Part 4

145K 6.7K 63
                                    



"Oh! Apa yang akan dilakukannya pada ku?"

Ku rasakan nafasnya yang terasa hangat di wajah ku. Namun, tiba-tiba rasa takut menghinggap di diriku hingga akhirnya Aku membuka mata ku dan langsung mendorong Pak Nathan agar menjauh dari ku.

"Ekhm..." dia terlihat gelagapan.

"Engg... saya permisi dulu." ucap ku lalu langsung buru-buru keluar dari mobilnya. Aku tidak tahan dengan jantung ku yang berdetak sangat cepat ini.

Nathan's

Apa yang aku lakukan? Apakah aku harus langsung berhenti menjadi dosen? Aku benar-benar malu saat ini. Abigail jelas-jelas menolak ku, dan setelah keluar dari mobil ku ia langsung lari masuk kedalam rumahnya. Mungkin terlalu cepat kalau aku menyatakan perasaan suka pada murid cerdas ku itu.

Ada satu hal yang Abigail tidak ketahui, Aku dan perusahaan ayahnya telah bekerja sama. Atas kerja sama itu, perusahaan keluarga ku dan perusahaan keluarga Abigail mengalami peningkatan saham. Aku yakin, ayah Abigail tidak pernah menyesal karena telah bertemu dengan ku setelah aku mengantar Abigail kerumahnya waktu itu.

Tetapi, waktu ku menjadi dosen tersisa 2 bulan lagi . Tidak terasa ternyata berlalu dengan cepat, berarti tinggal beberapa waktu lagi aku sudah harus mempersiapkan diri untuk resign dari dosen dan kembali menjadi CEO.

-

Hari ini aku baru ada kelas mengajar jam 9 nanti, namun di jam 6 pagi aku sudah datang ke kampus. Aku tidak tahan berada di rumah karena jika tidak bekerja dan hanya diam, otak ku selalu saja memikirkan tentang Abigail.

Abigail Evelyn Samantha, dia adalah gadis yang sangat cantik. Rambut darkbrown panjang sebahu, kulit putih, hidung mancung, bibir merah tipis, wajah tirus, dan tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran perempuan Asia. Aku yakin dia dari dulu sudah menjadi idola laki-laki. Namun, Aku tidak pernah melihatnya bersama laki-laki lain selain Leo, sepupunya itu.

Tok!Tok!

Suara ketukan pintu terdengar memenuhi ruangan ku. Aku agak terkejut juga pagi-pagi sudah ada yang datang selain aku. Padahal kelas pagi untuk umum mulai jam 7.

"Masuk." ucap ku sedikit berteriak dari dalam. Pintu pun terbuka, menampakan seorang gadis dengan tampilan feminine seperti biasanya. Aku agak terkejut karena yang datang sepagi ini adalah Abigail. Ia berjalan menghampiri ku yang sedang berada di meja kerja.

"Ma-maaf pak mengganggu, saya datang untuk menitipkan surat dari ayah saya," ucap nya tampak gugup sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat muda. Ia pun tidak menatap ku sama sekali, sedari tadi ia membuang tatapannya ke arah lain.

"Ayah mu?"

"Iya, saya permisi." jawab Abigail, ia langsung melangkah keluar. Namun aku langsung menahan pergelangan tangannya. Baru kali ini ia menatap ku dan kini wajahnya terlihat sedikit memerah. Ia terlihat salah tingkah karena aku juga menatapnya.

"Ada apa?"

"Maaf... untuk yang kemarin..." jawab ku.

Abigail tampak mengangguk sambil berusaha melepaskan genggaman ku yang ada di pergelangan tangannya. Aku pun langsung melepaskannya.

"Aku ingin tanya sama bapak..." ucap nya tiba-tiba.

"Apa? Saya akan menjawabnya..."

"Apakah bapak menyukai saya?" tanya Abigail.

Wow! Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu pada ku? Apakah dia menyadarinya?. Aku tidak menyangka jika Abigail sepeka ini. Tapi, apakah ini waktu yang tepat untuk memberitahu perasaan ku padanya?. Aku menuntun Abigail untuk duduk di sofa ruangan ku. Ruang kerja ku memang lebih luas dengan tempat yang di khususkan untuk tamu yang datang.

Cute Student that I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang