Bab 10 – Bagaimana Itu Bermula
Tahun 2005 bukanlah tahun terbaik dalam masa hidupku.
Tahun itu adalah tahun dimana aku mendapat kutukan traumaku yang tak bisa merasa nyaman dekat dengan para lelaki. Itu membuatku berakhir di rumah sakit dengan luka jahit di kepala dan jiwa yang tak sama lagi. Tenang saja, jiwaku masih waras kok, kecuali bagian dimana aku tidak nyaman dekat-dekat dengan para lelaki. Untuk keseluruhan, aku masih memiliki pikiran serta jiwa yang normal, jika tidak, maka aku tak akan mempunyai kesempatan menceritakan ceritaku yang agak klise seperti cerita kehidupan cinta lainnya.
Dari mana mulainya, ya? Oh ya, saat itu adalah jam istirahat di Senin pagi, setelah sekitar satu setengah jam berkutat dengan pelajaran matematika dari guru di kelas. Cheryl White, umur sepuluh tahun, kelas empat SD. Rambut coklat lurus, dan mata bulat lebar dengan dua warna berbeda. Warna biru di sebelah kanan, dan warna hijau di sebelah kiri. Aku mendapatkan mata itu dari ayahku, namun warna mataku agak gelap yang merupakan turunan dari ibuku. Sehingga sekilas, warna mataku terlihat hitam namun akan terlihat warnanya jika seseorang benar-benar memperhatikan.
Aku dan temanku, Jeanie, baru saja jajan dari kantin sekolah dan berniat kembali ke kelas tuk’ menikmati makanan yang kami beli dan tepat ketika di depan pintu kelas kami, aku akan membuat keputusan yang mengubah hidupku.
“Hey, uang punya kamu banyak banget tuh. Bagi-bagi dong,” kata anak laki-laki bandel bernama Axel yang kembali memaksa anak lain memberikannya uang.
Ini dia, lagi-lagi Axel dan tingkah jahatnya. Aku tidak terlalu bisa mengingat bagaimana sosok Axel dulu. Kurasa itu karena rasa kebencianku secara pribadi terhadapnya yang menolak mengingat bagaimana bentuk wajah si preman tukang minta uang itu.
“U-uangku nggak sebanyak itu…” kata si anak laki-laki berkaca mata yang kurasa adalah siswa dari kelas lain.
“Hah? Jangan bo’ong deh!“ ejek Axel, “kamu datang ke sekolah pake mobil! Dianterin supir lagi. Aku liat semuanya lho!”
“Ta-tapi…”
“Halah! Nggak usah pelit gitu deh. Aku cuma mau minta dikit doang.”
Anak laki-laki berkaca mata itu tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, namun mulutnya terkatup lagi karena ketakutannya. Aku menggembungkan pipi, kesal menatap Axel dengan rasa marah yang tak bisa kutahan lagi. Kaki kananku sudah terangkat, hendak berjalan menghampiri Axel dan menendang pantat premannya. Tetapi temanku sekelasku, Jeanie menarik tanganku dan menggeleng. Rambut hitam panjangnya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti kepalanya. Wajahnya seolah berkata: jangan ke sana! Axel itu jahat banget lho! Jangan jadi orang bodoh Cheryl!
Itu benar. Sangat benar malah. Kau takkan tahu apa yang bisa dilakukan penindas seperti Axel. Namun, aku tidak bisa membiarkannya mengganggu orang lain yang bahkan terlihat lebih lemah darinya. Siapa pun tidak pantas diperlakukan seperti itu. Axel memang sudah menyakiti banyak anak di kelas kami, tetapi aku tidak bertindak sampai sekarang karena juga merasa takut dengan Axel sendiri.
Sekarang, melihat seseorang yang setakut itu menghadapi Axel, entah mengapa aku tidak bisa tinggal diam.
“Jangan ganggu dia!!!” teriakku menendang kaki Axel dengan sepatuku.
Axel memang anak yang kasar, suka menindas, memaksa anak lain memberikannya uang, sosoknya yang bertubuh tinggi juga membuatnya ditakuti. Bahkan ketua kelas tak berani menatap matanya. Namun, aku tidak peduli.
“Auwww!” Axel menengadah menatapku. Lalu dalam sekejap saja semua anak lainnya memperhatikan kami dan keluar dari kelas. Wajah Axel memerah dan kelopak matanya berkedut.
![](https://img.wattpad.com/cover/53522232-288-k937116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Tamat) | 1
RomanceLaki-laki menjijikan itu.... Nathan? Laki-laki yang ber...ciuman... kemarin itu... NATHAN?!!!!!! *** Hari itu adalah pengalaman pertamanya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Cheryl White baru saja memulai kuliahnya, tetapi satu persatu masa lalu...