Six

167 16 0
                                    

Maksudku, aku tersenyum karena tidak peduli. Toh aku kesini bukan untuk menyukai seseorang. "Menurutmu aku cocok dengan siapa?" Tanya Ginny. Aku tersenyum, "Entahlah, mungkin kau cocok dengan Jay." Kataku.

"Jay? Ya tuhan, dia orang gila. Ew, aku benar-benar membencinya." Kata Ginny. "Benarkah?" Jawabku. Ia mengangguk mantap.

"Kau tahu, kadang dari benci lah kita bisa jadi cinta." Kataku sambil berdiri, meninggalkannya. Ginny terdiam disana. "Hey? Kau tunggu apa lagi? Mau mengantarku ke rumah tidak?" Seruku. Ia langsung bergegas berlari ke arahku.

"Kau benar, Beth. Mungkin aku menyukai Jay." Ucapnya. Aku tersenyum. Sepanjang perjalanan menuju rumahku, Ginny selalu membicarakan Jay, bagaimana ia bisa mengenal Jay, dan ia meminta saranku bagaimana hubungan mereka ke depannya. "Jangan biarkan cintamu kotor, tetaplah menjadi cinta yang suci, sebodoh apapun kamu." Ucapku lalu membuka pintu mobilnya. "Thanks, Ginny!" Aku melambaikan tanganku. Ginny masih senyum-senyum sendiri. Aku menggelengkan kepalaku.

Bagaimana bisa aku sok tahu tentang urusan percintaan?

Akupun masuk ke rumah. "Mom?" Aku mencari Mom. Oh, mungkin ia sedang bekerja. Mom adalah pekerja sosial di lingkungan ini.

Brakk!! Suara jejatuhan benda dari belakangku. "Oh. Hi, sweetheart sorry, can you help me a bit?" Mom membawa banyak sekali kardus. "Oh, Mom." Aku langsung membantunya mengangkat kardus-kardus itu.

Kardus berisi pakian.

"Apa ini, Mom?" Tanyaku. "Oh, ini baju lamaku, sayang, ambilah beberapa, sisanya akan ku sumbangkan ke panti." Katanya. Aku lalu mengubrak-abrik.

"Mom?"

"Ya sayang?"

Aku tertegun saat melihat banyak sekali pakaian berbordir 'Tom'. "Siapa itu Tom?" Tanyaku. Mom tertegun, "Kenapa sayang? Apa yang kau temukan?" Ia kemudian mendekatiku. Aku menunjukan baju kaos hitam bertuliskan Tom.

"Ah, ini, ini, ini punya anak panti, sayang. Kau sisihkan saja, ya?" Kata Mom mengulang-ulang kata 'ini'. Aku mengangguk pelan. "Sudah temukan yang cocok?" Tanya Mom. "Aku tidak suka, Mom. Kebanyakan ini pakaian laki-laki." Ujarku.

"Ya sudah, bantu aku mengangkat ini, ya?" Kata Mom. Aku mengangguk. Mom dan aku mengangkat kardus berisi pakaian yang akan disumbangkan ke panti ke dalam bagasi mobil. "Kau mau ikut aku ke panti, sayang?" Tanya Mom. "Ya," jawabku.

Mom pun menancap gasnya. Seperti biasa, cuaca Illinois selalu dingin, musim dingin memang belum selesai. "Bagaimana sekolahmu, Beth?" Tanya Mom sambil menyetir. "Great, aku menjadi orang yang baru; berbeda dengan di Detroit." Kataku. Mom tersenyum.

"Apa kau ikut klub?" Tanya Mom. Aku menggelengkan kepalaku. Mom mengangguk.

Tak lama kami sampai di sebuah tempat, ini pasti pantinya. Aku langsung turun untuk mengangkut kardus-kardus ini. "Terimakasih, sayang." Kata Mom. Aku dengan senang hati mengangkut kardus-kardus ini.

"Oh, hai Elizabeth!" Seorang penjaga resepsi menyapa Mom. Mereka bersalaman dan mengobrol. "Siapa itu?" Tanyanya. "Oh, I'm Bethany Elodie, nice to meet you." Kataku lalu bersalaman dengannya. Ia mengangguk seperti mengatakan oh, ini dia anak si Anthony.

"Ini, ada beberapa pakaian yang mungkin bisa disumbangkan." Mom memberikan kardusnya. "Oh, kau baik sekali, Elizabeth. Terima kasih." Katanya menerima kardus sumbangan kami.

Pegawai itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Bagaimana keadaan anak-anak?" Tanya Mom lalu meninggalkanku, ia masuk kedalam ruangan, ya aku sendiri di lobby.

Aku mengeluarkan hand phone ku. Lalu berjalan-jalan keluar bangunan ini.

Sungguh dingin sekali udaranya. Dan saat aku berjalan-jalan, eh?

Bukankah itu pemain football yang ditunjuk oleh Ginny? Aku lupa namanya. Ia memakai pakaian musim dingin, lengkap dengan kupluknya. Aku berjalan mendekatinya.

"Hey?" Sapaku.

Ia menoleh, dan mengeryitkan dahinya. Seperti mengatakan siapa kau? "Oh, hey, I'm Bethany Elodie." Aku menjulurkan tanganku. Ia hanya melihatku tanpa menggubrisku. "Oh, sorry." Kataku lalu duduk di sebelahnya. Ia terlihat seperti terganggu.

"Who are you?" Akhirnya ia berkata. Oh, suaranya seksi sekali. "Aku murid baru di Huskies, pindahan dari Detroit." Kataku. Ia diam saja. "Kau pasti pemain football huskies kan? Aku tau kau." Kataku. Oh, Beth, kau terlalu banyak bicara.

"So, what're you doing here?" Tanyaku. "Nothing, just chilling." Katanya. Aku mengangguk. "I go to go." Ia lalu beranjak dari bangku taman itu dan pergi meninggalkanku. "Nice to meet you!" Seruku. Ia berbalik lalu tersenyum. Ya tuhan! Ia manis sekali. Deg, kenapa hatiku tak karuan? Ah sudahlah.

Brotherhood // cameron dallasWhere stories live. Discover now