Eight

126 16 0
                                    

Maksudku, kenapa namanya jadi terngiang di kepalaku? Ah, ini hanya perasaanku saja. Aku mencoba mengesampingan hal-hal yang aku pikirkan.

Ku kira ia adalah satu-satunya orang Illinois yang berperilaku sama dengan orang Detroit. Ia sangat angkuh! Ah! Kenapa aku jadi memikirkannya? Sadarlah Bethany!

Bel pertama berdering, aku tak ada jadwal lagi hari ini, jadi aku segera menuju lapangan untuk menonton tim cheerleader yang sedang latihan.

Sekaligus menunggu jam pulang sekolah sehingga aku dan Adam bisa memulai projek kita.

Ku dengar langkah seseorang dari bangku-bangku kolosal ini. "What're you doing?" Gosh! Betapa terkejutnya aku saat melihat Adam sudah duduk di sebelahku. "Wh..what?" Tanyaku kaget. "I said what are you doing? Are you deaf?" Sekali lagi ia bertanya. Aku mulai geram. "Oh, aku menunggumu." Ucapku, semoga saja ia sadar dengan apa yang aku katakan, ia akan peka dan merasa bersalah, mungkin?

"Why are you waiting for me?" Tanyanya lagi.

"That's a dumb question."

Ia melihat mataku, ku maksud, benar benar menatapnya. "Apa?" Kataku. "Ikut aku." Ucapnya, ia lalu berdiri dan mengambil ranselnya. Aku menatapnya aneh, 2 detik kemudian aku mengikutinya.

Ia berjalan menuju pelataran parkir.

"Where are we going?" Tanyaku. "Ikut saja." Ucapnya. Aku memutar bola mataku.

Aku terus mengikutinya berjalan, maksudku entah kemana. Ya tuhan, anak ini mau membawaku kemana? Setelah sekitar beberapa menit kita berjalan, kita sampai di sebuah taman, yang masih dipenuhi salju di sekitarnya. "Apa ini?" Tanyaku.

"Kita akan kerja kelompok disini, sudahlah jangan banyak bicara. Aku ingin projek ini cepat selesai." Katanya dengan nada angkuhnya. Menyebalkan. "Siapa namamu tadi?" Tanya Adam, ia mengeluarkan macBooknya. "Bethany." Jawabku singkat. Ia mengangguk mantap.

Aku hanya memperhatikan dia membuka dan memainkan MacBooknya. "What the hell are you doing? We're gonna make a project about scientific hologram, are we?" Tanyaku kesal, hampir 10 menit ia hanya diam, tanpa memulai projeknya. Ia menatapku bengis, lalu memberikanku MacBooknya. Di situ tertera aplikasi Word dan ia sedang membuat makalahnya. "I did." Jawabnya.

"You know what? It's a mate project, not self project." Kataku geram. "Aku sudah mengerjakan sebagiannya, kenapa kau tidak berterimakasih?" Ia membalas.

Aku mulai membencinya, ku kira.

"Tapi seharusnya kita mengerjakannya bersama, bukan hanya kau yang mengerjakannya!" aku mulai berteriak. Ia berdiri. "Silakan! Kerjakan!" Ia lalu meninggalkanku. "Hey! Adam!" kataku. Ia berbalik. Matanya! Hal pertama yang aku sadari indah darinya adalah mata cokelatnya, walau tatapannya bengis dan terkesan angkuh, mata indah itu tetap berbinar. "What?" tanyanya. Emosiku tiba-tiba meredam turun. Ia sangat aneh, entah kenapa, emosiku jauh lebih tenang dari yang tadi, aku mengurungkan niatku untuk memakinya. Aku hanya menunduk.

"Why don't you do your project? Like you've said before." Katanya, dengan nada kesal. "Kita seharusnya mengerjakannya bersama, bukan masing-masing." Jelasku. "I don't even know you." Ia lalu kembali ke taman, mengambil MacBooknya yang aku tinggalkan disana. "I'm sorry, Adam."

Hatiku berubah menjadi sangat ciut. Ia mengangguk. "Kau tau, aku tak pernah mempelajari tentang ini, aku saja baru tau ada pelajaran ini." Aku memulai konversasi yang sedikit damai. "Ini saintifik hologram, dipakai juga dalam ilmu geografi dan geologi." Jawabnya, ia membuka situs google untuk pencarian. "Mereka mempelajari tentang sifat dan jenis hologram di dunia dan pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari." Lanjutnya.

"Aku sangat menyukai pelajaran ini, aku ingin menjadi saintis." Lanjutnya lagi sambil membuka suatu situs. Aku memperhatikan wajah seriusnya. "I'm sorry I've speak really loud to you." Ia menengokku, tepat saat aku sedang memperhatikannya. Mata kami bertemu, saat wajah kami berdekatan. Ia menatap mataku semakin dalam, rasanya aku benar-benar hanyut di dalam matanya. "Is that alright?" Ia membuyarkan kehanyutanku dalam mata cokelatnya itu. "Oh, oh, yeah, it's all fine. Sometimes everybody speaks really loud. I understand." Kataku gugup. Oh, ia pasti menangkapku memperhatikan kedua matanya tadi.

"Ya," Ia menjawab singkat. Aku kembali memperhatikan layar MacBooknya. Ia menjelaskan beberapa bagian tentang materi hologram dan lainnya, aku mengiyakannya saja karena aku tidak mengerti satupun dari apa yang ia katakan.

"Ini ada beberapa hologram, kau pasti akan membutuhkannya." Ia menunjukanku sebuah gambar hologram. Aku mengangguk. "Giliranmu." Ia memberikanku MacBooknya. Aku mengambil dari tangannya, dan.. "Sorry.." Kataku, aku tak sengaja memegang tangannya. Ia hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyumnya. "You must be a new student, right? You're Ginny's friend." Ia tiba-tiba membuka percakapan saat aku sedang mengetik tentang tugas yang kami kerjakan. "Oh, yeah, kau tau dari mana?" Tanyaku, setengah fokus ke layar MacBook dan setengah fokus ke arahnya.

"Kau dibicarakan di Huskies." Kata Adam dengan nada datar. What?

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now