Bab 9 - Bagaimana Aku Bisa Melihat Wajahmu

1.2K 84 2
                                    

Bab 9 - Bagaimana Aku Bisa Melihat Wajahmu

“Aku…Aku menyukaimu, Cheryl,” kata Nathan.

Pipi yang menghangat. Degup jantung yang tak beraturan. Angin malam yang pelan menggigil menusuk sampai ke tulang. Namun, ketika wajahku kutenggelamkan di punggungmu, kurasakan hangat yang tak terkira. Bertanya-tanya apakah kau memang nyata. Bertanya-tanya apakah waktu memang bisa terulang.

Bertanya-tanya apakah perasaan kita masih sama.

“Nathan …,” panggilku, meski aku masih tidak tahu apa yang harus kukatakan. Apa yang harus terucap. Semua perasaan ini memenuhiku. Seolah ingin meledak, menjerit keluar.

“Nathan … Aku … Aku … Aku ….”

Apa yang harus kukatakan?

Brakkk!!!

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan sosok Nalla muncul dengan seringai yang lebar.

“Cheryl!! Gimana tadi sama Na …than …?” Suara Nalla seketika menghilang ketika melihat kami berdua, “Kau masih di sini?” tanyanya kemudian.

Hening.

Astaga malunya!!! Langsung saja aku melepas diri dan menjauh dari Nathan.

“Eh?! Ada cowok!” sahut seseorang tiba-tiba dari belakang Nalla yang membuat tubuhku tersentak bukan main.

BUKKK!!!

Kembali Nalla menutup pintu kamar dan menenangkan suara beberapa gadis yang mulai berseru panik kalau kost kami dimasuki seorang laki-laki.

“Tadi ada cowok di dalam situ, ‘kan?!!”

“Nggak, nggak ada!” sahut Nalla kudengar dari luar pintu.

“Iya tadi ada cowok!”

“Eh? Ada cowok masuk sini?!!”

Selagi Nalla memberi waktu sebelum kami benar-benar ketahuan, segera kudorong punggung Nathan dengan sekuat tenaga menuju jendela, tempatnya masuk tadi.

“Nathan cepetan pulang sana!!! Ntar kamu ketahuan!!!” kataku panik.

Nathan menoleh dan menatapku, “Terus jawabanmu apa?” tanyanya merujuk pada pernyataan cintanya tadi. “Jawab dulu, Cher!”

Aku keburu panik sebelum bisa memikirkan hal-hal seperti itu, “Nanti akan kujawab! Sekarang kamu pulang dulu!!!”

Nathan sudah berjongkok di tepian jendela. Siap untuk melompat keluar. Namun, sekali lagi mata abu-abunya itu menoleh padaku. Aku tahu, Nathan itu selalu melakukan hal yang diinginkannya dan kadang aku tidak bisa menebaknya. Entah mengapa kali ini firasatku mengatakan kalau laki-laki itu akan melakukan hal itu lagi.

“Belum,” ujarnya yang langsung membuat duniaku terasa jungkir balik, “satu hal lagi,” katanya.

Kemudian benar saja, dia turun dari tepian jendela. Menghampiriku dengan cepat sebelum aku menyuruhnya untuk pergi. Laki-laki itu menarik tangan kananku untuk kesekian kalinya, dan telapak tangan Nathan kini berada di belakang kepalaku, menarikku semakin dekat dengan wajahnya. Begitu dekat. Begitu mendebarkan.

Kedua mataku membulat terkejut ketika ujung hidung kami saling bertemu.

Apa yang sedang dilakukannya padaku?!

Jarak antara bibir kami semakin terbunuh dengan Nathan yang kemudian menarikku semakin dekat.

Begitu dekat hingga ujung tebing di mana batas mimpi dan kenyataan terbuyarkan.

Hatiku menjerit dengan banyak kata dan aku seketika membeku mengetahui bahwa aku berada dalam adegan ini. Bahwa Nathan akan menciumku. Nathan akan menciumku! Nathan akan merebut ciuman pertamaku!

First (Tamat) | 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang