?!" Aku langsung terperanjat. Butterflies flying over my stomach. Mereka bertiga berdeham sambil mengangguk pelan. "Thank you! Thank you!" Kataku penuh asa.

"But he's moving in here as your brother." Sambung Dominic. "No! I mean, yes! Thanks!" Aku langsung berlari keluar rumah dengan perasaan supersenang.

Ya!

Dia disana, berjalan bersama nenek ke arahku. Aku segera menghampirinya. "Adam!" Aku memeluk erat tubuh yang dibalut jaket tebalnya. Ia balik memelukku. "We made it." Bisik Adam. Aku hanya terhanyut dalam pelukannya. Aku memang benar-benar mencintainya, tak peduli siapa dia.

"We will be together." Lanjutku sambil melepas pelukan hangatnya. "I know right, let's go to greet your family." Katanya merangkulku untuk berjalan kembali ke rumah. Aku.. aku senang. Itu saja.

Kami membuka pintu rumah, namun Adam tak lagi merangkulku. Aku tahu kami berdua menahan senyum yang tak bisa tertahan lagi. Wajahnya makin berseri saat ia melihat Mom dan Dad duduk di satu sofa. "Welcome home, Thomas." Dominic langsung berdiri.

"Sorry, sir. I'm Adam. My father replace those name." Kata Adam sambil tersenyum. Dominic berdeham. "Ya, baiklah. Berperilaku baiklah, kau adalah kakak dari adikmu. Ingat itu, ya?" Kata Dominic.

"Aku senang dapat menerimamu kembali sayang." Mom langsung memeluk Adam. Adam tersenyum dalam pejaman matanya. "Thanks." Bisiknya.

Sementara Dad diam saja. Tak memberikan satu patah kata pun. "Oh, mari ku tunjukan kamar baru mu." Dominic lalu merangkul Adam naik ke lantai 2. Aku tersenyum, sangat bangga. "Are you happy now?" Tanya Mom sedikit ketus. "Yeah. We will dating everyday. That's perfect." Aku langsung jalan menyusul Adam dan Dominic.

"..you can do anything you want but please, don't do anything to your sister. However she's your biological sister, alright?" Ku dengar Dominic bercakap dengan Adam. Aku tersenyum dan langsung masuk ke kamar baru Adam yang tak jauh dari kamarku. Ia langsung tersenyum.

"Hey." Sapanya.

Dominic memperhatikan gerak-gerik kami.

"It seems we will be a great siblings, right?" Kataku, 'berpura-pura'. Ia mengangguk sambil tertawa kecil. "Bagus! Ku rasa, ku tinggal kalian berdua di sini ya." Kata Dominic lalu beranjak pergi meninggalkan kami. Aku tersenyum padanya. "He's great." Kata Adam.

Sekarang aku bisa menatap matanya kapanpun.

"I can't believe." Kataku membuka percakapan.

"We will go through wind and storm that happening to our relationship, remember?" Adam mengatakannya, aku segera sadar bahwa ia memang benar-benar orang yang pantas untuk aku cintai. "I will always love you, Adam." Kataku sambil tersenyum. Ia memelukku.

Kini rasanya terasa aman.

Dan nyaman.

Berada di pelukannya.

Bahkan aku dapat melakukannya setiap saat.

"Adam, Bethany?" Mom membuka pintu kamar ini dan mendapati kami sedang berpelukan. Namun kami tak segera melepaskan pelukan kami. "Hey, kalian lebih baik turun dan makan malam, ada seseorang di bawah." Kata Mom. Kami berdua mengangguk pelan lalu.. Wait, siapa?

Kami langsung penasaran.

"Hey, kalian seharusnya berpakaian rapih, keluarga sahabatku sudah di bawah, ayo bersiaplah!" Dominic tiba-tiba ada di ambang pintu. Apa-apaan? Batinku. Kami pun setuju untuk berganti baju dengan baju semi-resmi.

5 menit kemudian, Adam sudah siap dengan kemeja cokelat dan celana bahannya, dengan sepasang mata yang berbinar. Ia selalu terlihat sempurna. Dan aku berdiri dengan setelan gaun abu-abu pendek, mini dress. "Baiklah, ayo." Kata Adam. Kami berdua turun bersamaan.

"Oh, there are them!" Seorang laki-laki berparas segar menyapa kami walau kami masih di anak tangga. Lelaki itu tak sendirian, ada 2 orang lagi, wanita dan pria. Aku melemparkan senyum kepada lelaki tua itu. "Oh, kenalkan, Adam, Bethany. Ini Taylor Bending, sahabat lamaku, dan istrinya Rosie, serta anaknya.."

"JOSH?!" Aku dan Adam langsung terkaget. Itu Josh! Josh duduk di ruang makan kami. "Oh, kalian pasti sudah mengenal satu sama lain, kan? Kalian satu kampus ya?" Kata Mom lalu menghidangkan roasted chicken di atas meja. "Yeah, he's my team mate." Kata Adam.

"Oh! Josh, kau sebaiknya berbincang dengan Bethany. Kalian punya hobi yang sama bukan?" Mom langsung menyela. "What?" Kataku.

"Yes, ma'am." Josh langsung berdiri dari tempat duduknya dan mendekati kami, aku dan Adam. "Adam, sit down." Mom sedikit memelototi Adam.

"What? I'm her brother, I have right to be with her." Adam langsung menyalak. "She goes with Josh. You, sit down here." Kata Dominic. Aku mulai curiga, apa yang mereka rencanakan sebenarnya?

"Oh, kenalkan, keponakanku, Mia Anderson." Kata Mr. Bending alias ayah Josh. Aku masih bingung. Anak perempuan tiba-tiba keluar dari arah kamar mandi, ia berambut cokelat sama denganku dan rambutnya di kepang seperti anak baik-baik. "What?" Aku tak habis pikir. "Hi." Kata anak perempuan bernama Mia itu.

"Sit down, Adam." Mom menekankan suaranya sekali lagi.

Adam menyerah dan dia langsung duduk di sebrang Mia. "Oh, Bethany, Josh, arlojiku tertinggal di mobil, bisa kah kalian mengambilnya?" Kata Mr. Bending. "Wha..."

"Sure, Dad." Josh langsung menjawab. Apa apaan ini?!

"C'mon." Josh langsung menarik tanganku. Kami keluar rumah sementara Adam, dan keluarga aneh itu di dalam, menikmati makan malam yang disediakan oleh Mom dan Dom. "Apa yang terjadi, apa yang orangtuamu rencanakan, Josh?" Kataku to-the-point. Josh tak membalas. "Hey!" Aku menahannya.

"Aku akan menjadi temanmu, Bethany." Kata Josh dengan senyum manisnya. Apa? Rasa itu ada lagi. Rasa yang sama saat Josh memelukku di taman, rasa.. aman, kenyamanan. "Kau mau makan malam? Ku kira kursi di rumahmu penuh." Katanya. Aku mengernyitkan dahiku. "Ayolah, kita ke Sun." Josh langsung berjalan di sampingku.

Kami berjalan menuju restoran yang pernah kita singgahi dulu. "How was Adam?" Tanya Josh membuka percakapan.

"Great. We're in a home." Jawabku. "I think he will likes my cousin." Lanjutnya. "Apa maksudmu?" Kataku sarkastik.

"Adam-will-likes-my-cousin-Mia." Ia menekankan kata-katanya.

Adam PoV

What the fvck is this shut?! I'm with strangers, who is that girl? Oh my god.

Kami pun akhirnya makan malam bersama. Mom dan Dominic, serta Mr. Bending dan Mrs. Bending berbicara tentang kehidupan mereka. "Oh. You know Mia is finalist of Science Olympiad." Kata Mr. Bending. "Oh, cool." Jawabku kesal. Namun sedari tadi aku mendapati anak perempuan itu melihat ke arahku, lalu pura-pura tak melihat. Girls.

"So, I think you will have a connection with Mia right? You like science too, right?" Dominic angkat bicara. Aku mengangguk.

Kemudian melihat ke arah anak itu lagi.

Matanya sama seperti Bethany.

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now