Part 8

130K 6.8K 36
                                    


Kalau gak mau comment, minimal vote lah... hargai ;)

---------------

Evelyn's

"APA?! Leo lanjut kuliah di Aussie?!" ujarku terkejut setelah mendengarkan penuturan dari Ibu.

"Kapan dia berangkat?" tanya ku lagi.

"Minggu lalu, saat acara gathering perusahaan... dia pergi diam-diam, Ibu juga baru tau dari Ayah kamu semalam." jelas Ibu.

Pasti dia terlalu sakit hati dengan ku karena sudahku tolak berkali-kali. Aku yakin, dia sedang berusaha menjauhiku dengan melanjutkan studi nya ke Aussie. Padahal masa kuliahnya di Indonesia tinggal 2 semester lagi.

"Ayah juga udah tau kalau Leo suka kamu," ucap Ibu lagi.

Lagi-lagi aku di buat terkejut.

"Nanti malam, Ayah akan mengajak mu berbicara berdua, jadi kalau kamu mau pergi jangan sampai pulang lebih dari jam 6 sore. hari ini kamu nggak ada kelas kan?" ucap Ibu. Aku hanya mengangguk lalu bersandar pada pundak Ibu. Rasanya sangat nyaman berada di dalam posisi ini, entah aku merasa sangat merindukan Ibu yang padahal setiap harinya kami bertemu.

"Ibu... aku benar kan udah tolak Leo?" tanya ku.

Ibu langsung mengusap kepala ku lembut dan tersenyum.

"Tindakan kamu benar... sebenarnya ini bukan kesalahan Leo yang menyukai mu, tapi ini kesalahan kami—Ayah, Tante Bianca, dan Om Marcel karena membiarkan kalian terlalu dekat..." jelas Ibu.

Jujur, aku merasa sangat bersalah karena kepergian Leo itu. Hanya karena cinta terlarangnya itu, ia malah memilih untuk pergi menghindari ku. Aku tahu, pasti rasanya sangat menyakitkan untuk Leo karena merasakan hal yang seharusnya tidak ia rasakan. Apalagi selama ini ia menyimpan perasaannya itu sejak sekolah menengah.

"Leo kapan kembali?" tanya ku. Ibu tampak menggeleng.

"Belum pasti... Ayah belum kasih tau, mungkin lain kali kamu bisa tanya..." jawab Ibu.

"Baiklah...kapan-kapan aku tanya..."

Kalau Leo sudah pergi, berarti urusan ku dengan Pak Nathan sudah selesai. Apa aku harus memberi tahu hal ini kepada Pak Nathan?. Tapi kalo aku beri tahu, Aku harus siap kalau kita akan berpisah.

Hanya karena Pak Nathan, pendirian ku bahwa aku membenci dirinya malah runtuh.

--

Pukul 17.00

Aku mencuci wajah ku untuk menghilangkan rasa kantuk setelah tidur siang ku. Kapan lagi bisa tidur siang sepuasnya tanpa ada beban tugas dan ujian yang menunggu. Kalau biasanya aku selalu bermain game saat libur, hari ini aku benar-benar malas dan merasa lelah. Namun setelah tidur siang, tubuh ku terasa lebih tenang.

Aku jalan menuruni tangga menuju dapur untuk meredakan rasa hausku setelah tidur siang barusan. Namun, pandanganku terhenti pada seorang laki-laki yang kini duduk santai di sofa ruang televisi, di temani oleh Ibu dan Ayah. Tampak dari belakang, pria itu tidak terlihat asing bagi ku.

"Eh Evelyn udah bangun. Ayo sini sebentar... temani Nathan" ucap Ibu. Semua tatapan mereka langsung mengarah pada ku yang saat ini sedang menggaruk tengkuk ku yang tak gatal itu.

"Sebentar, aku mau minum..." ucap ku. Ibu hanya mengangguk dan membiarkan ku pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Tetapi... kenapa Pak Nathan bisa berada di rumah ku? Bahkan ia tampak santai-santai saja bersama kedua orang tua ku. Hanya karena perusahaan mereka saling bekerja sama, mereka malah tampak lebih akrab di banding saat pertama kali bertemu. Aku saja yang jelas-jelas pacarnya (walau pura-pura) malah tidak begitu akrab. Apalagi setelah kami bertengkar waktu itu, aku bahkan tidak pernah menghubunginya lagi.

Cute Student that I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang