Fifteen

90 14 0
                                    

Aku membuka pintu rumah dengan keadaan mata masih sembab. "Hey, sweetie, why so late?" Mom sudah ada di ruang tamu. "Could you please shut up, Mom? You're not a best mother." Aku menyalak, dan langsung pergi ke kamarku. Menangis. Ku habiskan seharian untuk menangis.

Aku.

Mencintai.

Kakak kandungku.

Dan itu kenyataan pahit. Kenapa tidak ada seseorang yang mau memberitahuku tentang ini? Aku benci dunia.

"Bethany, ada apa?" Mom tiba-tiba saja sudah masuk ke kamarku. Aku menyeka mataku. "Ceritakan saja, sayang." Katanya lagi.

"Why are you hiding in my back? Or trying to hide everything?" Kataku.

"What do you mean, Bethany? I'm not hide anything from you." Jawab Mom. "You lie, Mom! Tell me who is Adam Tom Elgus! Tell me who is he!" Teriakku. Wajah mom seketika berubah menjadi kaget. Dan aku mulai menangis.

"Sweetie, he is.."

"He is my boyfriend! And now I find out that he is my brother! Why are you hiding it all perfectly? Why mom?" Aku berteriak lagi. Mom mulai menangis, aku tak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya. Bahkan aku tak tahu harus menyalahkan siapa. Aku mengecek hand phone ku,

From: Adam

Don't ever shout me again. We're end. Just pretend that I never exist.

Aku menyalak. "I hate this world!"

"Bethany, I'm so sorry, I should did it for you tho. Please, Bethany.." Katanya. Aku hanya bisa diam. "Bethany, jangan menangis.." Kata Mom. "How could you said that?! I love my own brother! I love him! He gave me world but then you! You shows up! I hate you! I hate Dad! I hate Dominic! I hate everything! I wish I never been born at all!" Aku tak bisa berhenti berteriak sejak dari situ, aku kembali membenci hidupku. Ku kira Illinois akan baik untukku, namun tidak.

Aku segera lari dari rumah, pergi dengan tasku, entah menuju kemana. Aku berlari, menuju jalan Foggy Bottom st. entah apa itu.

Saat aku sedang berjalan, brukk!

"Hey? Bethany, right?" Ia segera membantuku berdiri. Aku menatapnya. Oh! Itu Josh Bending, teman Adam di klub futbol. Aku segera menghindar darinya namun dengan cepat ia mencekalku. "What's wrong?" Katanya sambil menahan langkahku. Aku hanya menunduk.

"Ayo, ikut aku." Ia menarik tanganku menuju arah yang berlawanan dari arahku sebelumnya. Aku tak peduli mau kemana ia membawaku.

Kami berhenti di sebuah taman yang sangat sepi, lengkap dengan salju yang menggunduk dimana-mana. Ia duduk, dan mempersilakanku duduk di sebelahnya. "I was teached to not talking to strangers too." Ia membuka percakapan. Aku hanya diam. Terlalu banyak luka yang aku rasakan.

"Kau baik saja, Bethany? Kau sangat pendiam." Tanyanya sambil menatapku. "What are you doing, Josh? I'm upset." Kataku, otomatis mengeluarkan airmata dari mata kiriku. Ia memicingkan matanya. "Kau mau cerita?" Katanya lagi. Aku menggeleng pelan sambil menangis.

Tiba-tiba saja ia memelukku!

Aku menangis semakin kencang seraya ia berulang kali mengatakan, "Jangan menangis."

Entahlah.

Ini terasa aman.

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now