Evelyn's
"Hoeeekkk!! Hoeeekkk!!"
Sudah dua hari pak Nathan mual-mual dan tubuhnya demam. Dia juga sering meminta hal-hal aneh kepada ku. Seperti, minta dibuatkan rujak saat tengah malam, menyuruh ku untuk mengusap kepalanya sebelum tidur, menjadi lebih manja, dan hal-hal aneh lainnya. Setelah 3 bulan pernikahan kami, aku baru tahu kalau pak Nathan seaneh itu, ditambah dirinya sedang sakit.
"Kita ke rumah sakit ya?" saran ku sambil mengurut leher belakangnya.
"I-iya... aduh...aku nggak kuat, Amore..." jawabnya lemas. Amore itu panggilan kesayangannya kepada ku. Dia mengambilnya dari bahasa Italia, yang berarti 'sayang'.
Kemudian, aku membopoh tubuhnya yang berat dan mendudukkannya di atas ranjang. "Yaudah, kamu ganti baju dulu, aku mau suruh pak Kardi buat siapin mobil," ucap ku. Namun, pak Nathan menahan tangan ku hingga otomatis aku menoleh padanya.
"Gantiin baju aku," pinta nya dengan tampang memelas dan wajah pucat.
Ya ampun! Sekarang aku merasa seperti sedang mengurus bayi besar. Kenapa pak Nathan tiba-tiba berubah jadi aneh sih? perasaan sebelum-sebelumnya juga tidak seperti ini.
"Jangan manja dong, kamu pasti bisa ganti baju sendiri... aku udah siapin bajunya di situ," jawab ku sambil menunjuk pakaian yang sudah tersedia di atas kasur. Namun wajahnya semakin memelas, membuat aku jengah melihatnya. Tetapi, ia juga terlihat lucu jika sedang merajuk seperti itu.
"Yaudah-yaudah, dasar bayi raksasa." keluh ku. Ku lihat, ia tersenyum penuh kemenangan lalu memeluk tubuhku erat sesaat.
--
Kami sampai di rumah sakit yang tak jauh dari komplek perumahan kami. Sebenarnya agak berlebihan juga membawa pak Nathan ke rumah sakit, tetapi mau bagaimana lagi? hanya rumah sakit ini yang terdekat, dan semoga saja ada klinik di sini. Karena aku juga baru pertama kali ke rumah sakit besar dekat dengan komplek perumahaan.
Ketika kami akan berjalan menuju ruang pendaftaran, aku bertemu dengan Keandre. Mantan sekaligus teman ku ketika SMA. Keandre selalu tampan seperti biasa, ditambah dengan jas dokternya yang membuatnya semakin terlihat keren.
"Eh, Evelyn. Siapa yang sakit?" sapa Kean setelah kami bersalaman.
"Ini, suami aku...mual-mual terus setiap pagi tapi yang keluar cuma air, badannya juga demam," jawab ku. Pak Nathan hanya diam dan menatap Kean dengan sedikit tajam. Ow, dia mulai menunjukkan raut ketidaksukaannya.
"Mual tiap pagi? Minta yang aneh-aneh juga nggak?" tanya Kean.
"Iya...suka minta sesuatu juga, lebih banyak makanan sih." jawab ku lagi sambil melirik pak Nathan malas. Namun ia membalas lirikan ku dengan mencolek pundak ku. Aku tahu, ia menyuruh ku untuk berhenti mengatakan hal-hal yang dapat menjatuhkan wibawanya pada Kean.
Ku lihat Kean tersenyum pada kami. "Kalian daftar ke dokter kandungan gih, prediksiku sih... kamu hamil," ucap Kean, sontak membuat ku dan pak Nathan terkejut.
Oh, aku lupa sudah lama sepertinya tamu bulanan ku tidak datang. Selama ini aku tidak pernah menghitung jadwal menstruasi ku. Rasanya terlalu malas untuk melakukan hal itu.
"Beneran?!" tanya ku tak percaya, namun Kean lagi-lagi tersenyum.
"Yaaa...baru prediksi ku sih, kamu periksa dulu aja di dokter kandungan." ucapnya. Aku tersenyum dan mengangguk semangat.
"Kean, aku daftar dulu deh nanti kalau benar aku kasih tau kamu! Ayo, kak!" ucap ku sambil menarik lengan pak Nathan.
"Pelan-pelan, Amore..., aku pusing..., lagian kamu langsung percaya aja sama teman mu itu, yang sakit kan aku, bukan kamu." ujar pak Nathan. Aku tidak peduli lagi dengannya yang mudah sensitif akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute Student that I Love
Romance"Dia telah menjadi perhatian ku semenjak memasuki awal semester, bahkan ia telah menjadi alasan ku untuk tetap menjadi dosen hingga aku menomor dua kan pekerjaan ku sebagai Direktur Utama. Dia adalah gadis cantik yang cerdas dan tentu saja, lucu."...