Bab 3 - Bagaimana Dia Membuatnya Jadi Lebih Buruk
"Boleh tidak aku meminjam buku catatanmu?" tanya Nathan setelah duduk di sampingku.
Aku tidak tahu harus berkata apa, jadi aku hanya mengangguk dan menyerahkan buku catatan itu. Kami masih berada di kelas kuliah ini, ketika dosen memasangkan kami sebagai satu kelompok untuk mengerjakan tugas makalah selama seminggu. Bayangkan itu kawan, selama seminggu bersamanya. Aku akan berada di dekat Nathan selama seminggu.
Kuulangi lagi! Selama seminggu!!!
"Wah, tulisanmu jelek banget kayak anak kecil," kata Nathan tersenyum jahil.
Belum lima menit dia duduk di sampingku, dia sudah menghina tulisanku. Dia benar-benar laki-laki yang "baik".
"Hah?!! A-apaan sih?!! Kayak tulisan punyamu lebih bagus aja!" sahutku menyolot.
Nathan lalu menjulurkan lidahnya dan memamerkan buku catatan miliknya di depan wajahku, "Bwekk!! Tulisanku emang lebih bagus dari punyamu!"
Ehhhh?!!
Walaupun aku enggan mengakuinya, tulisannya memang lebih rapi dari pada punyaku.
Dia menyebalkan sekali!!!
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bisa tahan bersama Nathan yang seperti ini. Dia menyebalkan sekali. Belum lagi cara dia mengobrol denganku, aku tidak akan tahan selama seminggu jika dia hanya menghinaku seperti ini.
Aku akan meminta sama dosen itu untuk menukar pasangan kelompok setelah kelas kuliah ini berakhir. Walaupun sebenarnya itu butuh waktu yang cukup lama karena aku baru sadar kelas ini masih akan berlangsung selama 45 menit lagi.
Oh Tuhan, aku sudah ingin buru-buru menjauh dari laki-laki menjijikan ini!!!
"Kau masih terkejut kalau aku Nathan?" tanya laki-laki itu sibuk mencatat, tanpa menoleh padaku.
Aku masih saja sempat tertegun mendengar suaranya yang berbicara padaku, "Apa?"
"Wajahmu itu kelihatan banget terkejut pas dosen tadi nanya namaku. Memangnya kamu sebodoh itu sampai nggak sadar dari kemarin kalau aku ini Nathan?"
Belum apa-apa sekarang dia menyebutku bodoh, ada apa dengan lelaki ini? Aku sudah tak bertemu dengannya selama beberapa tahun, dan sekarang kurang dari lima menit, Nathan yang sekarang ini benar-benar membuatku kesal, "Tentu saja aku kaget melihatmu mencium wanita lain. Menjijikan banget. Lagi pula, kita 'kan nggak bertemu sejak SMP, tentu saja aku kaget dengan kau yang sekarang," kataku menggembungkan pipi, kesal.
Nathan kemudian berhenti mencatat dan menatapku, "Memangnya aku terlihat berbeda sekali, ya? Sejak SMP?" tanya Nathan.
Pertanyaan apa itu, apa dia sedang mengetesku?
Apa pun itu, jangan sampai terkecoh dengan laki-laki ini.
"Ah! Sudah catat saja sana!!! Nggak usah banyak nanya!" sahutku berusaha berbicara senormal mungkin, walaupun kurasa suaraku hampir terasa goyah untuk menjawab pertanyaan itu.
Laki-laki itu mengerucutkan bibirnya, "Terserah kau saja." katanya.
Aku berusaha memalingkan wajahku ke arah lain.
Agar aku tak melihatnya. Melihat Nathan yang tidak kusukai ini.
Tepat di depanku sekarang ini, tak disangka adalah sosok Nathan yang begitu berubah sejak terakhir yang kuingat. Dia memiliki nama yang sama dengan Nathan yang kukenal. Namun, Nathan yang pernah mengubah masa SMP ku dulu, sekarang hampir tak bisa kukenali. Apalagi dengan kelakuan menjijikannya kemarin, membuatku ragu kalau itu benar Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Tamat) | 1
Lãng mạnLaki-laki menjijikan itu.... Nathan? Laki-laki yang ber...ciuman... kemarin itu... NATHAN?!!!!!! *** Hari itu adalah pengalaman pertamanya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Cheryl White baru saja memulai kuliahnya, tetapi satu persatu masa lalu...