Bab 6 - Bagaimana Dia Dicintai
Nafas yang tertahan. Perpustakaan yang sepi. Udara yang dipenuhi aroma kayu lembab dan kertas tua. Dua insan yang bersembunyi di balik lemari buku. Degup jantung yang berpacu. Pipi yang menghangat dengan aliran darah. Dua bibir yang membunuh jarak dan waktu.
Kemudian dua bibir itu saling mengecup
***
Malam kemarin itu benar-benar mendebarkan.
"Menangis saja sepuasnya di situ, oke?" katanya.
Angin malam yang dingin. Suara sungai yang mengalir. Dedaunan kering yang bergemerisik. Lalu kehangatan yang membisik melalui dekapan seorang laki-laki. Kuingat semua detil itu. Tentu saja aku mengingatnya. Mana mungkin aku bisa melupakan hari dimana seorang laki-laki untuk pertama kalinya merangkulku ke dalam dekapannya. Membiarkan air mata bisu ini mengalir dan mengering olehnya.
Betapa memalukannya.
Betapa anehnya.
Seperti sihir saja.
Jadi, kupikir mungkin esok harinya kita akan berubah menjadi orang yang berbeda. Atau mungkin kita bisa mengulang hari dimana pernyataan cinta yang dulu terucap dan tak pernah kujawab dengan benar. Kukira mungkin kita akan saling menatap malu-malu seperti dulu aku memperhatikanmu dari jauh.
Kupikir begitu ....
Namun, ternyata tidak begitu juga. Karena sekarang, dengan mudahnya dia tertidur di depanku tanpa merasa malu sedikitpun.
"Nathan!" panggilku.
Kudorong bahu lelaki itu yang kini merosot menelungkup bersama tubuhnya di atas meja, sinar matahari yang sudah tinggi masih menembus jendela perpustakaan. Rambut Nathan terlihat mengkilap, di depannya sebuah laptop terbuka, terbengkalai karena si empunya ternyata tidur. Buku-buku yang tadi kuberikan padanya, menumpuk di sekitar kami, aku semakin gusar.
"Nathan ... Nathan ... bangun ...."
Tidak bisa dipercaya, Ini adalah hari kelima aku bersama Nathan mengerjakan tugas kami di perpustakaan kampus dan baru lima belas menit kutinggalkan untuk mencari buku lainnya, lelaki ini sudah tidur dengan pulasnya. Kuputuskan kemudian mencubit pipinya, tidak terlalu keras, namun bukannya Nathan bangun dia malah mengerang dan melanjutkan tidur. Dia mengerang menyembulkan wajahnya di antara kedua lengan yang meringkuk. Kulihat wajahnya terlihat tidak terlalu menyebalkan kalau dia sedang tidur. Rambut cepaknya yang berwarna gelap terlihat indah terjuntai lembut di atas alisnya. Tanpa sadar aku tersenyum.
"Nathan." Kupanggil sekali lagi namanya.
"Hmmm ...."
"Nathan ...."
"Errgghhh ....hmmm ...."
"Nathan ...."
Seketika kepala Nathan bergerak pelan, selanjutnya tubuhnya, lalu matanya mengerdip melihat sekitar hingga dia menemukan sosokku. Tepat di seberang meja. Sekilas aku melihat lelaki itu tersenyum dan kemudian mengusap wajahnya yang masih belum terlepas dari belenggu rasa kantuk.
"Apaan sih, Cher ...?" katanya.
"Nathan ...."
"Iya, aku denger," kata Nathan lagi.
"Nathan ...."
"APA?!!!"
Suara Nathan meninggi, dan kurasa sampai terdengar ke tempat ibu penjaga perpustakaan. Aku tersenyum jahil lalu memberikan beberapa buku ke depan Nathan.
"Nggak apa-apa, cuma mau gangguin kamu aja, hehehe," kataku bercanda.
Nathan melenguh, antara kesal dan kecewa, tetapi sebagian besar karena kesal pastinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/53522232-288-k937116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Tamat) | 1
RomansaLaki-laki menjijikan itu.... Nathan? Laki-laki yang ber...ciuman... kemarin itu... NATHAN?!!!!!! *** Hari itu adalah pengalaman pertamanya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Cheryl White baru saja memulai kuliahnya, tetapi satu persatu masa lalu...