Author's
Nathan menyesap kopi hitamnya perlahan lalu meletakkan cangkir mahal tersebut di atas meja. Pandangannya tampak tenang bagi yang melihatnya, namun dalam matanya terdapat luka yang cukup dalam. Tak sadar setetes air mata lolos jatuh membasahi pipinya. Namun dengan cepat Nathan menghapusnya karena tidak ada yang ingin melihatnya menangis layaknya anak umur 5 tahun. Ia merasa sangat bodoh dan seperti seorang perempuan jika menangis seperti ini, tetapi sebagai seorang pria ia juga tidak bisa menahannya.
Suara derap pintu terbuka terdengar di telinga Nathan. Ia pun langsung menolehkan kepalanya dan melihat siapa yang baru saja membuka pintu ruang kerjanya. Di sana, tampak seorang lelaki tua datang menghampirinya. Ekspresi tenangnya tampak terlihat jelas di wajah keriput pria itu. Tanpa Nathan mempersilahkan duduk, pria tua itu sudah duduk di sofa dan menyilangkan kakinya.
"Nathan, kamu udah 31 tahun, kapan mau nikah? ayah aja nikah pas umur 24 tahun." ucap Ayah Nathan dengan raut wajah yang berubah tegas.
"Belum ada—"
"Itu karna kamu menutup diri. Coba, lupain Evelyn... udah jelas dia nolak kamu." nasihat Ayah. Nathan tampak berpikir dan mencoba menerima dengan baik apa yang dibicarakan ayah kepadanya.
"Ya... nanti aku coba..." jawab Nathan menyerah.
"Jangan nanti! Tapi sekarang! Ayah udah dengar kalau Evelyn punya pengganti kamu. Sampai-sampai gossip kalau mereka mau menikah udah kesebar diantara pebisnis. Evelyn itu incaran anak-anak teman ayah juga." ujar Ayah sambil menatap lekat anaknya. Ia tahu, anaknya masih belum bisa melupakan gadis itu sepenuhnya. Ia kira, setelah Nathan berhubungan dengan Luna dan putus dengan Evelyn, mereka akan menikah. Ternyata Luna memilih menikah dengan pilihannya yang lain.
"Iya, diusahakan..." jawab Nathan lalu memejamkan matanya. Ia sudah sangat pusing selama 4 tahun ini memikirkan wanita yang sama. Bahkan ketika ia akan melancarkan aksinya untuk membuat Evelyn kembali padanya, ternyata gadis itu sudah memiliki kekasih. Semua ini adalah kesalahannya, telah membuat gadis super posesif itu meninggalkannya. Kini, Nathan hanya bisa berserah diri pada Tuhan dan berharap yang terbaik untuk semuanya.
--
"Ibuuuuu!" pekik Evelyn sambil memeluk Ibunya yang telah lama tidak ditemui. Ia sangat-sangat merindukan wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu.
"Ya ampun, ibu kangen banget sama kamu nak!" ujar Ibu sambil mengusap rambut anaknya dengan lembut. Kemudian mereka sama-sama menangis karena rasa rindu yang besar. Evelyn sendiri jadi menyesal telah pergi dan tidak kembali dalam waktu yang lama.
Setelah pelukan dengan Ibunya terlepas, Evelyn langsung berhambur dalam pelukan ayahnya yang sedari tadi menatap istri dan anaknya. Dengan eratnya Evelyn memeluk ayahnya dan isakkan pelan mulai terdengar. Ayah juga tiba-tiba jadi menangis mendengar isakkan anak perempuan semata wayangnya itu.
Hari ini, Evelyn dan Darrel baru saja sampai di Jakarta setelah menempuh penerbangan yang sangat lama. Orang tua Evelyn bersikeras untuk menjemput anaknya di bandara walaupun Evelyn menolak dan meminta mereka menunggu di rumah. Hingga akhirnya Evelyn menyetujui permintaan orang tuanya.
"Om gak mau peluk saya?" tanya Darrel yang sedari tadi hanya memperhatikan calon mertuanya yang tampak sekali merindukan anak mereka. Ayah Evelyn yang mendengar penuturan Darrel langsung tertawa dan menepuk punggung kokoh Darrel.
"Ah, aku peluk tante aja deh," ucap Darrel sambil merentangkan tangannya, hendak memeluk ibu Evelyn. Namun ayah Evelyn langsung menghalau Darrel agar tak memeluk istri tercintanya itu. Evelyn dan ibu tampak tertawa geli melihat perilaku posesif ayah yang muncul kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romance"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...