Bab 8-Bagaimana Adegan Klise Ala Romeo dan Juliet Abad 20 Dimulai

1.2K 80 3
                                    

Bab 8 - Bagaimana Adegan Klise Ala Romeo dan Juliet Abad 20 Dimulai

"Begitu caraku menciumnya," kata Nathan.

Aku tidak bertanya bagaimana kau menciumnya.

"Kau hanya melihat dari sudut pandang yang salah ...."

Aku tidak bertanya apakah aku salah melihatnya.

"Cher... Aku tidak mencium bibirnya! Aku hanya mencium pipinya!"

Aku tidak bertanya dimana kau menciumnya.

"Apa masalahmu dengan itu? Kau bahkan bukan pacarku!"

Pacar? Oh yang benar saja, aku hanya ingin bertanya mengapa kau mencium gadis itu?!

Lalu mengapa ... ?

Mengapa kau juga menciumku?

Mengapa ... kau melakukan itu?

"Nathan bodoh! Dasar kuman busuk! Dasar monster jangkung! Dasar @#$%&*#!!!!"

Nalla menatapku heran sembari mengelus kucing liar peliharaannya, "Kau ini kenapa?"

Hari sudah beranjak malam pukul 7.30, biasanya bagiku dan Nalla sebagai anak asrama, pada waktu seperti ini tak banyak yang bisa dilakukan. Selain menonton drama di televisi dan mengerjakan tugas kuliah. Jika kau beruntung, kau mungkin bisa saja jalan-jalan keluar kota dan menikmati suasana malam.

Namun, aku tak tertarik dengan itu semua. Aku hanya ingin berbaring di kamarku sekarang, menggeliat dengan gelisah sembari memeluk guling tidurku yang mungkin sudah kempes karena sudah sering dipeluk. Aku sekarang berada di dalam kamar saat itu, bersama teman sekamarku, Nalla. Kamar itu sederhana dengan cat berwarna putih bersih, dengan dua tempat tidur yang diletakkan berseberangan, serta dua lemari pakaian dari kayu di sudut ruangan. Sebagian lainnya ada beberapa dekorasi seperti sebuah meja belajar kayu di dekat jendela keluar dengan sebuah boneka beruang diletakkan di sana, serta beberapa koleksi novelku yang kubawa dari rumah.

"Meong ...."

Oh ya, aku hampir lupa. Kucing liar peliharaan kami, Cattius Cornellius. Nama yang lucu untuk seorang kucing liar yang kadang hadir dan kadang pergi. Aku dan Nalla sempat berdebat soal nama yang pantas untuk kucing berbulu hitam putih itu. Hingga akhirnya kami tidak bisa memutuskan dan menggabung nama buatan kami. Maka seperti yang kau lihat sekarang adalah nama paling konyol untuk seekor kucing.

"Oh, Cattius ... kau lapar?" tanya Nalla mengelus kembali punggung kucing itu dengan lembut di pangkuannya,

"Meong!" sahutnya terdengar senang.

Nalla terkikik, "Iya, nanti akan kuberikan ...."

Aku mengerucutkan bibirku, "Nalla ... kenapa kau memanjakan kucing itu? Aku lebih memerlukan seorang teman sekarang tahu!"

"Meong!"

Kupelototi kucing itu dan berkata, "Ini obrolan para gadis, Cattius! Kau itu kucing jantan! Ingat posisimu, tahu!"

Kucing itu malah berpaling dariku dan kembali bermanja ria dengan Nalla. Dasar kucing sialan. Membuatku kesal saja.

Nalla melirikku dan menghela napas, "Memangnya ada apa?"

Hari ada seorang laki-laki sialan yang hampir merebut ciuman pertamaku, dan laki-laki itu bernama Nathan sialan dungu paling bodoh sedunia!

Aku menenggelamkan wajahku di bantal tempat tidurku, "Nalla, bagaimana menurutmu tentang seorang laki-laki yang mencium seorang gadis yang baru saja dia tolak cintanya?"

"Laki-laki itu bajingan," tukas Nalla dengan wajah yang begitu yakin.

Aku tertawa miris, "Benar juga ya? Ahaha ... ha ...," Entah mengapa aku kembali merasa lesu mendengar jawaban itu.

First (Tamat) | 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang