Bab 21 - Bagaimana Aku Sudah Tidak Sanggup Lagi

786 81 4
                                    

Bab 21 – Bagaimana Aku Sudah Tidak Sanggup Lagi

(Cheryl)

“Cher, apa kau tidak bisa memberiku kesempatan?” tanya Lyon membisik di dekat telingaku dan membuat seluruh tubuhku membeku, “Bisakah kau berhenti mencintai Nathan?”

Seluruh saraf di tubuhku tersentak dan kaku seketika telingaku mendengar ucapan Lyon. Di dalam benakku yang terdalam, bertanya-tanya mengapa dia mengatakannya. Padahal aku tahu mereka berdua adalah teman. Aku harap dia sedang bercanda. Namun, aku tahu Lyon tidak ingin bercanda soal ini.

“Kenapa?” Akhirnya aku mengeluarkan suara. Merasa bingung dengan sikap Lyon selama ini yang menjauhiku dan tiba-tiba dia ingin aku berhenti mencintai Nathan. Bukankah sikapnya yang seperti tidak mengundang rasa penasaran?

“Aku serius dengan ucapanku padamu dulu,” kata Lyon yang masih kurasa duduk di sampingku, “Aku akan membantumu kalau kau butuh aku.”

Kugigit bibir dan meremas selimut, frustrasi dengan apa yang diucapkannya. Kau tidak menemuiku lagi selama ini, Lyon. Kupikir, kau membenciku, “Lalu apa hubungannya dengan Nathan?” balasku bertanya.

Lyon memberi jeda pada perkataan yang berikutnya. Seolah sedang menimbang-nimbang pikirannya sendiri, “Karena dia menyakitimu, ‘kan?”

Deg!

Saking kagetnya aku langsung keluar dari selimut yang menutupiku dan memberanikan diri menatap Lyon dengan mata kepalaku sendiri, “Bagaimana kau tahu?” Kali ini aku menanyainya dengan lebih menuntut, “Nathan memberitahumu, ya? Hah?!! Kau bilang kau akan membantuku… tapi kau itu teman Nathan ‘kan? Kau pasti tahu tentang Laura! Lalu kau mau memanfaatkan perasaanku padamu? Begitu?!!”

Kening Lyon mengerut, “Cher, apa maksudmu? Memangnya kenapa dengan Laura?”

Gigiku bergemeretak. Aku tidak suka merasa dibodohi. Lyon pasti sudah tahu sejak awal kalau Nathan dan Laura itu bertunangan. Memberiku harapan. Memberiku doktrin kalau Nathan memang mencintaiku lalu memutuskanku setelah dia rasa cukup. Kemudian di sanalah Lyon berada. Pemeran di mana dia akan memanfaatkan perasaanku yang bersedih.

Sudah cukup.

Aku muak.

Aku muak bermain-main dengan perasaan konyol ini.

“Kau… juga menyembunyikan sesuatu dariku,” desisku menahan segala amarah di dalam diriku. Kulirik Lyon dan melihat betapa perkataanku itu menyentaknya hingga kedua matanya membulat. Jangan pura-pura, gumamku dalam hati, “Kau bilang kau akan membantuku… kau bilang jangan membencimu… kenapa kau itu egois sekali? Apa kau tidak pernah bertanya tentang pendapatku? Apa kau tahu rasanya perasaanmu dipermainkan seperti ini?!! Aku capek!”

Alis lelaki itu menaut cemas, “Cher…” kata Lyon sembari mendorong tangannya untuk mengusap kepalaku.

Kugigit bibir dan menepis perlakuaannya yang munafik, “JANGAN SENTUH AKU!!!” teriakanku bergema di dalam kamar itu, “Aku benci padamu. Kau dengar aku, ‘kan?!! Aku membencimu sekarang!!! Jadi jangan bersikap sok baik lagi!!”

Apa yang sudah kukatakan?

Kenapa aku jadi seperti ini?

Rasanya terdengar menyedihkan. Seperti bukan diriku saja. Seperti aku berada di dalam tubuh orang lain. Seperti aku ingin ini bukan kehidupan milikku. Semua perasaan ini. Marah. Sedih. Benci. Meluap di dalam diriku. Meluap untuk melampiaskan semuanya.

Melampiaskannya pada Lyon.

Aku begitu menyedihkan.

Aku tidak suka dengan diriku yang sekarang. Aku benci menjadi Cheryl yang seperti ini.

First (Tamat) | 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang