Part 28

79.3K 3.1K 30
                                    


Nathan's

Ekspresi Evelyn benar-benar terlihat menyedihkan, kemudian ia menghembuskan napasnya dan menatap ku dalam, "Kapan kamu mau cerai sama aku?" tanyanya.

"HAAAAAHHHHH?!" pekik ku reflek.

Dia bilang apa? cerai? Ya ampun, Amore-ku kenapa tiba-tiba bertanya hal tidak masuk akal sih.

Tiba-tiba Evelyn menangis kencang dan memukul-mukul dada ku. Sontak aku menghentikkan aksi sadisnya itu dengan memeluknya erat, tetapi tetap menjaga bayi kami agar tidak terhimpit.

"Jahat! Kamu jahat!!! Bilang kalau kamu mau ceraiin aku gara-gara bisnis sama perusahaan pak Wijaya!" teriaknya.

Aku malah sangat-sangat terkejut dengan ungkapannya itu. Apa hal itu yang membuatnya seharian ini terlihat menyedihkan? Aku kira, ia hanya sedih hanya karna aku tidak menemaninya periksa baby. Jujur saja, hari ini aku tidak bisa fokus pada Evelyn sepenuhnya karna pekerjaan telah menyita waktu ku hari ini. Walaupun aku meliburkan diri, tetap saja sekretaris dan rekan-rekan kerjaku menelpon.

Dan...soal cerai, aku benar-benar tidak pernah berpikir soal bercerai dengan Evelyn. Pasti, ia telah mendengar pembicaraan ku dengan pak Wijaya siang tadi, mengenai perceraian salah seorang anak perempuannya. Pak Wijaya hanya sedang menceritakan tentang anaknya, dan aku hanya menanggapinya seperti biasa.

"Amore... kamu salah paham, aku sama sekali nggak pernah ada niat untuk cerai sama kamu. Soal pak Wijaya, beliau hanya cerita tentang anak perempuannya yang baru cerai dan beliau minta pendapat kamu yang memang seumuran dengan anaknya. Walaupun pak Wijaya sudah seumuran dengan ayah, tapi beliau sudah kuanggap sebagai teman sendiri." jelas ku.

Tangisan Evelyn mulai reda, dan gerakannya mulai lemah, tidak setegang barusan. Ia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan mata sembabnya.

"Kamu nggak bohong kan?" tanyanya.

Aku tersenyum dan mengangguk padanya. Tiba-tiba saja Evelyn menyembunyikan wajahnya di dalam dada ku. Tangannya memeluk erat tubuhku. Kurasa, ia sedang menyembunyikan wajahnya yang pasti saat ini sedang memerah.

"Aku nggak bohong, sayang." ucap ku. Evelyn semakin menyembunyikan wajahnya didadaku. Rasanya sangat menyenangkan melihatnya malu-malu seperti ini.

"Kamu nggak minta maaf?" tanyaku lalu mengulum senyum.

Kurasakan, tangan Evelyn semakin mencengkram kaos yang sedang ku pakai, "Maaf." ucapnya cepat dan pelan.

Aku pura-pura tak mendengarnya, "Apa? apa? aku nggak denger." jawab ku.

"Maaf, kak Nathan." ujarnya, tetapi ia masih belum berani menatap ku.

"Apa?" tanyaku sekali lagi. Evelyn terlihat menatapku sebal, dan dengan wajah kesalnya tiba-tiba ia mencium bibirku cepat.

Hm...dia sudah sangat paham dengan maksudku.

Aku tersenyum, "Aku maafin, Amore." jawab ku.

Sayangnya, ekspresi kesal Evelyn tidak berubah. Ia malah menatapku seolah-olah aku ini orang yang paling dibencinya.

"Tapi aku masih marah sama kamu!" serunya tiba-tiba.

Aku mengerutkan dahi, "Marah apalagi?" tanya ku.

"Kamu nggak temenin aku periksa baby. Aku tau kesibukan kamu, tapi tetap aja aku marah!" keluhnya.

Walaupun Evelyn-ku sedang mengeluh, ia masih terlihat cute dan manis. Ya ampun, Evelyn memang benar-benar vitaminku! Bagaimanapun ekspresinya, tetap saja aku suka.

Cute Student that I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang