Bab 11 - Bagaimana Jika Suatu Hari Kau Berubah Menjadi Orang yang Berbeda

1K 82 1
                                    

Bab 11 - Bagaimana Jika Suatu Hari Kau Berubah Menjadi Orang yang Berbeda
.
.
.
.
.
.
Dulu ketika di SMP, Nathan suka mengikuti ekstrakurikuler teater.

Itu adalah fakta menarik yang kuketahui ketika mencari tahu siapa itu Nathan di masa SMP dulu. Sebenarnya kedengarannya agak mengejutkan bagiku, awalnya aku mengira Nathan adalah anggota ekstrakurikuler sepak bola atau basket. Maksudku lihat saja tubuhnya yang tinggi dan kuat itu.

Sekarangpun aku tak percaya kalau dia masih menggeluti hobinya itu.

Tepat tengah hari, aku pergi ke tempat latihan anggota sanggar teater yang Nathan maksud setelah aku selesai dengan semua urusanku di kostku. Tempat latihan itu berada di sebuah gedung aula dekat kampus. Gedung itu adalah bagian dari kampus itu sendiri. Biasanya gedung itu dipakai untuk acara wisuda, seminar, atau acara kepentingan kampus lainnya. Namun untuk fungsi lainnya, di sana terdapat panggung besar yang cocok untuk latihan drama teater.

Rencananya sebelum ke sana, aku ingin singgah di kafe dekat kampus, untuk membeli beberapa kue dan gelas coklat panas untukku.

Suasana kafe itu berbeda sekali di akhir pekan. Suasana di sana agak ebih ramai dari yang kuingat. Lilin wangi diletakkan ditiap meja, menambah khas yang elegan tetapi juga sederhana. Setelah masuk, aku memesan dua gelas coklat panas dan sekotak Cinnamon Roll berbagai rasa dibungkus untuk dibawa pulang.

Aku menunggu beberapa saat sembari memperhatikan seluruh penjuru kafe. Hingga mataku menemukan sosoknya. Sosok itu membelakangiku, dia duduk dekat jendela kaca kafe. Aku tidak tahu apakah itu benar dia atau bukan, tetapi aku tetap berjalan mendekatinya. Pelan-pelan kutepuk bahunya dan sosok sedikit terlompat kaget ketika dia berbalik melihatku.

"Cher...?" panggilnya memandangku heran.

Bibirku membentuk seulas senyum, "Lyon...apa kabar?" sapaku.

Lyon masih diam tertegun memandangku, hingga sekitar sepuluh detik, kemudian barulah dia membalas sapaanku, "A-aku baik. Bagaimana kabarmu?"

Aku mengangguk senang, "Ya...aku baik."

Lyon lalu mempersilahkanku duduk di mejanya. Hari itu tidaklah terlalu cerah, ataupun terlalu mendung. Hanya berawan dan sedikit hembusan angin yang membisik melalui dedaunan di pohon. Itu hanya hari kelabu biasa yang masih enggan menampakkan kulit aslinya. Seperti Lyon yang masih belum menampakkan sosoknya yang pernah kukenal, entah mengapa sekarang dia terlihat berbeda. Meski kami saling bertatap muka sekarang, Lyon seolah berada di dunia lain. Seolah dia memang duduk sendirian di dunia itu dan aku tak ada di dalamnya.

"Aku dengar rumor tentang kau dan Nathan..." ucap Lyon selanjutnya.

Aku tersenyum meringis. "Rumor yang mana?"

Lelaki itu mengangkat bahu dan berkata, "Nathan naksir padamu."

Aku menggeleng, aku bahkan belum menjawab pernyataan cintanya itu. Atau bahkan pernyataan milik Lyon, "Itu bukan apa-apa," kataku, "kami hanya berteman."

Benar, kupikir. Hubunganku dengan Nathan hanya sebatas itu sekarang.

"Tetapi, kurasa Nathan tidak menganggapnya begitu," kata Lyon lalu menyesap cappuchino yang kurasa telah dingin karena dibiarkan terlalu lama

Kemudian hening kembali. Lyon nampak mengalihkan pandanngannya keluar jendela, aku memperhatikan lelaki itu dengan seksama dan menyadari sikap Lyon yang sedikit berubah terhadapku. Cara bicaranya juga lain, lebih canggung, lebih kaku, biasanya dia mungkin akan membuatku tertawa, tetapi tidak kali ini.

"Kenapa kau tidak menemuiku lagi?" tanyaku pada akhirnya, setelah hari-hari berlalu ketika Lyon tidak lagi mengajakku bicara. Entah bertatap muka sekalipun tidak, "Apa karena kau menganggap aku menolakmu hari itu?" tanyaku semakin menuntut.

First (Tamat) | 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang