"Gadis yang sedang berlari di tanah kosong diharapkan untuk segera berhenti." Suara serak tersebut berkumandang entah dari mana dan sontak mengejutkanku, membuat langkahku terhenti untuk melihat-lihat sekitar, mencari seseorang yang berkemungkinan mengucapkannya. "Sekali lagi, pada gadis yang sedang berlari dihimbau untuk berhenti."
Tentu saja kini aku sudah berhenti, menajamkan mata untuk menoleh ke sana ke mari demi mencari entah siapapun yang berkemungkinan berucap padaku. Tidak ada seorang pun di sekelilingku, nihil. Bahkan anak kecil yang biasanya bermain bersama kelompok lainnya ataupun ibu rumah tangga berkumpul untuk bergosip tidak ada. Aku hanya sendirian di siang bolong di tengah tanah kosong, berdiri di lokasi dekat rumah Neah yang membuatku kuatir. Aku ingin kembali berlari dan menyongsong teriknya siang hingga merasa yakin terbebas dari jangkauan Neah. Namun, aku pula takut dengan suara serak penuh ibawa tersebut yang menyuruhku untuk berhenti, entah mengapa otakku telah tersistem untuk menurut. Opsi apapun yang ada, aku hanya dapat berdiri kaku di tengah tanah kosong tanpa bergerak, tidak tahu ingin melakukan apa.
"Bagus, kini kami dapat memulai segalanya dari awal pada kalian semua," ucap suara serak itu dengan mantap, seperti sedang membaca teks. "Tunggu sebentar, lelaki yang berada di atap rumah abu-abu berhenti! Jangan bergerak dan mencoba kabur dari atap yang merupakan posisi termudah untuk mendengarkan pengumuman ini! Berhenti sebelum kupaksa kakimu melakukannya dan didiskualifikasi."
Aku menengadah dengan mengerutkan dahi. Lelaki? Berhenti? DIDISKUALIFIKASI? Apa-apaan ini, mengapa aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi? Apakah ada orang lain di sini yang diajak suara tersebut berkata ataukah dia menyalahiku sebagai seorang lelaki? Entah apa yang akan dikatakannya bila suara itu dapat menjawabku, aku pula tidak yakin ingin mengetahuinya. Aku membuka mata kemaren di tengah tanah kosong dengan hujan mengguyurku, diriku belum tentu ingin tahu alasannya walaupun penting. Aku hanya belum siap, tidak ingin mendengarkan apa-apa terlebih dahulu hingga matang sudah mentalku.
JREZZ
Tiba-tiba, terlihat semacam kilat yang membelah angkasa dengan kecepatan tinggi menuju arah belakangku. Kuputar tubuhku cukup cepat hingga mataku dapat melihat adegan yang tengah terjadi di balik punggungku. Kilat tersebut mengarah bagai dikontrol ke arah salah satu atap rumah berwarna abu-abu dan dalam sekejab cahaya kuning kemerahan meledak di atas sana ketika menyambar. Terdengar suara memilukan seorang lelaki yang membuatku terkejut, apa kilat itu menyambarnya? Apa dialah orang yang sebenarnya diajak berkomunikasi suara serak tadi?
"Maaf semuanya atas keterlambatan yang tidak menyenangkan ini." Suara serak tersebut kembali mengambil alih perhatianku, dan kupikir semua orang lainnya. Aku bukanlah satu-satunya yang berada di sini, berbeda dari penduduk setempat dan asing dengan lingkungan ini. Aku pikir, ada banyak orang lagi yang membuka mata dengan perasaan bingung melihat hujan menerpanya tanpa tempat untuk dituju, hanya rasa dingin temannya. "Mari kita lanjut. Aku akan menyebutkan nama kalian masing-masing dan kuharap angkatan tangan bila mengenali panggilan tersebut. Maria Fey? Apa ada anak perempuan bernama Maria Fey? Ah itu dia, kau berada di balik bayangan rumah, Maria, cukup tersamarkan hingga mataku tidak dapat melihatmu sebelumnya. Rio Fitz? Nama yang cukup unik dan sangat berbeda dari biasanya, ah itu dia anaknya. Mei Shakila? Itu dia, di atas atap layaknya anak yang tersambar petir--maaf, lupakanlah."
Jantungku kurasakan berdetak kencang, apa daftar-daftar nama ini sekedar pengenalan saja? Bagaimana jika aku tidak termasuk ke dalamnya, apakah itu hal yang bagus atau jelek? Apa yang akan mereka lakukan dengan anak-anak seperti kami, mungkin ini semacam tes sekolah yang kulupakan berkat kehujanan semalam? Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang, tetapi kuberharap semoga hal baik menanti.
"Lara Frances? Itu dia sedang mengangkat tangan tinggi-tinggi, tampaknya kau sangat percaya diri sekali akan menang, ya?" ujar suara serak tersebut dengan senang. Tunggu sebentar, menang? "Ray Hirane ? Lelaki yang berpakaian biru itu ya, mengapa selera bajumu sangat rendah, Ray? Sekarang yang terakhir, Tara Fascienne, putri terlarang dan paling dibenci itu ya? Kalian semua pasti mengenalnya dan menyisipkan dengki mendalam padanya. Di mana gadis tidak tahu diuntung itu, Tara Fascienne?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Ragaku
FantasyTidak perlu kusebutkan namaku. Abaikanlah pula masa laluku. Karena yang terpenting nanti aku akan memilih opsi. Satu akan memperkuat jati diriku sebagai Iblis. Atau satu lagi Yang akan mengembalikanku menjadi diriku yang dulu. Apapun pilihanku, aku...