Bab 2-Bagaimana itu Berakhir

2.5K 186 17
                                    

"Orang yang berani vote dan koment itu keren. Karena mereka mengerti arti dari kata apresiasi yang setara."

Apabila menurutmu tulisanku pantas mendapat dukungan, maka silakan tunjukkan dengan vote maupun koment. Hanya perlu 1-2 menit, dan kau sudah berhasil mengubah hidup seseorang 😊

"Jangan menghina kemampuan menulismu dengan Plagiat. Aku percaya kau bisa menulis 1000 kali lebih baik dari pada perbuatan keji itu. "

Bahkan dalam sekali seumur hidupmu saja ... jangan pernah memikirkan plagiat. Itu sama saja menyakiti dirimu sendiri. Hargai dirimu dan hargai orang lain 😊 dengan begitu kau akan mendapat apresiasi yang pantas 😁

Bab 2 – Bagaimana itu Berakhir

Kadang ada beberapa hal yang sulit untuk dilupakan ketika kau masih kecil. Seperti pada tahun 2005, adalah tahun ke empatku memasuki sekolah dasar. Itu adalah masa di mana aku mulai terkenal di antara anak-anak seusiaku. Bukan karena prestasi belajarku—walau aku memang hebat soal itu—yang membuatku terkenal, melainkan prestasiku menghajar preman sekolah.

“Jangan ganggu anak-anak di kelas! Jangan minta uang lagi! Jangan ganggu mereka lagi!!!” kataku meraungkan kalimat yang terpintas dari dalam benakku sembari memukul si preman kelas dengan tas sekolah favoritku—kalau kau penasaran, tas itu masih baik-baik saja sampai sekarang.

“Berhenti! Auwww! Kamu udah gila ya, Cher?! Berhenti nggak! Aaaa!!! “

Preman yang kumaksud adalah anak laki-laki berwajah tengil bernama Axel. Nama yang cukup keren, tetapi tidak dengan sikapnya. Dia adalah penindas, dia suka meminta uang jajan pada anak-anak lain hanya untuk keperluannya sendiri dan aku benar-benar membenci dia. Walaupun sayangnya tak ada yang berani menentang anak itu, bahkan ketua kelas kami sekali pun.

Jadi begitulah, aku gadis kecil bernama Cheryl Lily White akhirnya berani melawan si Axel ini tepat di depan kelas atau lebih tepatnya di depan seluruh siswa angkatan kami. Kau mungkin akan menebak kalau cerita ini akan berakhir di mana Axel akan menjadi cinta pertamaku yang tak terduga-duga. Maksudku, semua syarat hampir terpenuhi—kami bertemu sejak masih kecil dan kami saling membenci lalu seperti cerita klise lainnya kami jatuh cinta dan bahagia selama-lamanya. Namun, kuberitahu kawan, itu tidak terjadi.

“Cheryl gila! Cheryl udah jadi gila! Argh!!! Hidungku!” teriaknya menyebut namaku dengan sebutan buruk itu.

“Ayo bilang minta maaf!!” balasku berteriak pula sambil tak berhenti memukulnya dengan tasku. Aku ingat aku merasa sangat marah padanya kala itu, walau aku tidak terlalu ingat mengapa. Aku bahkan cukup terkejut karena berani melawannya sejak awal.

Lalu hal buruk itu terjadi dan itulah yang mengubah pandangan hidupku beberapa tahun selanjutnya. Itu adalah saat Axel tiba-tiba mendorongku dengan keras ke dinding hingga membuat kepalaku cedera—secara harfiah, sampai adegan ini harusnya disensor karena terlalu banyak darah. Serius kawan, aku hanya anak kecil berumur sepuluh tahun dan penulis cerita ini terlalu tega sampai membuat kepalaku terbentur dinding. Aku tidak ingat apapun sejak itu—jangan mengira aku mengalami amnesia atau semacamnya—kurasa akuhanya pingsan atau semacamnya.

Hal selanjutnya yang kutahu, aku sudah berada di rumah sakit dan orang tuaku dipanggil. Beberapa hari kemudian aku akhirnya diperbolehkan pulang dan hal pertama yang membuatku sebal kala aku kembali ke sekolah adalah saat mendengar berita bahwa Axel pindah sekolah.

Aku masih ingin menghajarnya saat itu, kemudian hal selanjutnya yang kutahu aku mulai membenci laki-laki lainnya. Bukan seperti aku benar-benar membenci mereka. Aku masih menyukai laki-laki, terutama yang tampan. Hanya saja, momen di mana Axel membuat kepalaku cedera itu benar-benar mengejutkanku dan sedikit membuatku trauma.

First (Tamat) | 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang