Bab 5 – Bagaimana Itu Menjadi Sangat Buruk
Tap … Tap … Tap .…
Langkah kakinya pelan dan tenang. Beberapa kali dia berbelok arah, seolah sudah sangat mengenal jalan kota ini. Sementara aku, yang bersembunyi di pojok kegelapan, memperhatikannya, diam-diam mengikuti dengan perasaan gugup tak terkira, dan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya.
Kemana dia pergi?
Mengapa dia pergi?
Siapa yang akan dia temui?
Berpikir tentang hal itu membuatku semakin frustrasi dan aku tidak suka itu. Siapapun pasti mengira, mereka yang keluyuran malam-malam pasti lah melakukan sesuatu yang tidak baik. Begitu juga aku kala menemukan sosok Nathan di malam selarut ini. Kami memang sama-sama sudah dewasa. Aku memang tidak punya hak untuk melarang Nathan pergi entah ke mana, tetapi melihatnya seperti ini, aku tidak menyukainya.
Mungkin, aku memang tidak mengenal Nathan.
Aku hanya mengenalnya saat SMP, dan kusadari aku belum tahu apa-apa tentangnya setelah sekian tahun ini.
Kulirik kembali Nathan yang sekarang berbelok ke kiri. Kembali aku berjalan pelan dan mengikutinya, kusadari semakin aku menyusuri jalan ini, suara-suara orang ramai semakin terdengar. Diiringi suara tawa dan obrolan yang tak jelas. Kemudian di ujung jalan itu kudapati sekelompok orang yang juga keluyuran malam-malam, duduk-duduk santai di tepi jalan dan tak peduli lirikan sinis dari para pejalan kaki.
“Nathan! Bung, kau dari mana saja?” sahut seorang pria yang tak kukenal.
Buru-buru, aku segara bersembunyi di balik tembok.
Kudengar Nathan tertawa, “Biasa,” katanya terkekeh, “masalah ini itu.”
Apa maksudnya masalah ini itu? Bagaimana Nathan mengenal orang-orang ini?
Teman bicaranya itu tertawa, “Makanya kubilang! Pake aja barang dari Kevin itu! Atau kenapa tidak kau bawa pulang saja salah satu gadis itu!” katanya menunjuk gadis-gadis di sisi jalan lainnya dan mereka berpakaian yang cukup ketat dan terbuka.
Nathan hanya terkekeh, “Nggak makasih,” katanya lalu menyikut temannya, “hey, bagaimana dengan balapan liar kemarin? Siapa yang menang? T-Joe? Atau Ray?”
“Oh! Kau tidak akan percaya bung! Begini akan kuceritakan…”
Aku berdiri di sana, memandang Nathan dari jauh dengan perasaan yang campur aduk. Mengapa dia berada di sini? Mengapa dia mau bergaul dengan orang-orang seperti ini? Melihatnya seperti ini, seperti bukan Nathan saja. Seperti bukan orang yang kukenal.
Dia seperti berada di dunia lain. Tempat dimana aku tidak bisa menggapainya.
Entah mengapa, aku tidak menyukai hal itu.
Kuputuskan untuk mulai berjalan menghampirinya, walau sebagian di dalam diriku merasa takut untuk mendekati orang-orang itu, “Nath .…”
“Hey, kau mau kemana?”
Aku tersentak terkejut ketika tiba-tiba seorang pria berambut pirang yang tidak kukenal menghadang jalanku. Raut wajahnya menunjukkan seringai layaknya seorang penggoda wanita. Aku tidak suka dengan lelaki ini.
“Minggir!” sahutku kesal.
“Dia manis juga,” Seketika teman-teman si laki-laki pirang ini mulai berdatangan. Kuhitung, sekarang ada empat laki-laki yang menghadangku.
Gawat, kupikir.
Aku harus segera menyingkir dari tempat ini.
“Aku bilang minggir!” kataku berusaha berjalan ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Tamat) | 1
RomanceLaki-laki menjijikan itu.... Nathan? Laki-laki yang ber...ciuman... kemarin itu... NATHAN?!!!!!! *** Hari itu adalah pengalaman pertamanya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Cheryl White baru saja memulai kuliahnya, tetapi satu persatu masa lalu...