Aku tersenyum lebar. Mengapa?
1. Monsterku berubah menjari orang baik, ia sudah mencoba menyayangiku.
2. Hey, aku berada di Illinois! Tempat paling asri di Amerika, dan aku bertemu kembali dengan orang yang melahirkanku ke dunia ini, yang terpisahkan selama 9 tahun."So, how was your 9 years with him?" Tanya Mom sambil menuangkan madu ke pancake yang ia buatkan khusus untukku. Aku memang pecinta makanan ini. "Great, Mom. I thought you and him will be together again." Kataku memotong-motong panekuk dengan semangat. Mom berdeham, aku menatapnya.
"Dengar, Bethany. Kini aku sudah-"
"Ya, Mom. Aku sudah tau. Dad yang memberitahuku, dimana dia? Apa ia menyukaiku?" Kataku to-the-point. "Ia ada di dalam kamar, sayang. Mau ku panggilkan?" Tanya Mom. "Tak usah, Mom. Kita kan bisa bertemu nanti saat makan malam," tuturku. Mom mengangguk sambil tersenyum.
Ia mengatakan bahwa malam ini ia akan ke DeKalb untuk mengisi aplikasianku untuk kuliah di Northern Illinois University. Kami berada di Naperville dan Mom bilang jarak ke Huskies (mereka menyebutnya Huskies) sangat dekat, bahkan pelajar disini lebih sering jalan kaki. Damn reality. Untuk apa aku kuliah di tempat aku ingin menghindari kuliah?
Seseorang, ku maksud, seorang lelaki berjalan dari arah kamar di sampingku. Ini pasti Dominic, suami Mom. Ia tersenyum kepadaku, ku kira umurnya pasti sama dengan Dad. "Hey, kau pasti Bethany kan? Kenalkan aku Dominic." Ia menjulurkan tangannya. Aku bersalaman dengannya. "Senang bertemu denganmu, Dom." Aku membalas senyumnya. Ia terlihat baik.
"Oh. Ya, Dom adalah seorang pengacara, ia jarang sekali di rumah. Hari ini ia akan mengantarku ke DeKalb lalu kembali lagi ke Chicago untuk bekerja." Ujar Mom. Aku mengangguk mantap. "Baiklah, anggap saja rumah sendiri, Beth." Kata Dom lalu membuka kulkas, "Thanks." Balasku.
Singkat cerita, malam datang, akupun telah menempati kamar di lantai 2, kamar dengan dekorasi putih yang terkesan damai.
"Bethany! Sayang! Mom dan Dad berangkat dulu ya!" Mom berteriak dari bawah, sudah sedia mantel dan barang yang diperlukan. "Ya, Mom! Hati-hati!" Kataku berteriak juga. Kemudian suara kenop pintu terdengar terputar. Suara mesin mobil menyusul untuk diperdengarkan. Aku sendirian di rumah.
Siapa Dominic itu? Aku bergumam. Aku pun berjalan ke arah almari yang berada di kamar ini. Aku membukanya, brakk! "Ah!" Aku terkaget, banyak sekali kertas-kertas, pakaian, dan album foto yang langsung terjatuh saat aku membuka pintunya. Aku melihat kini lantai penuh dengan kertas foto dan pakaian laki-laki. Apa ini Dominic? Aku memperhatikan foto-fotonya.
Terlihat foto seorang anak laki-laki, umurnya sekitar 4 atau 5 tahun, dan dia samasekali tidak mirip dengan Dominic. Aku bisa berpresepsi begitu mungkin karena anak itu mengenakan mask atau topeng berwarna merah. Siapa dia?
Kemudian aku beralih ke pakaian yang tergeletak disana.
Pakaian laki-laki, berukuran M dan mungkin dipakai oleh seorang remaja sepertiku. Apa Dominic memakai ukuran baju sekecil ini? Aku tak habis pikir. Siapa anak di foto ini dan apa hubungannya dengan rumah ini?
Ah! Ia mungkin penghuni rumah sebelumnya. Sedikit rasa penasaranku hilang. Akupun kembali merapikan isi lemari yang berantakan itu.
Terdengar suara mobil mendekat. Aku mengintip dari jendela, ya itu mobil yang Mom dan Dom pakai untuk ke DeKalb, mereka pulang sangat cepat. "Hey, Bethany!" Mom berteriak dari bawah, aku segera menyusulnya. "Hey, Mom, kenapa sebentar sekali?" Tanyaku sambil memeluknya. "Huskies tutup, tapi aku sudah registrasi online, jadi besok kau sudah bisa masuk kelas." Kata Mom.
"Oh, ini dia sang ahli fisika." Kata Dom seraya membuka pintu. "Dom, I thought you were went to Chicago." Kataku sambil tersenyum. "Yeah, in a few minutes." Ia mengecek jam tangannya. Aku mengangguk.
"Kau sudah kami daftarkan ke kelas Sains, sayang." Kata Mom. "Great, Mom." Jawabku singkat.
"Oh, Beth, aku akan berangkat ke Chicago sekarang." Ucap Dominic menjinjing tas berisi barang-barangnya. Aku mengangguk. "Sampai jumpa, jaga istriku ya." Katanya memegang pundakku. Aku tersenyum, Dom mencium Mom. Oh, mengapa aku merasa senang sekali, padahal orang lain yang mencium Mom, bukan Dad.
"Sampai jumpa, sayang. Hati-hati!" Kata Mom mengantar Dom sampai mobilnya. Aku menatap mereka dari jendela. Senyum.
"Bethany, kau tidak tidur? Mungkin kau lelah." Sapa Mom. "Tidak, Mom."
"Aku berharap Dominic adalah Dad. Ia yang seharusnya menciummu, bukan Dom." Lanjutku. "Oh, sayang, Dom orang baik, ia mencintaiku, ia juga baik kepadamu. Kan?" Belai Mom dengan nada mendayunya. "Yeah." Jawabku.
Sepanjang malam aku malah memikirkan Dominic. Ia sosok ayah yang baik rupanya, aku mulai mengaguminya dari detik itu.
" Good morning beautiful, Beth. You have to get up, c'mon wake up! Today is your day, honey. You are the queen of the world, you're strong, honey. I love you.. Good morning beautiful,..." Suara itu terdengar dari hand phone ku. Apa? Ini sudah hari esok? Aku membuka mata, dan melihat, ya, aku ada di kamar yang serba putih ini. Dan aku ada di Illinois.
Aku berjalan ke lantai bawah. "Good morning, Bethany." Mom sudah siap dengan panekuk kesukaanku. "Good morning, Mom." Rasanya ganjil saat melewati pagi hari tanpa teriakan dari Dad. "Siap untuk sekolah, sayang?" Mom memberikan kertas berisi jadwal kuliahku. Aku tersenyum. Hari ini ada jadwal jam 8, Fisika.
"Sebaiknya kau bersiap, sayang. Aku akan mengantarmu di hari pertamamu kuliah di Huskies." Kata Mom. Aku mengangguk lalu berjalan menuju kamar mandi.
Aku mempersiapkan diriku, dengan tampilan lebih O.K., karena aku akan merubah diriku, bukan menjadi si bath yang dikenal di Detroit. Tapi sebagai Bethany kecintaan orang Illinois. "Sayang, kau sudah siap?" Tanya Mom. Aku mengangguk lalu mengambil tas punggungku. Semoga ini menjadi awal yang baik. Gumamku dalam hati.
YOU ARE READING
Brotherhood // cameron dallas
FanfictionA story about siblings love between Bethany Elodie (Bethany Mota) and Adam Elgus (Cameron Dallas) served in Bahasa and English Copyright 2015 © arashnia